gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Janice Satiogroho: Mengejar Passion di Bidang Kuliner bersama “Baked Semarang”

Written by Angela Ranitta

Food and beverage (F&B) merupakan salah satu bidang usaha yang tak pernah mati di Indonesia. Makanya, nggak heran kalau banyak orang tertarik untuk menggeluti bisnis ini. Meski begitu, menjalankan bisnis F&B nggak semudah membalik telapak tangan. Kamu tetap memerlukan strategi dan berbagai inovasi agar bisnis kulinermu tetap bertahan di tengah banyaknya pesaing. 

Kali ini, Girls Beyond berkesempatan untuk ngobrol dengan Janice Satiogroho. Janice merupakan seorang pengusaha muda asal Kota Semarang, Jawa Tengah. Pada tahun 2018, ia mendirikan “Baked Semarang”, sebuah bisnis kuliner rumahan yang bergerak di bidang bakery. “Baked Semarang” menawarkan berbagai varian kue, roti, dan puding yang diproduksi sesuai pesanan (by order) oleh calon pembeli.

Baca juga: Nabila Rizky: Sukses Berbisnis GO K-Pop, Dapatkan Belasan Juta dengan Modal Nol Rupiah!

Berangkat dari Passion di Bidang Kuliner

Sejak dulu, Janice memang sudah memiliki passion di bidang F&B. Ia mengaku terinspirasi oleh berbagai tokoh ternama yang bergerak di bidang tersebut. Sebut saja Gordon Ramsay, Dominique Ansel, Christina Tosi, Elizabeth Falkner, Graham Elliot, dan Heston Blumenthal. Namun, Janice nggak cuma sekadar belajar memasak atau bikin kue dari mereka. Tokoh-tokoh tersebut menginspirasi Janice untuk terus mengeksplorasi bidang kuliner, mulai dari kombinasi rasa, molecular gastronomy, sampai teori ilmiah di balik pembuatan roti dan kue-kuean.

Janice memiliki cita-cita untuk berkecimpung di bidang F&B, entah sebagai juru masak ataupun pelaku bisnis. Passion yang begitu besar terhadap F&B tersebut membawa Janice untuk menuntut ilmu di bidang Nutrition and Culinary Tech di jenjang perkuliahan. Di sana, Janice nggak cuma belajar memasak di dapur, tetapi juga diajak untuk melakukan eksperimen kuliner di laboratorium. Dari situ, Janice belajar bahwa untuk menghasilkan produk yang berkualitas, ia harus paham terlebih dahulu mengenai bahan-bahan yang digunakan, serta cara mengolahnya.

Baca juga: Jurusan Langka Ini Cuma Ada Satu di Indonesia, Adakah Idamanmu?

Berawal dari Side Hustle Semasa Kuliah

Di jenjang perkuliahan pula, Janice akhirnya memberanikan diri untuk mewujudkan mimpinya. Pada bulan November 2018, Janice resmi mengawali bisnis kulinernya yang ia namai “Baked Semarang”. Saat itu, Janice masih berstatus sebagai mahasiswi semester akhir. Ia pun lebih banyak fokus kepada proses mengembangkan ide bisnisnya. 

Sejak awal, ia memang berencana mengelola “Baked Semarang” secara penuh setelah lulus kuliah. Makanya, saat itu “Baked Semarang” masih berupa usaha sampingan alias side hustle. Pesanan yang masuk pun rata-rata datang dari orang-orang terdekat saja, seperti teman dan keluarga. Janice merasa beruntung karena impiannya tersebut mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Mulai bulan September 2019, barulah Janice bisa sepenuhnya fokus mengelola “Baked Semarang”. Ia mulai merintis kariernya sebagai pengusaha kuliner alias foodpreneur. Semua yang telah dipelajari selama kuliah Janice tuangkan dalam produk-produk yang ia jual di “Baked Semarang”. 

Baca juga: Side Hustle: Kejar Passion untuk Dapat Penghasilan Tambahan

Saat itu, Janice mengurus semuanya sendirian, mulai dari riset, produksi, sampai marketing produk. Seiring berjalannya waktu, Janice mulai merekrut beberapa orang sebagai asisten dapur dikarenakan popularitas “Baked Semarang” yang terus meningkat, sehingga semakin banyak pula pesanan yang masuk. 

Janice kini juga dibantu oleh sang adik, Tasha Satiogroho dalam mengurus “Baked Semarang”. Tasha berperan sebagai co-owner yang mengelola administrasi, keuangan, dan riset pasar (market research) “Baked Semarang”. Saat ini, tim “Baked Semarang” bisa dikatakan masih sangat kecil. Meski begitu, hal ini nggak menjadi penghalang bagi mereka untuk menghasilkan yang terbaik dari “Baked Semarang”.

Baca juga: Rekomendasi Pekerjaan Online Bagi Mahasiswa BU, Dapatkan Penghasilan Jutaan Rupiah Sambil Rebahan

Kompetitor adalah Motivasi untuk Berkembang

Dalam merintis usaha, tentunya kita nggak bisa lepas dari tantangan. Begitu pula yang dialami Janice dalam lika-liku mengelola “Baked Semarang”. Jauh sebelum “Baked Semarang” resmi didirikan, Janice mengaku berulang kali gagal dalam mengembangkan resep-resepnya. Tentunya, Janice nggak membiarkan kegagalan demi kegagalan tersebut mematahkan semangatnya. Ia justru makin semangat untuk mengembangkan wawasan serta mengasah skill-nya. 

Selanjutnya, tantangan yang nggak kalah besar, yaitu membangun brand awareness. Seperti yang sudah disebutkan, bisnis F&B adalah jenis usaha yang seolah nggak ada matinya di Indonesia. Apalagi perkembangan tren di dunia kuliner selalu berubah setiap saat dalam waktu yang sangat cepat. Karenanya, sudah bukan hal mengejutkan bahwa “Baked Semarang” memiliki banyak kompetitor bahkan sejak awal dirintis. 

Baca juga: Dari Aries Sampai Pisces, Yuk Kenali Prospek Kerja Sesuai dengan Zodiakmu!

Alih-alih merasa khawatir atau minder, Janice justru memandang para pesaing bisnisnya sebagai motivasi. Baginya, kehadiran para kompetitor justru menjadi penyemangat untuk bekerja lebih keras dan terus mengembangkan “Baked Semarang”. Di luar sana, banyak banget pelaku bisnis yang bersaing dengan cara “ngembarin” alias mengeluarkan produk yang dibuat semirip mungkin dengan kompetitornya. Namun, hal tersebut nggak berlaku bagi Janice. Janice memilih untuk fokus mengembangkan ciri khas “Baked Semarang” yang bikin ia punya keunikan tersendiri; nggak cuma dari segi penampilan, tetapi juga cita rasa yang bikin customer ketagihan.

Nggak mudah bagi Janice untuk mendapatkan kepercayaan konsumen saat usaha yang dirintisnya masih sangat kecil dan muda. Ia harus berhadapan dengan begitu banyak bisnis serupa yang sudah lebih dulu eksis dan punya nama yang besar. Menurut Janice, kunci untuk menghadapi tantangan yang satu ini adalah kesabaran dan ketekunan. Selain itu, tak perlu merasa malu atau minder hanya karena bisnis yang dikembangkan masih belum sukses. 

Baca juga: Peluang Side Hustle ala K-Popers Ini Dijamin Minim Modal Tapi Cuan Maksimal!

Sempat Kehilangan Akun Promosi

Baked Semarang” banyak memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produknya. Sebagian besar marketing dilakukan secara online melalui akun Instagram dan Facebook resmi “Baked Semarang”. Selain itu, Janice juga bekerja sama dengan sejumlah selebgram untuk mempromosikan produk-produk “Baked Semarang”. Di luar promosi secara online, Janice memanfaatkan strategi “mulut ke mulut” alias testimoni langsung dari para customer yang pernah membeli produk “Baked Semarang”.

Pada tahun 2021, “Baked Semarang” juga sempat mengalami kejadian mengejutkan, yaitu hilangnya akun Instagram @baked.smg secara mendadak. Parahnya, akun tersebut menghilang tepat sebelum promosi hampers edisi Natal diluncurkan. Berbagai upaya Janice lakukan untuk mengembalikan akun @baked.smg, tetapi sayang hasilnya nihil. Dalam sekejap, hasil jerih payah Janice selama tiga tahun terakhir seolah lenyap begitu saja.

Namun, Janice nggak lantas menyerah dan berlarut-larut dalam kesedihan. Ia segera membuat akun Instagram baru dengan username @baked.smg_ dan menghubungi followers lama “Baked Semarang”. Untungnya, banyak banget pelanggan setia “Baked Semarang” yang dengan senang hati membantu Janice untuk menyebarkan informasi dan mempromosikan akun Instagram “Baked Semarang” yang baru. 

Baca juga: Rekomendasi Pekerjaan Sampingan Online untuk Anak SMA, Dijamin Cuan Meski Sambil Rebahan!

Hadapi Customer Nyeleneh dengan Positif

Di awal berdirinya “Baked Semarang”, Janice menghadapi tantangan saat harus menganalisis kompetitor serta menentukan target pasar. Menurut Janice, dua hal tersebut sangatlah krusial dalam penentuan jenis produk, kisaran harga, dan strategi promosi yang hendak ia gunakan nantinya. Janice menyadari bahwa di luar sana banyak banget bisnis F&B yang hanya menyasar satu tipe konsumen saja. Akibatnya, bisnis tersebut menjadi sulit berkembang dan mudah tersaingi oleh kompetitor. 

Janice tentunya tak ingin “Baked Semarang” melakukan kesalahan serupa. Ia memiliki visi untuk membangun “Baked Semarang” menjadi bisnis kuliner yang dapat merangkul berbagai jenis konsumen sekaligus. Karenanya, Janice selalu memastikan dirinya up-to-date dengan perkembangan pasar, dan terus melahirkan ide-ide kreatif agar “Baked Semarang” bisa tetap relatable dengan apa yang sedang ngetren dan diinginkan oleh konsumen.

Baca juga: Rahasia Karier Sukses di Tahun 2023, 10 Human Skills Ini Wajib Kamu Kuasai

Memerhatikan tren kuliner adalah salah satu kunci agar “Baked Semarang” bisa terus menghasilkan produk yang sesuai dengan kemauan konsumen.

Ngomongin soal konsumen, sudah bukan hal aneh bagi bisnis F&B seperti “Baked Semarang” mengalami pengalaman kurang menyenangkan dengan customer. Ya, tak sedikit customer yang bertindak seenaknya karena memiliki prinsip “pembeli adalah raja” atau “customer selalu benar”. Namun, Janice memandang pengalaman seperti itu sebagai bentuk pelajaran bagi “Baked Semarang”. Janice yakin pengalaman-pengalaman tersebut dapat menjadikan “Baked Semarang” semakin lihai dalam memahami kemauan customer.

Dari sudut pandang Janice sebagai pelaku bisnis, “Baked Semarang” berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang optimal. Sikap ramah dan pengertian terhadap konsumen adalah kunci utamanya. Menurut Janice, customer akan merasa lebih dihargai apabila “Baked Semarang” senantiasa memberikan respons yang baik terhadap masukan dari mereka. Menunjukkan sikap yang positif merupakan cara efektif untuk menciptakan mutual respect antara pelaku bisnis dan konsumen.

Baca juga: Di Tengah Kontroversi Karen’s Diner Indonesia, Ada Isu Emotional Labor yang Masih Diabaikan

Tetap Berdedikasi di Tengah Pandemi COVID-19

Salah satu challenge yang dihadapi hampir seluruh pelaku bisnis adalah pandemi COVID-19. Sudah bukan rahasia lagi bahwa pandemi nyaris melumpuhkan sektor perekonomian, dari skala yang terkecil hingga global. Tak sedikit pelaku bisnis yang terpaksa gulung tikar karena tak mampu bertahan di tengah badai pandemi. Di sisi lain, pandemi COVID-19 berdampak pada penghasilan banyak orang, sehingga mereka harus mengatur ulang skala prioritasnya. Bagi usaha yang masih bisa bertahan seperti “Baked Semarang”, hal ini jelas berdampak pada daya beli customer terhadap produk-produk mereka.

Pandemi COVID-19 membuat mobilitas masyarakat menjadi lebih terbatas. Banyak banget aktivitas yang tadinya dilakukan secara tatap muka (offline), kini harus dilakukan di ranah digital (online). Ternyata, hal ini justru menjadi peluang tersendiri bagi bisnis berbasis online seperti “Baked Semarang”. Banyaknya masyarakat yang beralih ke transaksi online memberi “Baked Semarang” kesempatan untuk berinovasi dalam menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka di rumah.

Baca juga: 10 Situs Terbaik dan Terpercaya untuk Cari Kerja Remote

Pandemi COVID-19 menjadi ujian tersendiri bagi “Baked Semarang“.

Saat ini, dunia telah memasuki masa pemulihan pasca pandemi COVID-19. Namun, ada banyak pelajaran yang bisa Janice petik dari pandemi sebagai pelaku bisnis. Pandemi COVID-19 meningkatkan kesadaran masyarakat akan nutrisi dan keamanan bahan pangan. Tentunya, hal ini membuat Janice menaruh perhatian lebih terhadap kualitas dan kebersihan selama proses pembuatan produk. Menurut Janice, hal ini sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan customer terhadap “Baked Semarang”. 

Janice juga senantiasa mengingatkan diri sendiri agar nggak mudah merasa iri atau terintimidasi oleh bisnis lainnya. Terlebih ketika melihat pelaku bisnis lain berhasil meraup keuntungan di saat “Baked Semarang” harus berjuang menghadapi dampak pandemi. Janice meyakini bahwa pola pikir yang toxic hanya akan membuat dirinya semakin sulit berkembang. Meskipun sulit mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi yang penuh ketidakpastian, tetapi Janice senantiasa berdedikasi terhadap visi-misi “Baked Semarang”. 

Baca juga: 7 Hal yang Perlu Kamu Perhatikan Sebelum Kerja Remote

Ingin Dirikan Toko Offline

Janice menaruh begitu banyak harapan terhadap kemajuan “Baked Semarang” ke depannya. Ia ingin menambah personel, sehingga tim “Baked Semarang” menjadi lebih besar. Janice juga berharap dapat berkolaborasi dengan lebih banyak pelaku bisnis, baik yang masih berstatus small business maupun brand ternama. Selain itu, tentunya ia bermimpi “Baked Semarang” dapat memiliki toko offline suatu hari nanti. 

Saat ini, “Baked Semarang” sedang dalam proses untuk merancang dan mengembangkan produk-produk yang lebih inovatif lagi. “Baked Semarang” buka setiap hari Senin-Sabtu, pukul 09:00-16:00 WIB. Semua produk dibuat sesuai pesanan (by order) maksimal satu hari sebelumnya. Buat kamu yang kepo, langsung aja cek akun Instagram “Baked Semarang”, ya! 

Baca juga: Pekerjaan yang Diprediksi Punya Prospek Menjanjikan di Tahun 2023

Itulah serba-serbi perjalanan Janice Satiogroho dalam merintis dan mengelola bisnis kuliner, “Baked Semarang” hingga saat ini. Semoga kisah Janice bisa jadi inspirasi buat kamu yang ingin atau sedang merintis usaha. Good luck, girls!

Pengen dapetin lebih banyak tips bermanfaat dan cerita inspiratif seputar karier dan personal growth? Yuk, gabung ke Girls Beyond Circle! Girls Beyond Circle adalah tempatnya cewek-cewek keren kaya kamu yang pengen level up bareng. Klik di sini untuk join, ya!