gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Rekomendasi Film tentang Kemerdekaan Perempuan yang Wajib Kamu Tonton

Written by Angela Ranitta

Masih dalam nuansa HUT RI ke-77, nggak lengkap rasanya kalau nggak bicara soal film bertema kemerdekaan. Eits, tapi bukan film tentang kemerdekaan biasa, ya, melainkan film-film yang mengangkat isu pembebasan perempuan dari kekerasan dan diskriminasi. 

Mulai dari memulihkan diri dari trauma sebagai korban kekerasan seksual hingga meraih kebebasan untuk menentukan masa depan, apa saja film-film yang bisa kamu tonton dalam momentum perayaan kemerdekaan RI? 

Yuk, simak rekomendasi film tentang kebebasan perempuan di bawah ini!

27 Steps of May (2019)

Film yang disutradarai oleh Ravi Bharwani ini menceritakan kehidupan seorang gadis bernama May, yang mengisolasi diri sejak menjadi korban pemerkosaan massal saat masih remaja. 

Selama bertahun-tahun, May tidak pernah mau keluar rumah dan bersosialisasi, serta selalu melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Rupanya, trauma tidak hanya dialami oleh May, tetapi juga ayahnya yang merasa gagal menjaga putri semata wayangnya, yang melampiaskan emosinya melalui profesi sebagai petinju bayaran. 

Suatu ketika, May berkenalan dengan seorang pesulap yang tinggal di samping rumahnya melalui lubang pada dinding kamarnya. Bersama sang pesulap, May perlahan-lahan mulai membebaskan diri dari belenggu masa lalunya.

Sebelum kamu menonton “27 Steps of May”, kamu perlu tahu kalau film ini mengandung adegan pemerkosaan dan kekerasan yang sangat gamblang dan dapat memicu trauma. So, make sure to take care of yourself, ya! 

On the Basis of Sex (2018)

Film ini merupakan biografi dari salah satu ahli hukum paling top sekaligus pelopor kesetaraan gender di Amerika Serikat, Ruth Bader Ginsburg (1933-2020). 

Jauh sebelum ia diangkat sebagai Hakim Agung AS, Ruth Bader Ginsburg muda harus bersusah payah melawan diskriminasi berbasis gender yang masih sangat kental di negaranya. Bahkan, ia sempat terpaksa mengubur dalam-dalam mimpinya menjadi pengacara, lantaran pada masa itu firma hukum lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan.

Untungnya, Ruth memiliki suami yang sangat progresif dan mendukung kesetaraan gender, Martin Ginsburg. Martin melibatkan Ruth dalam kasus pengurangan pajak yang ia tangani pada tahun 1970an, atau yang dikenal juga dengan nama Moritz v. Commissioner, yang menjadi awal perjalanan karir Ruth di dunia hukum AS. 

Melalui “On the Basis of Sex”, kita dapat melihat bagaimana Ruth Bader Ginsburg mengguncang dunia hukum AS yang saat itu masih didominasi laki-laki. Ia tidak hanya menuntut perubahan pada aturan-aturan yang bias gender, tetapi juga memperjuangkan kesempatan setara bagi perempuan yang ingin bersekolah maupun bekerja di bidang hukum.

Baca juga: 6 Rekomendasi Film yang Bikin Kamu Makin Semangat di Tempat Kerja

Legally Blonde (2001)

Masih seputar dunia hukum, film yang dirilis pada awal tahun 2000an ini pantang dilewatkan. 

Elle Wood adalah seorang mahasiswi jurusan fashion yang selalu dianggap remeh dan bodoh, bahkan oleh pacarnya sendiri, Warner Huntington III. Ketika Warner memutuskan hubungan mereka, Elle yakin bahwa satu-satunya cara merebut kembali hati pria itu adalah jika ia bisa mencapai prestasi yang sama dengannya.

Setelah berbulan-bulan belajar, Elle akhirnya lolos seleksi masuk Sekolah Hukum Universitas Harvard, tempat Warner menimba ilmu. Namun, lika-liku kehidupannya di sana ternyata tidak mudah. Elle yang berpenampilan bak sosialita dengan gaya hidup hedon sering dipandang sebelah mata oleh dosen dan teman-temannya.

Melalui program magang yang diadakan oleh dosennya, Profesor Callahan, Elle berusaha membuktikan bahwa ia layak menjadi calon pengacara. Kemampuan Elle pun diuji saat dirinya dihadapkan dengan kasus tuduhan pembunuhan yang melibatkan instruktur fitness ternama, Brooke Windham. 

Meskipun dibawakan dengan genre komedi yang ringan, tetapi “Legally Blonde” hendak menyampaikan pesan kepada kita agar jangan menilai kemampuan seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. “Legally Blonde” juga berusaha mematahkan stereotip dumb blonde, yaitu anggapan bahwa perempuan berambut pirang seperti Elle Wood biasanya bodoh dan hanya modal tampang saja. 

Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

Berlatar di Sumba, NTT, film ini mengisahkan tentang seorang janda bernama Marlina yang hidup bersama mumi mendiang suaminya di tengah padang sabana. Suatu hari, rumah Marlina disatroni oleh sekelompok perampok dan ia diperkosa oleh pentolan geng tersebut yang bernama Markus. Marlina memenggal kepala Markus dan memulai sebuah perjalanan panjang untuk mencari keadilan pada aparat penegak hukum. 

Dalam perjalanannya, Marlina bertemu dengan Novi, seorang perempuan yang sedang hamil tua dan Franz, pengikut setia Markus yang menginginkan kepala bosnya kembali. Marlina juga senantiasa dihantui oleh Markus yang tak lagi berkepala. 

Film “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak” menggambarkan perlawanan Marlina terhadap kekerasan seksual, meskipun harus dilakukan secara brutal. Film ini juga menunjukkan pentingnya dukungan antara sesama perempuan jika ingin melawan diskriminasi dan mencapai kesetaraan. 

Film ini mengandung adegan kekerasan yang cukup eksplisit dan dapat memicu reaksi traumatis. So, hati-hati kalau mau menonton ya, girls!

Little Women (2019)

Bicara film soal perempuan rasanya kurang lengkap kalau tidak membahas karya sutradara Greta Gerwig. Salah satu karyanya yang paling populer adalah “Little Women” yang merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Louisa May Alcott pada tahun 1868.

Film ini menceritakan kehidupan empat orang March Bersaudari: Meg, Jo, Beth, dan Amy. Keempatnya memiliki mimpi serta tantangan hidup yang berbeda-beda. Mulai dari Meg yang ingin menjadi istri dan ibu yang baik, Jo dan ambisinya menjadi penulis terkenal, Beth si pecinta musik yang sakit-sakitan, serta Amy si bungsu yang menyukai seni. Konflik pun seringkali datang dari keluarga mereka sendiri, seperti Bibi March yang selalu mencibir kondisi finansial orang tua March Bersaudari, dan Amy yang sering merasa cemburu pada Jo. 

Little Women” tidak hanya mengisahkan soal pentingnya kebersamaan di antara perempuan, tetapi juga menekankan bahwa apapun yang menjadi cita-cita seorang perempuan, mereka tetaplah perempuan yang berdaya selama memiliki kebebasan untuk membuat keputusan dan menentukan arah hidupnya sendiri. 

Itu tadi beberapa film tentang kebebasan perempuan yang bisa kamu tonton untuk mengisi akhir pekanmu dalam euforia HUT RI ke-77 yang masih sangat terasa ini. Kira-kira mana yang bakal jadi favoritmu?