gagal menampilkan data

Article

Cara Bijak Menghadapi Quarter-life Crisis, Fase untuk Perkembangan Diri

Written by Aurelia Lois

Para generasi Z atau gen Z pasti tidak asing dengan istilah quarter-life crisis. Usia dewasa muda mulai dari masuk kuliah hingga mencari kerja menjadi masa yang cukup berat. 

Istilah quarter-life crisis merujuk pada fase dalam kehidupan seseorang, umumnya terjadi antara usia 20-30 tahun, di mana mereka dihadapkan pada kebingungan, keraguan, dan kecemasan mengenai arah hidup mereka. 

Ini merupakan periode yang penuh tantangan, namun dengan pendekatan yang bijak, kamu dapat mengatasinya dengan lebih baik.

Untuk menanggapi quarter-life crisis dengan bijak  simak artikel berikut ini. 

Quarter-life Crisis Tidaklah Buruk

Sumber foto: Pexels/Andrea Piacquadio

Melansir dari verywellmind.com, istilah quarter-life crisis merujuk pada kecemasan dan keraguan diri yang dialami oleh sebagian orang dewasa muda selama usia pertengahan hingga akhir 20-an dan awal 30-an mereka. 

Periode ini sering ditemui dengan transisi dari perguruan tinggi ke dunia kerja, sering kali disertai dengan perubahan peran dan peningkatan tanggung jawab.

Seringnya, orang dewasa pada fase kehidupan ini telah memulai karier, memasuki hubungan yang serius, mandiri secara finansial, dan memulai keluarga. Bagi beberapa orang, mungkin terlihat bahwa mereka akhirnya mencapai banyak tujuan yang telah mereka kejar. 

Untuk beberapa orang, fase ini sering kali ditemui oleh ketidakpastian. Mereka mungkin merasa diri mereka meragukan pilihan, identitas, dan hubungan mereka. Mereka mungkin merasa terjebak dan terhambat oleh kurangnya perkembangan atau meragukan arah hidup mereka secara keseluruhan.

Namun, fase quarter-life crisis bukan hal yang buruk, melainkan sebuah fase normal yang terjadi sebagai usaha perkembangan di usia dewasa muda. Di fase inilah, para usia dewasa muda bisa mengeksplorasi banyak hal hingga mencapai perkembangan diri maksimal. 

“Para dewasa muda pada dasarnya diberitahu bahwa ini seharusnya menjadi waktu terbaik dan paling mengasyikkan dalam hidup mereka. Ketika realitas kehidupan tidak sesempurna yang mereka kira, hal ini dapat menciptakan tingkat stres dan kecemasan yang besar,” ujar Carrie Howard, LCSW, CCATP, seorang anxiety coach dan pendiri Thrive Anxiety Solutions.

Faktor-faktor stres umum yang dapat menyebabkan krisis semacam ini meliputi: 

• Pencarian pekerjaan atau perencanaan karier

• Menjalani kehidupan sendiri untuk pertama kalinya

• Mengelola hubungan

• Mengambil keputusan pribadi atau profesional jangka panjang.

Secara spesifik, masa dua puluhan seringkali membingungkan dan membuat merasa sendirian, seperti yang ditemukan dalam dua studi terpisah yang diterbitkan oleh Harvard Business Review pada tahun 2016. 

Ketika dewasa muda mendapatkan pekerjaan pertamanya dan pindah ke apartemen sendiri, mereka harus melakukannya sendirian, biasanya untuk pertama kalinya. 

Selain itu, ketika mereka berusaha untuk membuktikan diri sebagai orang dewasa, lingkungan sekitar memberikan pesan yang bertentangan: terlepas dari prestasi profesional atau pribadi mereka, orang lain masih menganggap mereka sebagai “anak-anak,” terutama sebelum menikah dan memiliki anak.

4 Tahap Quarter-life Crisis

Sumber foto: Pexels/Liza Summer

Terlepas dari penyebabnya, quarter-life crisis seringkali berlangsung selama beberapa tahun dan meliputi empat tahap ini, diantaranya:

  • Tahap 1: Merasa terjebak dalam komitmen di tempat kerja atau di rumah, di mana orang mengambil pekerjaan, menyewa apartemen, dan memasuki hubungan, namun kemudian merasa terperangkap dalam kedewasaan pura-pura.
  • Tahap 2: Pada suatu titik, mereka meninggalkan pasangan romantis, pekerjaan, atau kelompok sosial, dan merasa terpisah serta kesepian.
  • Tahap 3: Selama tahap ini, mereka menghabiskan waktu merenung dan menyesuaikan kembali rencana mereka, merasa sendirian dan terisolasi.
  • Tahap 4: Akhirnya, mereka mulai menjelajahi hobi, minat, dan kelompok sosial baru, dan akhirnya muncul dari krisis tersebut lebih bahagia, lebih termotivasi, dan dengan rasa kejelasan yang lebih besar. Proses ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berulang. Meskipun proses ini menyakitkan, namun juga merupakan kesempatan pertumbuhan yang luar biasa, karena dapat menciptakan individu yang melanjutkan kehidupan yang lebih bermakna dan lebih bahagia.

5 Tanda Kamu Mengalami Quarter-life Crisis 

Sumber foto: Pexels/Gül Işık

Sebelum kamu menjustifikasi bahwa dirimu mengalami quarter-life crisis, kamu bisa melihat beberapa ciri seseorang berada di fase quarter-life crisis, di antaranya:

  1. Kamu merasa perlu menemukan tujuan:

Banyak orang saat ini sedang mencari dan menemukan tujuan hidup mereka lebih dari sebelumnya karena pandemi telah menyoroti hal-hal penting dalam kehidupan kita. 

Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah mereka benar-benar hidup dengan tujuan.

Mungkin ada perasaan kekosongan tujuan dalam hidup seseorang, di mana mereka merasa bahwa tindakan, karier, hubungan, atau bahkan identitas mereka tidak memiliki makna. 

Jika seseorang sedang mencari tujuan, disarankan untuk melakukan introspeksi dengan pertanyaan mengenai nilai-nilai yang dianggap penting dan apa yang paling dihargai dalam kehidupan ini.

  1. Kamu sangat ingin adanya perubahan:

Mungkin kamu merasa gelisah dengan situasi hidupmu saat ini. Terkadang, hal ini bisa terlihat dalam tindakan impulsif seperti berhenti dari pekerjaan tanpa rencana yang jelas. 

Atau mungkin kamu merasa terlantar, merasa hampa terhadap kehidupan sekitarmu, namun sebenarnya kamu menyadari bahwa kamu butuh perubahan.

  1. Kamu merasa kurang yakin akan apa yang kamu lakukan dalam hidup:

Apakah kamu pernah bertanya pada diri sendiri: “Apa langkah yang sebaiknya saya ambil dalam hidup saya?” Jika iya, kamu tidak sendirian. 

Sering kali, pertanyaan ini bisa muncul kapan pun dalam hidup seseorang. Seiring dengan pengalaman baru, pertumbuhan, pembelajaran, dan perubahan, arah hidup seseorang juga akan berubah. 

Tidak jarang pertanyaan ini muncul pertama kali saat mengalami krisis di usia seperempat abad. Dan hal ini wajar. Terkadang, pertanyaan ini dapat menjadi pendorong untuk melakukan perubahan dalam hidup.

  1. Kamu merasa semakin insecure:

Merasa insecure adalah hal yang wajar. Namun, dalam fase quarter-life crisis, kamu akan merasa lebih insecure.

Kadang-kadang, hal ini terkait dengan penyebab atau pemicu tertentu, seperti kehilangan pekerjaan. Contohnya, kamu mungkin menghindari acara sosial karena tidak ingin membicarakan prospek kariermu atau bisa juga merupakan perasaan umum ketidakamanan terkait hubungan atau rasa dirimu.

  1. Membandingkan diri dengan orang lain, terutama di media sosial:

Dengan media sosial sekarang, banyak orang membanding-bandingkan hidup mereka dengan orang lain. Terkadang sulit untuk melihat unggahan orang lain tanpa merasa terganggu. 

Kalau kamu sering membandingkan diri dengan orang lain, mungkin kamu sedang mengalami masa sulit. Wajar bila manusia suka membandingkan diri dengan orang lain yang mereka kenal. Tapi kalau perbandingan itu membuat kamu stres, mungkin saatnya untuk mengubah cara pandangmu.

Cara Bijak Hadapi Quarter-life Crisis

Sumber foto: Pexels/MART PRODUCTION

Meskipun masa sulit di usia seperempat abad seringkali penuh ketidakpastian, cara berikut dapat membantu kamu menghadapi perasaan yang rumit dan bergejolak tersebut dengan lebih kuat dan mantap.

Melakukan introspeksi diri

Ini adalah langkah penting dalam menghadapi jenis krisis perkembangan ini. Menyadari bahwa perasaan yang kamu alami adalah bagian normal dari kehidupan bisa memberikan rasa lega. 

Hal ini juga bisa menjadi kesempatan untuk lebih memahami diri sendiri. Howard menyarankan bahwa eksplorasi diri ini dapat membantu kamu mengklarifikasi keyakinan, nilai, dan tujuan kamu.

Menyisihkan waktu untuk mencatat pikiran dalam jurnal atau membuat daftar nilai-nilai kamu dapat membantu kamu lebih memahami hal-hal yang paling penting bagi kamu. 

Dengan mendapatkan kejelasan tentang hal-hal ini, kamu akan lebih mudah membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kamu dan apa yang benar-benar penting dalam hidup kamu.

Beberapa strategi yang bisa kamu lakukan dalam proses introspeksi diri, mencakup:

  • Memberi waktu sendiri

Dukungan dari lingkungan sosial selalu penting, namun kesendirian juga bisa menjadi momen yang baik untuk merenungkan hal-hal yang paling berarti untukmu, tanpa tekanan dari lingkungan sosial.

  • Journaling

Menulis menjadi cara yang cukup ampuh. Menuliskan perasaan dan apa yang kamu pikirkan ke dalam sebuah jurnal membuat perasaan lebih lega.

Kamu juga bisa menulis rencana apa yang akan kamu lakukan, tujuan hidup, dan harapan-harapanmu. 

Ini bisa menjadi cara yang luar biasa untuk mencari pola dan menyadari apa yang paling penting bagi kamu.

  • Visualisasi masa depan

Luangkan waktu untuk memvisualisasikan masa depanmu. Bayangkan dirimu mengikuti berbagai jalur dan pertimbangkan bagaimana perasaanmu pada setiap pilihan tersebut.

  • Dapatkan saran dari teman terdekat dan keluarga

Teman, anggota keluarga, mentor, dan individu yang dipercaya lainnya bisa menjadi sumber umpan balik dan wawasan yang berharga. Wawasan mereka dapat membantu kamu lebih memahami baik kelebihan maupun potensi kamu.

Beberapa cara bijak untuk hadapi quarter-life crisis bisa kamu lakukan. Semangat dan jangan lupa untuk selalu mengambil sisi positif dari fase ini, ya!

Baca juga: Cara Menikmati Hidup di Usia 20-an Agar Tidak Menyesal di Masa Depan

Ingin informasi menarik lainnya? Gabung di komunitas Girls Beyond Circle, yuk!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond