
Apa Itu Inner Child dan Mengapa Bisa Terluka?
Belakangan ini, di media sosial banyak banget orang yang ngomongin soal inner child. Katanya, kalau kamu punya sikap begini, itu artinya inner child kamu terluka. Kalau kamu punya pola pikir begitu, itu pertanda inner child kamu terabaikan. Emangnya inner child itu apa, sih? Sepenting apa inner child sampai bisa sebegitu berpengaruhnya terhadap kehidupan kita?
Apa Itu Inner Child?
Menurut ilmu psikologi, inner child merupakan sebuah konsep yang menggambarkan sifat maupun perilaku kekanakan yang kemungkinan ada dalam diri setiap manusia. Inner child adalah bagian dari diri kita yang seolah nggak ikut bertambah dewasa seiring berjalannya waktu. Namun, setiap orang bisa memiliki inner child yang berbeda-beda. Pengalaman masa kecil sangat berpengaruh pada proses pembentukan inner child.
Maka dari itu, muncullah istilah inner child yang terluka yang merujuk pada konflik, trauma, atau dendam dari masa lalu yang nggak terselesaikan atau dipulihkan. Inner child yang terluka dapat sangat memengaruhi diri kita ketika sudah dewasa. Mulai dari perilaku, pola pikir, cara mengambil keputusan, manajemen emosi, dan sebagainya.
Baca juga: Strategi Hadapi Quarter-Life Crisis untuk Kamu yang Mulai Masuk Usia 20an

Selain inner child, manusia juga memiliki inner teenager serta inner adult. Inner teenager merujuk pada bagian dari dirimu yang menyimpan pengalaman dari masa remaja. Sementara itu, inner adult adalah bagian dari dirimu yang ada saat ini. Sebagai orang dewasa, inner adult tentu memberikanmu kemampuan untuk berpikir serta membuat keputusan secara lebih objektif. Namun, konsep inner adult yang kamu miliki bisa sangat dipengaruhi oleh inner child atau inner teenager-mu.
Selain itu, ada pula inner parent, yaitu bagian diri yang meniru figur orang tua dalam kehidupanmu. Inner parent nggak hanya muncul ketika kamu sudah memiliki anak. Ia juga bisa muncul dalam hubungan pertemanan atau percintaan yang kamu jalin.
Mengapa Inner Child Bisa Terluka?

Seperti yang sudah disebutkan, inner child bisa terluka karena adanya pengalaman kurang menyenangkan dari masa lalu. Beberapa hal yang bisa menyebabkan luka pada inner child, antara lain:
- Pola asuh yang salah (otoritatif, helicopter parenting, pengabaian, dll.)
- Kekerasan fisik, emosional, atau seksual
- Kekerasan keagamaan (pemaksaan keyakinan, pemaksaan pemakaian atribut keagamaan, hukuman apabila tidak menjalankan ritual keagamaan, dll.)
- Diskriminasi berbasis SARA
- Bullying
- Terpisah dari keluarga
- Kematian anggota keluarga atau teman masa kecil yang dekat
- Perpecahan dalam keluarga (perceraian, perselingkungan, pertengkaran orang tua, KDRT, dll.)
- Anggota keluarga yang memiliki gangguan kejiwaan
- Anggota keluarga yang menyalahgunakan NAPZA
- Kejadian traumatis lainnya (bencana alam, peperangan, kecelakaan, menyaksikan penganiayaan atau pembunuhan, dll.)
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Luka Inner Child, Penyebab, dan Cara Menyembuhkannya
Pertanda Inner Child Terluka

Inner child yang dibiarkan terluka tanpa pernah diobati tentu sangat berdampak terhadap diri kita, terutama ketika dewasa nantinya. Seperti yang sudah disebutkan, luka inner child dapat berdampak pada kondisi inner adult-mu. Berikut adalah sejumlah pertanda bahwa inner child-mu terluka:
- Memiliki kepercayaan diri yang rendah
- Mudah menyalahkan diri sendiri atau orang lain
- Melakukan kekerasan, perundungan, diskriminasi, dll.
- Menunjukkan sikap agresif ketika marah
- Kesulitan mengidentifikasi dan mengakui perasaan sendiri maupun orang lain
- Tidak mampu menyelesaikan konflik
- Mudah mencurigai orang lain (trust issue)
- Kesulitan menghadapi perpisahan, penolakan, perbedaan pendapat, dll.
- Memiliki jiwa kompetitif yang kurang sehat (menganggap semua orang adalah saingan, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, merasa tidak berharga ketika mengalami kegagalan, dll.)
- Selalu ingin dominan, superior, menjadi pusat perhatian atau kendali, dll.
Jika kamu mengalami satu atau beberapa hal yang telah disebutkan, bisa jadi itu diakibatkan oleh luka pada inner child-mu. Seseorang yang inner child-nya terluka juga seringkali mencari pelarian yang salah atau ketergantungan terhadap sesuatu. Misalnya, penyalahgunaan NAPZA, perilaku seksual tidak bertanggung jawab, kecenderungan untuk menjalin hubungan ekstramarital, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Sulit Lepas dari Toxic Relationship, Bisa Jadi Kamu Terjebak Trauma Bonding
Menyembuhkan Luka Inner Child

Pada dasarnya, nggak ada satupun orang yang bisa menghindari luka inner child. Kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki perbedaan karakter. Selain itu, kita pasti pernah mengalami kejadian buruk. Pertanyaannya, bagaimana kamu mengelola diri setelah mengalami kejadian buruk? Apakah luka akibat kejadian tersebut dipulihkan?
Karena itu, ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menyembuhkan luka inner child yang kamu miliki.
Menerima Apa yang Sudah Terjadi

Salah satu alasan mengapa kita sulit memulihkan diri adalah nggak mau menerima apa yang telah terjadi. Kamu sibuk menyalahkan diri sendiri atau orang lain, atau bahkan bersikap denial. Karenanya, kamu perlu belajar untuk menerima apa yang telah terjadi. Bagaimana pun kamu nggak akan bisa mengubah masa lalu. Ketidakmauan menerima keadaan hanya akan membuatmu sulit berkembang.
Mengakui dan Memahami Diri Sendiri

Nggak cuma sulit menerima masa lalu, seringkali kita pun kesulitan menerima diri sendiri. Maka dari itu, akuilah bahwa kamu adalah manusia biasa yang punya kekurangan, bisa berbuat salah, dan pernah gagal. Akuilah bahwa kamu memiliki luka batin. Jika kamu selalu bersikap denial terhadap diri sendiri, maka kamu pun akan kesulitan untuk memahami dirimu sendiri. Akibatnya, luka batin atau trauma yang kamu miliki nggak akan pernah bisa pulih.
Baca juga: Lagu-lagu tentang Self Love yang Bisa Membangun Kepercayaan Dirimu Lagi
Menulis Jurnal

Journaling adalah salah satu aktivitas yang sering direkomendasikan untuk menjaga kesehatan mental. Kamu bisa menuliskan apa yang kamu rasakan, mencurahkan keluh kesah, dan sebagainya. Menulis jurnal nggak hanya membantumu melepaskan emosi, tetapi juga merefleksikan pengalaman yang sudah kamu lalui.
Melakukan Meditasi

Selain journaling, meditasi adalah kegiatan yang positif untuk kesehatan mental kita. Melakukan meditasi dapat mengurangi stres, melatih konsentrasi, serta membantumu dalam mengelola emosi. Meditasi juga dapat membantumu mengenali diri sendiri atau perasaan yang kamu miliki.
Melakukan Hal-hal yang Membuatmu Senang

Kamu bisa melakukan hal-hal yang membuatmu merasa lebih baik. Carilah hobi yang bisa membantumu melepaskan stres serta memperbaiki suasana hatimu. Misalnya, memancing, hiking, memasak, bermain game, dan sebagainya. Kamu juga bisa melakukan kembali hal-hal yang kamu sukai semasa kecil. Misalnya, membaca buku anak-anak, bermain puzzle, mengoleksi boneka, dan sebagainya. Hal ini bisa membuat dirimu terkoneksi kembali dengan inner child-mu.
Konsumsi Media yang Berkaitan dengan Penyembuhan Inner Child

Saat ini, banyak banget karya yang mengangkat isu inner child. Mulai dari buku, film, lagu, dan sebagainya. Kamu bisa mengonsumsi karya-karya tersebut untuk membantumu semakin memahami diri sendiri, serta menyembuhkan luka inner child-mu. Misalnya, membaca buku-buku psikologi atau self help yang membahas tentang penyembuhan trauma. Atau kamu bisa menonton film yang mengangkat tema keluarga, persahabatan, pengalaman masa kecil, dan sebagainya.
Baca juga: Rekomendasi Film Indonesia yang Bicara soal Hubungan Orang Tua dan Anak
Membangun Support System

Seringkali kita kesulitan menyembuhkan luka inner child akibat minim support system. Maka dari itu, carilah sosok yang bisa kamu percaya untuk mendengarkan cerita-ceritamu. Kamu perlu menyadari bahwa seringkali support system yang baik belum tentu berasal dari keluarga sendiri. Kamu bisa menemukan support system dari orang-orang yang nggak punya hubungan darah denganmu, seperti sahabat, pasangan, komunitas, teman dari internet, dan sebagainya.
Berkonsultasi dengan Psikolog/Psikiater

Kamu dapat melakukan konseling dengan tenaga profesional untuk menyembuhkan luka inner child-mu. Sebagai tenaga profesional, psikolog atau psikiater tentunya dapat membantumu mengidentifikasi luka inner child dan dampaknya. Mereka juga dapat membantumu memulihkan luka-luka tersebut.
Menyembuhkan luka inner child seringkali merupakan proses yang panjang dan nggak mudah. Kuncinya ada pada niat dari diri sendiri. Sebab, nggak peduli seberapa banyak atau seberapa ahli orang yang menolongmu, jika kamu nggak ada keinginan untuk berubah, maka semuanya akan sia-sia.
Selain itu, jangan pernah merasa bahwa kamu sendirian. Perasaan ini kerap membuat kita putus asa atau malu dan berusaha menyembunyikan luka batin yang kita miliki. You are not alone, girls! Di luar sana, ada banyak orang yang juga sedang berjuang untuk memulihkan luka inner child-nya. Ada banyak orang yang bersimpati dan siap menjadi ruang aman bagimu. Jadi, tetap semangat, ya! Kamu berhak bahagia!
Baca juga: Rekomendasi Buku yang Bahas Trauma Masa Kecil
Kalau kamu butuh safe space untuk ngobrol seputar inner child, family and relationship, atau kesehatan mental, yuk bergabung dengan Girls Beyond Circle! Klik di sini untuk join, ya, girls!
Comments
(0 comments)