
Trauma Bisa Turun-temurun, Ini Arti Generational Trauma, Penyebab, dan Tandanya
Banyak hal yang diwariskan melalui keluarga, seperti tradisi, bentuk wajah, resep rahasia keluarga, dan pusaka keluarga. Ada hal-hal lain yang juga diturunkan, seperti kondisi genetik, kesehatan, dan dalam beberapa kasus, trauma.
Generational trauma atau yang juga dikenal sebagai intergenerational trauma dan transgenerational trauma adalah kerusakan psikologis yang disebabkan oleh paparan peristiwa traumatis yang dialami generasi sebelumnya dalam keluarga.
Generational trauma juga merupakan salah satu dari berbagai jenis trauma yang ada. Banyak hal yang bisa jadi penyebab generational trauma, salah satunya trauma masa kecil. Namun, penyebab generational trauma berbeda untuk setiap orang.
Mari pahami generational trauma lebih lanjut!
Baca juga: Susah Dekat dengan Ibu, Kenali Mommy Issues dan Tanda-tandanya pada Perempuan
Apa Itu Generational Trauma?
Generational trauma adalah pemindahan pengalaman traumatis atau pemicu stres dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jenis trauma ini bisa diwariskan melalui pengalaman yang dialami secara langsung, pengamatan pengalaman orang lain, atau akibat tinggal di lingkungan yang kurang mendukung.
Generational trauma dapat menyebabkan masalah mental, kesulitan sosial, dan gangguan emosional. Contohnya, anak-anak yang dibesarkan dalam rumah yang penuh kekerasan dan mengalami trauma masa kecil dapat mengidap gangguan kecemasan atau mengalami depresi saat dewasa.
Mereka juga mungkin juga kesulitan mempercayai orang atau menjalin hubungan intim. Siklus trauma dari generational trauma yang belum terselesaikan ini mampu memengaruhi generasi yang akan datang.
Baca juga: Takut Ditinggal Pacar, Mungkin Kamu Punya Abandonment Issues
Penyebab Generational Trauma
Selain trauma masa kecil, ada penyebab generational trauma lainnya yang harus dipahami.
Genosida dan Penindasan Kelompok Tertentu
Genosida dan penindasan merupakan penyebab generational trauma yang tidak banyak dibahas orang. Penindasan atau oppression dalam hal ini berarti perlakuan terhadap kelompok tertentu yang dilakukan dalam konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam sejarah, penindasan ini banyak berujung pada insiden genosida.
Contohnya, ada kelompok-kelompok minoritas di Indonesia yang sering terkena perlakuan diskriminatif dan kekerasan pada masa lalu, bahkan sampai dibantai. Kelompok-kelompok tersebut dipaksa untuk tinggal dalam lingkungan brutal. Mereka pun mengadopsi cara-cara untuk tetap bertahan di tengah kondisi tersebut.
Generational trauma muncul ketika generasi-generasi berikutnya secara tidak sadar terus menerapkan metode-metode yang sama untuk bertahan hidup, meskipun perlakuan diskriminatif dan kekerasan terhadap mereka sudah tidak lagi terjadi sekarang.
Pelecehan Seksual dari Keluarga
Penyebab generational trauma selanjutnya adalah pelecehan seksual. Penelitian menemukan bahwa setidaknya 75% orang yang melakukan pelaku pelecehan seksual terhadap orang lain juga pernah menjadi korban pelecehan sebelumnya.
Pelecehan tersebut dapat terjadi ketika mereka masih remaja atau bahkan di masa kecil, dan biasanya dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Ketika perlakuan pelecehan ini “dipelajari” dan dibawa oleh seorang anak hingga dewasa, anak tersebut mampu tumbuh menjadi pelaku pelecehan seksual juga.
Generational trauma dari situasi ini juga muncul ketika anggota-anggota lain tidak mengambil tindakan yang tepat untuk membantu anak yang telah dilecehkan. Ini pun “melanggengkan” pelecehan seksual dalam keluarga hingga lintas generasi.
Baca juga: Sebelum Memulai Hubungan, Simak 3 Ciri-ciri Pasangan yang Baik Ini!
Orang Tua yang Memiliki PTSD
Orang tua yang memiliki PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma juga bisa jadi penyebab generational trauma. PTSD merupakan gangguan mental yang membuat seseorang teringat pada kejadian traumatis yang pernah dialaminya, seperti kecelakaan, kekerasan, dan bencana.
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang mengidap gangguan PTSD mungkin lebih sulit untuk membangun hubungan dengan anak-anak mereka. Sebagai akibatnya, anak-anak pun memiliki coping mechanism yang tidak sehat.
Generational trauma dalam hal ini terbentuk ketika anak-anak yang kurang perhatian dan dukungan emosional dari orang tua yang memiliki PTSD tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang fungsional.
Tanda-tanda Generational Trauma
Selain dari penyebabnya, generational trauma dapat diidentifikasikan melalui tanda-tandanya. Berikut ini adalah tanda-tanda generational trauma yang sebaiknya diperhatikan.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Self Love Sulit Diterapkan Perempuan
Disosiasi (Dissociation)
Dalam psikologi, disosiasi merupakan semacam mekanisme perlindungan yang dibuat oleh pikiran seseorang untuk melindungi orang tersebut dari tekanan stres yang merusak mental.
Ketika disosiasi terjadi, orang tersebut akan merasa terputus dari hal-hal sekitarnya dan merasa terpisah dari tubuh. Mereka bisa tiba-tiba berhenti di tengah aktivitas, seolah-olah mematung, dan tidak sadar dengan sekitarnya.
Disosiasi yang disebabkan oleh generational trauma bisa muncul akibat insiden buruk atau kekerasan yang dilakukan secara turun-temurun. Trauma yang dibentuk oleh generasi sebelumnya bisa berujung pada momen-momen disosiasi yang berbahaya.
Susah Membangun Hubungan Emosional
Ketika orang tua dan keluarga gagal memberi perhatian dan dukungan kepada seorang anak, ia akan susah membangun hubungan emosional dengan orang lain ketika dewasa. Generational trauma terjadi pada orang-orang yang tidak diajarkan cara membuka diri dan bergantung pada orang lain.
Tanda generational trauma yang satu ini adalah tanda yang paling umum karena mayoritas korban generational trauma biasanya susah memiliki hubungan emosional yang dalam.
Baca juga: 5 Tanda Inner Child yang Terluka, Adakah Kamu?
Anger Issues
Anger issues adalah masalah dalam mengendalikan rasa marah. Ini bisa berujung pada kekerasan terhadap orang lain ataupun terhadap diri sendiri.
Anger issues yang disebabkan oleh generational trauma biasanya terjadi karena adanya anggota keluarga yang mudah marah, otoriter, dan terlalu keras dalam mendidik anak. Ini juga menyebabkan anggota keluarga lainnya susah dalam mengelola emosi marah mereka.
Menghadapi Generational Trauma
Generational trauma bisa terjadi pada siapa pun tanpa memandang jenis kepribadian. Kalau kamu merasa bahwa kamu mempunyai generational trauma, ini sejumlah tips yang bisa membantu.
Mempelajari Sejarah Keluarga
Mempelajari sejarang keluarga dan mengetahui apa yang terjadi pada generasi-generasi sebelumnya dapat membantumu memahami pengalaman kamu sendiri. Kamu juga bisa mengidentifikasikan penyebab generational trauma dengan melakukan hal ini.
Jika kamu memiliki anggota keluarga yang bisa diajak bicara, tanyakan peristiwa, sejarah tentang keluarga, dan orang-orang yang menjadi bagian keluargamu di masa lampau. Ini juga akan memberi suatu closure bagi kamu yang mengalami generational trauma.
Baca juga: Anak Perempuan Pertama Sering Depresi, Kenali 3 Penyebab Eldest Daughter Syndrome
Self-care
Mempraktikkan self-care tentu esensial. Untuk menjaga dan memulihkan diri, mulailah untuk memberi perhatian emosional kepada diri dan merawat kesehatan mental.
Self-care bisa dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas yang menenangkan hati dan pikiran, berolahraga, menerapkan pola hidup sehat, beristirahat, merawat tubuh, dan belajar untuk meluangkan waktu dengan diri sendiri.
Konsultasi dengan Psikolog
Generational trauma adalah topik yang berat bagi kebanyakan orang. Tidak mudah untuk menghadapi generational trauma sendirian. Meminta bantuan profesional untuk memberi arahan menuju pemulihan dan kondisi mental yang lebih baik adalah langkah terbaik untuk menghadapi generational trauma. Untuk mengetahui layanan psikologi terbaik kamu bisa kunjungi laman ini.
Itulah arti generational trauma, penyebab, tanda-tanda, dan cara menghadapinya.
Kalau kamu mau mencari teman yang bisa diajak bicara tentang kesehatan mental, bergabung ke Girls Beyond Circle sekarang juga!
Comments
(0 comments)