gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

10 Penyakit Timbul Akibat Stres, yang Terakhir Paling Sering Dialami!

Written by Adila Putri Anisya

Penyakit timbul akibat stres seringkali terjadi. Meski hal ini merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, namun terlalu banyak stres dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Dilansir dari National Library of Medicine, tak semua stres memiliki dampak negatif. Menurut penelitian, stres jangka pendek dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, namun stres kronis memiliki dampak signifikan pada sistem kekebalan tubuh, yang akhirnya menimbulkan penyakit.

Lantas, penyakit apa saja yang disebabkan oleh stress? Berikut adalah ulasan selengkapnya!

Baca juga: Tips Hindari Depresi di Tempat Kerja, Ini 4 Langkahnya!

10 PENYAKIT TIMBUL AKIBAT STRES

Penyakit hanya bisa timbul ketika seseorang mengalami stres kronis. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar katekolamin dan sel T penekan, yang secara negatif mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Proses penekanan ini meningkatkan risiko infeksi virus yang dapat mengancam kesehatan seseorang.

Di bawah ini adalah beberapa penyakit akibat stress berlebihan.

OBESITAS

Tingginya kadar kortisol (hormon stres) dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk makan lebih banyak. Seringkali, mereka cenderung memilih makanan dengan pola “comfort eating” yang kaya gula dan kalori. 

Kebiasaan ini dapat mengakibatkan penumpukan lemak di daerah perut yang menyebabkan obesitas perut.

PENYAKIT JANTUNG

Orang yang menderita jantung kronis, harus menghindari stres akut dan belajar untuk mengelola stres. Tingginya kadar kortisol akibat stres jangka panjang, dapat meningkatkan kolesterol darah, gula darah, dan tekanan darah, yang merupakan faktor risiko dari penyakit jantung. 

Lebih lanjut, stres juga dapat mendorong penumpukan plak di arteri yang berbahaya bagi jantung. Bahkan bagi yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung pun, stres bisa memicu serangan jantung.

ALZHEIMER

Sebuah studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa stres memiliki potensi untuk memperburuk perkembangan penyakit Alzheimer dengan menyebabkan pembentukan lesi otak yang lebih cepat. 

Alzheimer sendiri dikenal sebagai penyakit yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif yang signifikan pada seseorang yang terkena.

Oleh karena itu, para peneliti merekomendasikan untuk mengurangi tingkat stres pada seseorang yang memiliki tanda-tanda alzheimer. Meskipun Alzheimer umumnya dianggap sebagai penyakit yang lebih umum terjadi pada usia 65 tahun ke atas, tanda-tanda penyakit ini juga dapat muncul pada usia yang lebih muda.

DIABETES

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh stress. Hal ini terjadi karena pelepasan hormon sebagai respons terhadap stres dapat meningkatkan kadar gula darah. 

Pada umumnya, kondisi ini dialami oleh individu yang mengalami stres jangka panjang, yang menyebabkan terjadinya resistensi terhadap insulin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, yang berarti bahwa produksi insulin menjadi kurang efektif. 

Ketika insulin tidak berfungsi secara optimal, gejala seperti kelelahan, rasa lapar yang cepat, dan sering buang air kecil dapat terjadi.

DEPRESI & SKIZOFRENIA

Penyakit timbul akibat stres selanjutnya adalah depresi dan skizofrenia. Keterkaitan antara stres dengan depresi dan penyakit skizofrenia merupakan suatu hal yang tidak mengherankan, terutama jika tingkat stres sudah berlebihan.

Sebuah survei menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres yang tinggi terkait pekerjaan, memiliki risiko 80% lebih tinggi untuk mengalami depresi dalam beberapa tahun dibandingkan dengan orang yang mengalami stres yang rendah.

MASALAH PENCERNAAN

Stres dapat memicu gangguan pencernaan karena otak terhubung dengan sistem pencernaan. Ketika seseorang mengalami stres, sistem saraf otonom teraktivasi, yang mengatur fungsi-fungsi tubuh termasuk pencernaan. 

Stres dapat menyebabkan peningkatan aktivitas saraf simpatis, yang memperlambat gerakan usus dan mempengaruhi produksi enzim pencernaan. Hal ini dapat mengakibatkan gejala seperti perut kembung, diare, atau konstipasi.

ASMA

Stres dapat memicu asma karena respons tubuh terhadap stres dapat mempengaruhi sistem pernapasan. 

Ketika seseorang mengalami stres, sistem saraf otonom mereka terstimulasi, yang dapat menyebabkan perubahan pada saluran udara, seperti penyempitan bronkus. 

Penyempitan bronkus ini, dapat memicu gejala asma, termasuk sesak napas, batuk, dan kesulitan bernapas. Selain itu, stres juga dapat meningkatkan produksi hormon stres, seperti kortisol, yang dapat merangsang reaksi peradangan dalam saluran udara, memperburuk gejala asma.

EKSIM

Eksim adalah penyakit kulit akibat stress. Stres dapat memicu penyakit kulit ini karena respons tubuh terhadap stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fungsi kulit. 

Orang yang sedang stres kronis akan memproduksi hormon stres seperti kortisol yang dapat memicu peradangan dalam tubuh. Ini dapat mempengaruhi kulit dan membuatnya lebih rentan terhadap eksim atau memperburuk gejalanya.

Selain itu, stres juga dapat mempengaruhi kebiasaan kesehatan, seperti menyentuh atau menggaruk kulit lebih sering, yang dapat memperburuk kondisi eksim.

INSOMNIA

Keadaan stres dapat menyebabkan keadaan hyperarousal, yakni kondisi ketika seseorang secara tiba-tiba menjadi sangat waspada terhadap trauma. 

Dilansir dari The American Institute of Stress, tubuh manusia memiliki ritme biologis yang mengatur siklus hidup yang sehat. Namun, stres dapat mematahkan pola tersebut, menyebabkan dampak negatif dalam berbagai aspek, termasuk insomnia.

Bayangkan situasi di mana tubuh kamu sedang akan beristirahat namun pikiran dan perasaan tetap terjaga dalam keadaan cemas dan khawatir. Keadaan ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk benar-benar rileks saat tidur. Ketika terjadi kecemasan, otak akan mengambil alih sistem respons stres secara berlebihan.

ASAM LAMBUNG

Sebenarnya, stres tidak secara langsung menyebabkan asam lambung pada seseorang, tetapi lebih kepada memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya. 

Berdasarkan laporan dari Healthline, sebuah studi pada tahun 2008 mengungkapkan bahwa individu yang mengalami gastroesophageal reflux disease (GERD) dan merasakan stres, cenderung lebih sensitif terhadap paparan asam.

Pada kasus GERD, otot sfingter esofagus bagian bawah, yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara lambung dan kerongkongan, mengalami gangguan. Hal ini memungkinkan asam lambung untuk naik dari lambung ke kerongkongan, menyebabkan gejala yang tidak nyaman.

Stres dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan kita. Untuk menghindari penyakit timbul akibat stres, penting untuk mengelola stres dengan baik melalui olahraga, tidur yang cukup, dan teknik relaksasi. Jaga kesehatan tubuh dan pikiran kamu agar tetap seimbang untuk menghindari efek buruk dari stres!

Mau tahu lebih banyak soal penyakit akibat stres? Yuk, diskusi bareng teman-teman di komunitas Girls Beyond Circle!

Baca juga: 10 Makanan Penghilang Stress, Bisa Tingkatkan Mood Kamu!

Sumber foto: Pexels