Menu
Entertainment

Nggak Cuma Fella dan Sarah, 5 Tokoh Perempuan dalam Film Indonesia Ini Nggak Kalah Keren!

Sudahkah kamu menonton film “Mencuri Raden Saleh”? Kalau sudah, kamu pasti familiar, dong dengan karakter Fella (Rachel Amanda) dan Sarah (Aghniny Haque)? Keduanya merupakan anggota komplotan pencuri amatiran bersama Piko (Iqbaal Ramadhan), Ucup (Angga Yunanda), Gofar (Umay Shahab), dan Tuktuk (Ari Irham).

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, “Mencuri Raden Saleh” mengisahkan sekelompok anak muda yang hendak mencuri lukisan “Penangkapan Diponegoro” karya Raden Saleh. Masalahnya, mereka semua hanyalah amatiran dan mencuri karya seni yang disebut-sebut sebagai “harta karun bangsa” tersebut jelas bukan perkara mudah.

Dalam begitu banyak film action, tokoh perempuan sering banget dihadirkan cuma untuk menjadi “pemanis” di antara tokoh laki-laki yang notabene punya image maskulin. Namun, nggak demikian dengan “Mencuri Raden Saleh”. Fella, si negosiator yang super rasional dan Sarah, si jago silat yang berhati lembut nggak kalah bersinar dari keempat anggota komplotan lainnya yang merupakan laki-laki. 

Nggak cuma Fella dan Sarah, dunia perfilman Indonesia sebenarnya punya banyak banget tokoh cewek yang nggak kalah ikonik dari mereka berdua. Penasaran siapa aja? Yuk, simak tulisan di bawah ini!

Muslimah, “Laskar Pelangi” (2008)

Kalian pastinya masih ingat, dong dengan film “Laskar Pelangi”? Film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata tersebut menceritakan masa kecil sang penulis saat bersekolah di SD Muhammadiyah, Desa Gantung, Belitung Timur. 

Tokoh Muslimah merupakan salah satu tokoh yang memainkan peran penting di dalamnya. Diperankan oleh Cut Mini, Muslimah merupakan seorang guru muda yang mengajar di SD Muhammadiyah. Meskipun berada dalam situasi yang serba terbatas, tetapi Ibu Muslimah tetap setia pada tugasnya untuk mengajar murid-muridnya. Ia bahkan membela para muridnya ketika direndahkan oleh guru dari sekolah lain. Setelah kematian sang kepala sekolah, Pak Harfan yang mendadak, Ibu Muslimah sempat merasa putus asa hingga mogok mengajar. Namun, ia kembali bangkit saat melihat semangat belajar para muridnya. 

Karakter Ibu Muslimah dalam “Laskar Pelangi” membuktikan bahwa menjadi perempuan yang lemah lembut bukan berarti lembek dan takut akan tantangan. 

Mariyem, “Soegija” (2012)

Pada tahun 2012, sebuah film biografi mengenai Mgr. Albertus Soegijapranata, uskup pribumi pertama sekaligus pahlawan nasional Indonesia, tayang di layar lebar. Film ini menceritakan kehidupan Mgr. Soegija pada masa-masa awal pentahbisannya sebagai uskup di tengah gejolak perang kemerdekaan pada tahun 1940-an. 

Salah satu tokoh yang mencuri perhatian penonton dalam film “Soegija” adalah Mariyem (Annisa Hertami). Gadis sebatang kara tersebut memutuskan untuk menjadi perawat atas pesan terakhir kakak laki-lakinya sebelum tewas di medan perang. Meskipun terlihat pendiam, tetapi Mariyem merupakan seorang perempuan yang pendiriannya teguh dan lugas ketika berbicara. Ketika tentara Belanda menyerbu rumah sakit tempat Mgr. Soegija sedang dirawat, Mariyem merupakan satu-satunya orang yang berani menghadapi dan mengusir mereka. 

Yasnina, “Mantan Manten” (2019)

Yasnina (Atiqah Hasiholan) adalah perempuan yang memiliki segalanya. Karirnya sebagai manajer investasi sedang melejit dan ia baru saja dilamar oleh kekasihnya, Surya. Namun, peristiwa tak terduga terjadi. Perusahaan tempat ia bekerja tersandung kasus dan Iskandar, atasan sekaligus calon mertua Nina mengkhianatinya. Dalam semalam, Nina kehilangan pekerjaan dan seluruh asetnya, serta nasib hubungannya dengan Surya berada di ujung tanduk. 

Satu-satunya harta yang Nina miliki adalah sebuah villa di Tawangmangu, Surakarta yang tidak disita karena belum dilakukan balik nama dengan pemilik lamanya, Marjanti. Villa tersebut menjadi harapan bagi Nina untuk bangkit kembali, termasuk membalaskan dendamnya kepada Iskandar. Masalahnya, ketika Nina menemui Marjanti, perempuan tua itu hanya mau memberikan tempat tinggalnya apabila Nina mau mewarisi profesinya sebagai perias pengantin tradisional. 

Melalui karakter Yasnina, kita belajar bahwa terkadang yang membuat kita hebat bukanlah ketika kita berambisi untuk mendapatkan apa yang kita mau, tetapi ketika kita bisa menerima keadaan dan mengikhlaskan sesuatu. 

Nyai Ontosoroh, “Bumi Manusia” (2019)

“Bumi Manusia” merupakan salah satu karya penulis Pramoedya Ananta Toer yang paling populer. Novel tersebut semakin tenar sejak diangkat ke layar lebar dalam film berjudul sama yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. “Bumi Manusia” mengisahkan perjuangan rakyat pribumi melawan diskriminasi rasial di bawah pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19. 

Pada masa itu, praktik perbudakan ala Belanda tidak hanya terjadi dalam bentuk kerja rodi, tetapi juga pergundikan, yaitu mengambil perempuan pribumi sebagai selir (gundik). Salah satunya adalah Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti) yang dijadikan gundik oleh seorang pengusaha sukses, Herman Mellema hingga melahirkan dua anak berdarah campuran Jawa-Eropa, Robert dan Annelies.

Tidak seperti gundik pada umumnya, Nyai Ontosoroh digambarkan sebagai perempuan yang tangguh, berwibawa, dan cerdas meskipun tak pernah mengenyam pendidikan formal. Ia bahkan mengambil alih manajemen bisnis Herman Mellema sejak suaminya itu kecanduan opium dan prostitusi. Meskipun di akhir film Nyai Ontosoroh harus kehilangan harta benda dan hak asuhnya atas Annelies, tetapi ia tidak merasa kalah karena telah berusaha melawan dan memperjuangkan hak-haknya.

Baca juga: Rekomendasi Film tentang Kemerdekaan Perempuan yang Wajib Kamu Tonton

Aurora, “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini” (2020)

Salah satu film drama keluarga yang pantang untuk dilewatkan adalah “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”. Film ini menceritakan permasalahan yang dihadapi oleh setiap orang dalam menjalani perannya dalam keluarga mereka, salah satunya Aurora (Sheila Dara Aisha).

Sebagai anak tengah, Aurora terbiasa hidup di bawah bayang-bayang kedua saudaranya. Tidak seperti si sulung Angkasa yang selalu dituntut untuk jadi sempurna, atau si bungsu Awan yang dimanja, Aurora sering diabaikan oleh kedua orang tuanya. Ia pun tumbuh menjadi pribadi yang pendiam dan cuek karenanya. Aurora bahkan berencana untuk melanjutkan pendidikan ke London, Inggris agar bisa sekalian kabur dari rumah.

Setelah rahasia keluarganya terkuak, Aurora merupakan satu-satunya yang menjadi pendengar bagi sang ibu yang selama ini bersikap pasif dan hanya mengikuti kemauan suaminya. Tak disangka, Aurora yang selama ini dianggap invisible justru menjadi lem yang menyatukan kembali keluarganya saat dilanda masalah. 

Itu tadi 5 tokoh perempuan dalam perfilman Indonesia yang nggak kalah keren sama Fella dan Sarah dari “Mencuri Raden Saleh”. Menurutmu, siapa lagi karakter-karakter perempuan ikonik dalam film yang patut dijadikan role model? Yuk, kita bahas bareng di Girls Beyond Circle! Klik di sini untuk bergabung, ya!

Baca juga: 5 Pahlawan Perempuan Indonesia Super Inspiratif yang Sering Terlupakan

No Comments

    Leave a Reply