Menu
Mental Health

Hindari Self Diagnosis, Segera ke Psikolog atau Psikiater Kalau Kamu Alami 10 Gejala Ini

Disclaimer: 

Tulisan ini memuat konten mengenai gangguan kejiwaan dan bunuh diri yang dapat memicu reaksi trauma dan perasaan tidak nyaman. 

Setiap tahun, tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Menurut WHO, gangguan kejiwaan berat menyebabkan kematian hingga 20 tahun lebih awal dari usia harapan hidup penyandangnya. Selain itu, bunuh diri merupakan penyebab kematian tertinggi keempat di kalangan masyarakat usia 15-29 tahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Selain itu, lebih dari 12 juta penduduk di atas 15 tahun mengalami depresi. 

Sementara itu, Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan (Litbangkes) pada tahun 2016 menyatakan setiap tahun sebanyak 1.800 orang melakukan bunuh diri. Dalam kata lain, 5 orang mengakhiri hidupnya sendiri setiap harinya. Dari segi usia, 47,7% korban bunuh diri berusia 10-39 tahun alias termasuk dalam kategori anak, remaja, dan usia produktif. 

Saat ini, prevalensi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia adalah 1 dari 5 penduduk, alias 20% dari keseluruhan populasi. Karenanya, peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia merupakan momentum yang tepat untuk kita menyadari pentingnya kesehatan mental, sekaligus meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental di Indonesia. 

Minimnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental membuat begitu banyak orang yang memiliki gangguan kejiwaan tidak teridentifikasi. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan penanganan yang semestinya, sehingga gangguan kejiwaan yang disandang menjadi semakin berat, hingga menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan pula dengan kebiasaan self diagnosis atau diagnosis mandiri.

Self diagnosis adalah menyatakan diri sendiri mengidap gangguan atau penyakit hanya berdasarkan pada informasi yang dimilikinya sendiri.

Self diagnosis adalah ketika seseorang mendiagnosis dirinya sendiri dengan suatu penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, baik secara fisik maupun mental. Diagnosis yang dilakukan hanya berdasarkan pada informasi yang dimilikinya yang belum tentu akurat secara klinis. Misalnya, kamu menganggap dirimu adalah pengidap bipolar karena kamu sering mengalami perubahaan suasana hati dalam waktu yang sangat cepat. Padahal perubahan mood drastis dapat menjadi gejala dari jenis gangguan kejiwaan lainnya. 

Self diagnosis jelas berbahaya karena tidak dilakukan oleh tenaga profesional. Self diagnosis juga dapat mendorong seseorang untuk mengambil langkah tindak lanjut yang tidak semestinya, dan berakibat fatal di kemudian hari. Selain itu, self diagnosis berpotensi melahirkan stigma atau salah kaprah perihal kesehatan. Misalnya, kita jadi menganggap bahwa semua orang yang sensitif dan mudah menangis adalah pengidap depresi. 

Dalam hal kesehatan mental, orang yang bisa mengobservasi, mendiagnosis, serta menangani gangguan kejiwaan yang dialami oleh seseorang adalah psikolog dan psikiater. Psikolog merupakan seorang tenaga ahli yang mempelajari ilmu psikologi. Psikolog yang telah mengambil pendidikan psikologi klinis dan memiliki sertifikasi dapat menangani orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan, pengembangan diri, dan sebagainya. Sementara itu, psikiater adalah sebutan lain bagi dokter spesialis kejiwaan. Berbeda dengan psikolog, psikiater dapat meresepkan obat serta memberikan rujukan kepada penyandang gangguan kejiwaan agar mendapat penanganan di rumah sakit jiwa.

Nah, kira-kira kapan, ya waktu yang tepat bagi kita untuk meminta bantuan profesional dalam menangani kondisi kejiwaan yang kita alami? Berikut adalah 10 tanda kamu harus segera mencari bantuan profesional.

Mengalami Kesedihan Hingga Lebih dari Dua Minggu

Merasa sedih adalah hal yang wajar. Mengalami kesedihan dalam waktu lama karena kehilangan sesuatu atau seseorang juga sangatlah wajar. Namun, bagaimana jika kamu merasa sedih terus-menerus tanpa alasan yang jelas?

Jika kamu merasakan kesedihan tanpa sebab hingga lebih dari dua minggu, sebaiknya kamu segera berkonsultasi dengan psikolog klinis. Sebab, kesedihan yang dialami dalam kurun waktu lama tanpa alasan yang jelas merupakan salah satu gejala dari beberapa jenis gangguan kejiwaan. 

Perubahan Suasana Hati yang Ekstrem 

Selain mengalami kesedihan berlarut-larut, salah satu gejala gangguan jiwa adalah perubahan mood yang ekstrem. Suasana hati yang berubah dengan terlalu cepat dan ekstrem tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain. Hal ini dapat memunculkan kecenderungan berperilaku impulsif, serta memengaruhi kemampuan untuk mengambil keputusan.

Jika kamu merasa suasana hatimu berubah dengan ekstrem dalam kurun waktu lebih dari dua minggu hingga kamu kesulitan mengendalikannya, ada baiknya kamu segera mencari bantuan profesional. 

Mengalami Cemas, Takut, atau Panik Berlebihan

Sama seperti kesedihan, perasaan cemas, takut, maupun panik juga sangat wajar kita alami. Namun, jika sudah pada tahap berlebihan, kamu perlu waspada dan segera mencari bantuan profesional.

Perasaan cemas atau takut yang tidak wajar dapat menjadi salah satu gejala gangguan kejiwaan. Apabila tidak ditangani, hal ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Misalnya, kesulitan tidur, sesak napas, dan sebagainya. 

Kehilangan Minat pada Hal yang Dulu Disukai

Setiap orang memiliki hobi yang membuat mereka merasa gembira saat melakukannya. Hobi bisa bermacam-macam, seperti melukis, memasak, membaca buku, mendengarkan musik, hiking, berolahraga, dan sebagainya. Jika tiba-tiba kamu merasa kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu kamu sukai, maka kamu perlu waspada. Bisa jadi hal tersebut merupakan gejala kamu memiliki gangguan kejiwaan.

Namun, bukankah wajar jika seseorang merasa bosan terhadap hobi yang mereka gandrungi? Ya, tetapi ada perbedaan antara orang yang kehilangan minat karena bosan, dengan orang yang berpotensi mengidap gangguan kejiwaan. Ketika merasa bosan dengan suatu hobi, umumnya kita akan berusaha mencari hobi baru. Kita akan mencoba melakukan hal-hal lain yang menarik. 

Seseorang yang berpotensi mengalami gangguan kejiwaan akan kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu ia sukai, tanpa ada keinginan untuk mencari atau melakukan hal baru yang membuatnya senang. Kondisi ini pun biasanya berlangsung lama, yaitu lebih dari dua minggu, atau bahkan berbulan-bulan. 

Enggan Bersosialisasi

Selain kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulunya disukai, seseorang dengan potensi gangguan kejiwaan juga dapat mengalami gangguan dalam bersosialisasi. Hal ini umumnya ditandai dengan kecenderungan untuk menutup diri dari orang-orang di sekitarnya. Mereka enggan berinteraksi maupun berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Namun, kamu harus hati-hati, ya. Sebab, banyak yang keliru memahami gejala yang satu ini dengan introversi. Seorang yang berkepribadian introvert mendapatkan energi dari aktivitas yang dilakukan secara individu. Seorang introvert juga biasanya lebih menyukai suasana yang tenang dan tidak terlalu banyak orang. Jadi, introvert bukan berarti tidak mau bergaul atau diajak nongkrong, ya. 

Gangguan Tidur dan Gangguan Makan

Gangguan pada pola tidur dan pola makan secara terus-menerus juga bisa menjadi salah satu pertanda kamu perlu mencari bantuan profesional. Sulit tidur atau tidur terlalu lama bisa menjadi gejala adanya gangguan kejiwaan yang perlu penanganan lebih lanjut. 

Begitu juga dalam pola makan. Apakah kamu mengalami perubahaan nafsu makan yang drastis? Mungkin kamu jadi tidak nafsu makan, atau sebaliknya kamu makan berlebihan. Mungkin juga makanan-makanan yang sebelumnya menggugah selera tiba-tiba jadi tidak menarik bagimu. Atau melihat makanan saja membuatmu merasa mual dan jijik. Jika sudah begitu, jangan ragu untuk menghubungi tenaga profesional, ya.

Mengalami Halusinasi

Berhalusinasi juga seringkali menjadi salah satu gejala awal seseorang mengidap gangguan jiwa. Halusinasi tersebut dapat hadir dalam bentuk audio maupun visual, yaitu mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal ini dapat membuat seseorang kesulitan mengidentifikasi mana realita dan mana yang bukan. 

Halusinasi juga dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, seperti menyakiti orang lain atau diri sendiri, bertindak kriminal, hingga bunuh diri. Karenanya, jika seseorang mulai mengalami halusinasi, ada baiknya untuk segera menghubungi tenaga profesional. 

Baca juga: Halu Pacaran sama Idola Wajar Nggak, Sih? Serba-serbi Hubungan Parasosial ala Penggemar K-Pop

Muncul Pemikiran Intrusif

Pernahkah ketika kamu menyetir, tiba-tiba muncul pikiran,”Bagaimana kalau aku tabrakkan kendaraanku ke pengendara lain?” Atau ketika kamu sedang ada di balkon sebuah gedung yang tinggi, kamu berpikir,”Bagaimana kalau aku lompat dari sini?” 

Pikiran-pikiran itu biasa disebut sebagai pemikiran intrusif, yaitu pemikiran yang tidak diinginkan yang muncul secara tiba-tiba. Mungkin sebagian dari kita menganggapnya angin lalu, atau bahkan merasa pemikiran tersebut konyol. Namun, bagaimana jika pemikiran intrusif yang kamu miliki mulai membuatmu gelisah dan tidak nyaman?

Jika pemikiran intrusif yang kamu miliki terasa mengganggu, bahkan memberikan dorongan yang sangat kuat untuk mewujudkan pemikiran tersebut, ada baiknya kamu segera menghubungi tenaga profesional. Pemikiran intrusif yang mengganggu dapat berakibat fatal apabila tidak segera ditangani. Kamu bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain karenanya. 

Muncul Dorongan untuk Self Harm atau Bunuh Diri

Selain pemikiran intrusif, seseorang yang berpotensi menyandang gangguan kejiwaan seringkali memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) maupun mengakhiri hidupnya. Hal ini tentunya tidak boleh disepelekan. 

Jika kamu mulai merasakan adanya dorongan untuk self harm atau bunuh diri, atau bahkan sudah mulai melakukannya (self harm/suicide attempt), maka kamu harus segera mencari bantuan profesional. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan diagnosis serta penanganan yang sesuai untuk kondisimu. 

Kesulitan Menjaga Kebersihan Diri

Salah satu gejala yang seringkali dialami oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah sulit menjaga kebersihan diri. Kamu mungkin pernah melihat ODGJ yang tidak mandi atau gosok gigi hingga berbulan-bulan. Kamu mungkin juga pernah melihat ODGJ yang tinggal di tempat yang sangat kumuh, berantakan, dan penuh dengan sampah.

Baca juga: Decluttering: Creating My Own Happy Place

Kehilangan motivasi hidup yang sering dialami seorang ODGJ membuat mereka kesulitan menjalani hal-hal yang biasa mereka lakukan. Contohnya, menjaga kebersihan diri. Jika kamu mulai mengalami gejala ini, terlebih dalam jangka waktu yang relatif lama, sebaiknya kamu segera menghubungi tenaga profesional untuk mendapatkan penanganan.

Nah, itu tadi 10 pertanda kamu harus segera mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami gejala-gejala di atas, jangan ragu untuk segera menghubungi psikolog atau psikiater, ya. Saat ini, kamu bisa banget mengakses layanan kesehatan mental dengan mudah melalui aplikasi, seperti Riliv, KALM, Halodoc, Alodokter, dan sebagainya. Kamu bisa berkonsultasi dengan konselor, psikolog, atau psikiater mumpuni secara online dengan biaya yang sangat terjangkau. Tetap semangat dan semoga sehat selalu!

Baca juga: Dalami Isu Mental Health Lewat 5 Buku Ini!

Kamu pengen sharing lebih banyak seputar isu kesehatan mental? Girls Beyond Circle adalah tempat yang tepat buat kamu! Yuk, klik di sini untuk bergabung!

No Comments

    Leave a Reply