gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Naomi Hanabel: Ketika Cita-cita Menjadi Atlet Renang Harus Berhenti karena Cedera Kecelakaan

Written by Zefanya Pardede

“Cinta pertamaku adalah renang.”

Begitu kata Naomi Hanabel, seorang gadis usia 22 tahun yang bercita-cita untuk menjadi atlet renang nasional. Rasa cintanya pada olahraga ini membuatnya rela berkorban dan berjuang untuk berlatih hampir setiap hari di masa remajanya.

Meski mimpi tersebut sudah sedekat uluran tangan, Naomi terpaksa berhenti akibat kecelakaan parah yang menyebabkan tubuh bagian bawahnya lumpuh sampai hari ini. 

Naomi menceritakan perjalanannya ketika pertama kali belajar renang, memutuskan untuk meniti karier sebagai atlet renang, hingga dihantui cederanya.

Pernah Takut Menyentuh Air

Meskipun impiannya adalah menjadi atlet renang, Naomi awalnya takut sekali dengan air. Saat kecil, ia hanya berani merendamkan diri sebatas pinggang di kolam air.

“Dulu, takut banget sama semua hal yang berbau renang. Takut tenggelam lah, takut terpeleset lantai kolam lah, takut nggak sengaja minum air kolam, takut kedalaman––banyak, deh!” kata Naomi.

Naomi mengaku bahwa setiap kali ia pergi berenang bersama teman-temannya, ia hanya duduk di tepi kolam atau di bangku menjaga barang-barang. Di usia 15 tahun, ia mulai menunjukkan ketertarikan saat ia melihat saudaranya berenang gaya duyung.

“Konyol, nggak, sih, mau belajar berenang gara-gara lihat orang lain berenang gaya mermaid?” ucapnya sambil tertawa. “Walaupun sudah SMP, aku suka banget mermaid. Lihat saudaraku berenang seperti duyung, aku jadi pengen.”

Naomi pun meminta orang tuanya untuk mengizinkannya les renang. Menurutnya, usia 15 tahun merupakan umur yang cukup tua untuk belajar berenang di kalangan atlet renang pada umumnya.

“Jangankan di kalangan atlet renang, murid-murid les renang yang aku ikuti pun semuanya anak-anak SD! Aku satu-satunya remaja di kelompok les renang yang masih belajar cara mengapung.”

Kala itu, Naomi belajar renang hanya karena ketertarikan semata-mata. Tidak sampai setahun kemudian, ia mulai berenang dengan lebih serius.

Mulai Bermimpi untuk Menjadi Atlet Renang

Gadis ini mulai tertarik untuk mendalami olahraga renang secara profesional setelah kurang lebih setahun semenjak ia mulai les renang. Naomi pun dirujuk ke guru dan kolam renang lain.

“Aku ganti guru les, jadi dapatnya coach. Aku juga disuruh buat latihan renang di kolam yang lebih besar dan panjang dari ujung ke ujung,” jelasnya.

Dari sana, ia melatih berenang dengan berbagai gaya, menyelam, dan cara melompat dari papan loncat. Tidak hanya itu, ia juga diminta untuk latihan endurance dan core strengthening.

Nggak cuma renang, aku juga harus olahraga di gym dan mulai yoga. Tujuannya supaya endurance atau ketahanan aku kuat, dan yoga supaya core aku juga kuat. Jogging juga membantu,” kata Naomi.

Bagi Naomi, pelatihan seperti ini sulit baginya, terutama di bagian awal.

“Sebagai orang yang pada dasarnya memang jarang olahraga sebelumnya, disuruh nge-gym, ikut yoga, dan jogging pagi-pagi tuh nggak banget, deh. Apalagi biasanya sehabis jogging pagi-pagi aku sekolah,” bicaranya.

Namun, ini semua ia rela lakukan karena ingin menjadi atlet renang profesional di masa depan. Passion-nya dalam bidang olahraga ini membuat Naomi mendaftarkan diri ke beberapa perlombaan.

Naomi berhasil memenangkan beberapa perlombaan regional di wilayahnya. Ia juga pernah menjadi runner-up perlombaan tahunan yang diadakan oleh institusi renang yang menaungi pelatihan Naomi.

Hingga titik tersebut, masa depan Naomi sebagai atlet renang terlihat cerah dan meyakinkan.

Cita-cita Dihentikan Cedera Kecelakaan

Semua berubah ketika Naomi terkena kecelakaan parah pada pertengahan 2022, empat tahun sejak ia memutuskan untuk berlatih olahraga renang secara profesional. Kecelakaan tersebut merupakan sebuah kecelakaan mobil yang melibatkan Naomi dan tiga orang korban lainnya dalam mobil yang sama.

Naomi duduk di sebelah pengemudi pada hari itu. Mobilnya membentur mobil lain. Naomi terkena benturan yang paling parah dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk harus menjalani operasi.

“Aku kena cedera yang paling besar. Badan bagian bawahku yang paling kena, dari pinggang sampai kaki,” katanya.

Naomi memerlukan waktu berbulan-bulan untuk pulih. Hingga hari, bagian bawah tubuhnya masih lumpuh. Ia masih harus menjalani banyak terapi fisik.  Ini tentunya menghadang segala aktivitas Naomi yang berhubungan dengan renang.

“Sampai sekarang, aku belum nyentuh air. Sudah setahun aku belum berenang atau lanjut latihan. Jangankan renang, nge-gym dan jogging pun berhenti sampai sekarang,” bicara Naomi.

Bagi Naomi, kejadian ini menjadi sumber stres dan kepedihan hati. Ia harus melepaskan passion yang sudah dibangun selama beberapa tahun terakhir sampai waktu yang tidak bisa diperkirakan. Tidak hanya itu, Naomi mengaku bahwa ada rasa takut tertentu yang menghantui pikiran dan hatinya.

“Jujur, aku takut. Takut banget. Takut nggak akan pernah sembuh, takut impian nggak tercapai, takut semua yang sudah aku bangun akan runtuh,” ceritanya. “Gimana kalau aku terus-terus stuck di sini saja? Aku yakin aku nggak bakal bahagia menjalani hidup.”

Setelah kecelakaan tersebut, Naomi menemukan dirinya dalam sebuah fase yang membuat dirinya hampa.

“Selama beberapa bulan aku kosong. Bingung, kayak nggak ada arah. Terdengar lebay, tapi renang itu satu-satunya cinta dalam hidup aku, dan ini aku berbicara jujur. Tiba-tiba harus berhenti berenang gini, aku benar-benar nggak tahu harus gimana lagi,” kata Naomi dengan suara kecil.

Mencoba untuk Pulih Kembali

Untuk saat ini, Naomi hanya bisa bersikap optimis dan terus menjalani terapi. Naomi tidak tahu kapan ia akan pulih kembali, atau apakah ia akan sembuh sepenuhnya setelah peristiwa yang ia alami.

“Aku nggak tahu kalau aku akan sembuh. Kemungkinan besar bisa [sembuh], tapi aku nggak tahu kalau bisa kembali dengan tubuh, kelincahan, kekuatan, dan kemampuan seperti dulu. Aku harus mulai dari nol lagi,” kata Naomi.

Memulai dari nol menjadi salah satu hal yang ditakuti Naomi. Ia harus mulai kembali dengan latihan-latihan ringan, sementara teman-teman renangnya yang lain sudah melampaui tingkat kemahiran yang seharusnya juga ia miliki.

Akan tetapi, Naomi akan terus mencoba untuk mengejar cita-citanya.

“Kalau aku harus mulai dari nol, aku pasti tetap bakal lakuin meskipun akan susah. Kalau ternyata aku nggak bisa berenang seperti dulu, aku akan cari jalan lain supaya bisa terhubung dengan passion ini,” bicaranya. “Mungkin aku akan menjadi guru les renang.”

Apa pun yang terjadi, Naomi hanya bisa berharap yang terbaik dan tetap berpegang pada passion-nya.

Naomi Hanabel bukan satu-satunya perempuan dengan cerita. Baca kisah perempuan Indonesia hebat lainnya di sini.

Mau kenalan dengan cewek-cewek kece? Bergabung dengan Girls Beyond Circle sekarang!