6 Film dari Kisah Nyata yang Beri Pelajaran Hidup, Wajib Nonton!
Melihat film dari kisah nyata menjadi daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Hal tersebut dikarenakan selalu ada sesuatu yang istimewa dari film yang diangkat dari kisah nyata.
Cerita-cerita yang dibawakan merupakan perjalanan hidup yang penuh emosi dan sering kali memicu refleksi mendalam tentang kehidupan kita sendiri dari para tokohnya.
Dari Korea dan Indonesia, beberapa film dari kisah nyata ini tidak hanya mengharukan, tetapi juga menginspirasi. Penasaran apa saja? Simak dalam artikel Girls Beyond berikut ini.
1. Silenced (2011)
Silenced merupakan film dari kisah nyata Korea yang mengangkat isu pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Diadaptasi dari novel The Crucible (2009) yang ditulis oleh Gong Ji-young, film dari kisah nyata, Silenced menceritakan kisah asli pelecehan seksual terhadap anak-anak tunarungu di sebuah sekolah di Gwangju Inhwa School.
Gong Yoo sebagai aktor yang memerankan karakter guru Kang In Ho yang berusaha mengungkap kebenaran, memberikan penampilan yang begitu mendalam, dan membuat merenung tentang keadilan dan kemanusiaan.
In-ho menerima pekerjaan mengajar seni kepada siswa tunarungu di Mujin untuk menyokong keluarganya berkat rekomendasi dari mantan profesornya.
Dengan pekerjaan barunya, ia berharap dapat memberi nafkah untuk putrinya dan ibunya. Namun, pada hari pertamanya, ia merasa ada yang tidak beres ketika anak-anak enggan bertatap mata dengannya.
Pada separuh pertama film menunjukan karakter In-ho tahu bahwa dia seharusnya mendengarkan insting yang memberitahunya bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sekolah tersebut.
Film ini cukup mengejutkan dan memicu kemarahan publik, hingga membawa perubahan nyata dalam hukum Korea Selatan dalam melindungi anak-anak.
2. Hope (2013)
Film dari kisah nyata berikutnya adalah “Hope” yang disutradarai oleh Lee Joon-ik dan memenangkan berbagai penghargaan di 34th Blue Dragon Film.
Ceritanya bermula ketika suatu pagi yang hujan, So-won kecil (Lee Re) berangkat ke sekolah dengan semangat, hanya untuk menemui kejutan yang menyakitkan. So-won seharusnya berjalan ke sekolah bersama temannya, namun ia ditinggalkan begitu saja.
Ayahnya, Dong-hoon (Sol Kyung-gu) bekerja di pabrik setempat sementara ibunya mengelola toko alat tulis di bawah rumah mereka. Beberapa jam kemudian, Dong-hoon menerima panggilan telepon yang mengguncang dari polisi.
Kabar yang diterimanya membuat hatinya terasa hancur karena So-won telah menjadi korban serangan seksual yang kejam di toilet umum oleh pria tua berusia 57 tahun.
Judul film “Hope” rupanya merupakan arti dari nama korea putri kecil mereka, So-won. Film dari kisah nyata tersebut diadaptasi dari kasus pemerkosaan seorang anak perempuan kecil yang mengguncang Korea Selatan pada tahun 2008.
3. Ode to My Father (2008)
Apakah kamu penggemar film yang berdasarkan pada penggambaran realistis tentang perjuangan, kesedihan, dan penderitaan masyarakat umum? Kalau iya, film Ode to My Father (2008) akan layak untuk kamu tonton.
Meskipun bukan berdasarkan kisah nyata, namun film ini menggambarkan situasi para korban perang Korea dan orang-orang yang kurang beruntung dari era tersebut.
“Ode to My Father” adalah tentang evokasi masa lalu yang indah dari sejarah Korea dengan cara yang paling brutal. Film ini dimulai dengan evakuasi Hungnam tahun 1950 selama Perang Korea, ketika para pengungsi diselamatkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat.
Pada saat itu, tokoh utama Duk-soo (Hwang Jung-min) membuat komitmen kepada ayahnya untuk melindungi keluarganya sesuai dengan adat Korea. Kehidupan Duk-soo penuh dengan kesulitan dan kesialan.
Puncak dari film ini adalah ketika Duk-soo harus berpisah dengan keluarganya selama eksodus massal keluarga-keluarga dari utara ke selatan yang dikuasai AS selama Perang Korea tahun 1950.
Film ini merupakan perjalanan emosional yang mengharukan, dan puncaknya adalah adegan di mana Duk-soo dan keluarganya bersatu kembali dengan saudara perempuannya yang telah lama hilang, Mak-soon melalui acara televisi nasional yang didedikasikan untuk menghubungkan keluarga yang terpisah oleh perpecahan antara Utara dan Selatan.
Adegan ini merupakan penghormatan kepada film drama Korea Selatan “Gilsoddeum” (1985) yang disutradarai oleh Im Kwon-taek, yang diadaptasi dari program KBS tahun 1983 yang berjudul “Campaign to Reunite 10 Million Divided Families”.
4. Susi Susanti: Love All
Film Susi Susanti: Love All yang diperankan oleh Laura Basuki mengisahkan perjalanan hidup Susi Susanti, seorang legenda bulu tangkis Indonesia yang berhasil meraih medali emas di Olimpiade Barcelona 1992.
Cerita film ini mengikuti perjalanan karier Susi dari masa kecil yang penuh dengan tantangan hingga menjadi salah satu pemain terbaik di dunia.
Dalam film tersebut, penonton akan disuguhkan dengan berbagai aspek kehidupan Susi, mulai dari latihan yang keras, persaingan di dunia bulu tangkis, hingga kisah cintanya dengan Alan Budikusuma, yang juga merupakan seorang pemain bulu tangkis terkenal.
Susi harus menghadapi berbagai rintangan baik di lapangan maupun di luar lapangan dalam perjalanan menuju kesuksesannya. “Love All” juga menggambarkan perjalanan emosional Susi dalam menghadapi tekanan dan harapan besar dari masyarakat Indonesia yang berharap akan medali emas dari Olimpiade.
Penonton akan melihat bagaimana Susi tumbuh sebagai atlet dan individu yang kuat di tengah segala tantangan yang dihadapinya.
Dengan alur cerita yang penuh emosi dan kegembiraan, “Susi Susanti: Love All” berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia. Tak terkecuali, Laura Basuki yang turut menerima Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik pada FFI 2020.
5. Kartini (2017)
Peran Ibu Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan masih sangat relevan hingga saat ini. Menjadi pahlawan di era penjajahan Belanda, membuat sutradara Hanung Bramantyo tergerak membuatkannya dalam bentuk film yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo.
Film biografi ini mengisahkan kehidupan dan perjuangan Raden Ajeng Kartini, seorang tokoh emansipasi wanita Indonesia yang dikenal sebagai pahlawan perempuan. Kartini dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan bagi wanita pada masa kolonial Belanda di Indonesia.
Dalam film ini, Dian Sastrowardoyo memerankan karakter Kartini dengan penuh dedikasi, menggambarkan sosok Kartini sebagai seorang wanita yang berani, cerdas, dan penuh semangat dalam melawan ketidakadilan dan tradisi yang membatasi perempuan pada zamannya.
Film dari kisah nyata ini pun didukung oleh dua pemeran perempuan lainnya, termasuk Ayushita dan Acha Septriasa sebagai Kardinah dan Roekmini. Karena dedikasi penuh dalam proses syuting, film Kartini meraih dua penghargaan dari 32 nominasi di beberapa ajang penghargaan.
6. 13 Bom di Jakarta
Film 13 Bom di Jakarta adalah karya dari sutradara Angga Dwimas Sasongko yang mengangkat kisah nyata tentang kejadian terorisme di tahun 2015. Pada tahun tersebut, Irjen Pol Rachmad Wibowo menjabat sebagai Kasubdit IT/Cybercrime Dittipideksus Bareskrim Polri bersama timnya melakukan serangkaian penyelidikan akan ancaman bom yang dialamatkan ke Mall Alam Sutera.
Film dari kisah nyata ini pun mengisahkan tentang ancaman dari sekelompok teroris yang merencanakan serangan dengan meletakkan 13 bom di berbagai lokasi di Jakarta.
Badan Intelijen dan agen rahasia pun ditugaskan untuk menyelidiki ancaman tersebut dan menangkap dalang dibaliknya. Situasi semakin rumit ketika tim investigasi curiga akan adanya penyusup di dalam tim mereka.
Pemimpin kelompok teroris, Arok, terus menimbulkan teror dengan meledakkan bom setiap delapan jam. Satu-satunya cara untuk menghentikan serangan ini adalah dengan membayar sejumlah uang dalam bentuk bitcoin kepada Arok, atau keselamatan warga Jakarta akan terancam.
Itulah 6 rekomendasi film dari kisah nyata yang menyentuh hati dan memberi pelajaran hidup.
Ingin tahu informasi terkait lainnya? Yuk, gabung di komunitas Girls Beyond Circle!