
10+ Perempuan Hebat yang Menginspirasi dan Mengubah Pandangan Hidup
Dulu, perempuan sering dianggap sebelah mata, seolah hanya berada di belakang kaum laki-laki. Tapi, seiring berjalannya waktu dan perjuangan perempuan hebat, pandangan itu perlahan berubah.
Salah satunya melalui perayaan International Women’s Day (IWD) yang jatuh setiap 8 Maret, yang asalnya dari gerakan buruh dan hak pilih di abad ke-20.
Hari ini, IWD menjadi momen penting untuk merayakan hak perempuan, kesetaraan gender, dan menanggulangi masalah seperti kekerasan terhadap perempuan.
Nah, dalam rangka merayakan hari istimewa ini, Girls Beyond ingin memperkenalkan 10 perempuan inspiratif yang mengubah dunia!
Baca juga: 5 Film Tokoh Wanita Inspiratif yang Beri Pelajaran Bermakna
Malala Yousafzai – Advokat Pendidikan Perempuan
Malala Yousafzai, lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Pakistan, dikenal sebagai advokat pendidikan untuk perempuan dan penerima Nobel Perdamaian termuda.
Sejak kecil, Malala tumbuh di Lembah Swat, Pakistan, di mana ayahnya, Ziauddin Yousafzai, mengelola sekolah dan mendukung pendidikan bagi semua anak.
Pada usia 11 tahun, Taliban menguasai Swat dan melarang perempuan bersekolah. Malala, yang menentang pembatasan ini, mulai menulis blog dengan nama samaran Gul Makai untuk BBC Urdu.
Pada 9 Oktober 2012, ia ditembak oleh Taliban, tetapi selamat dan semakin dikenal dunia.
Kini, Malala terus berjuang untuk pendidikan perempuan lewat Malala Fund, mendukung pendidikan gratis dan aman di seluruh dunia.
Helen Keller – Aktivis Penyandang Tuna Rungu & Tuna Netra
Helen Keller yang lahir pada 1880, adalah seorang pendidik, penulis, dan aktivis yang menginspirasi dunia dengan perjuangannya mengatasi tantangan sebagai penyandang tuna rungu dan tuna netra.
Kehidupannya dipenuhi dengan pencapaian luar biasa meskipun banyak rintangan, baik masalah pribadi maupun sosial.
Pada usia 19 bulan, Keller kehilangan penglihatan dan pendengarannya akibat penyakit. Namun, kehidupannya berubah saat Anne Sullivan menjadi guru yang mengajarinya berkomunikasi dengan mengeja kata-kata di telapak tangan, dimulai dengan kata “air.”
Melalui bimbingan Sullivan, Keller belajar membaca braille, menulis, dan akhirnya berbicara. Ia menjadi perempuan pertama tunarungu dan tunanetra yang lulus dari Radcliffe College pada 1904.
Keller juga dikenal sebagai aktivis sosial yang memperjuangkan hak-hak perempuan, kesetaraan ras, hak buruh, dan hak disabilitas.
Fatima Al-Fihri – Pendiri Universitas Tertua di Dunia
Fatima al-Fihri, seorang wanita Muslim luar biasa, mendirikan Universitas al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, pada tahun 859 M, yang diakui oleh UNESCO sebagai universitas tertua yang terus beroperasi hingga kini.
Meskipun hidup di zaman di mana perempuan terbatas pada peran domestik, Fatima mengatasi kesulitannya, seperti kehilangan ayah dan suami, dengan memanfaatkan warisan untuk mendirikan universitas ini.
Ia berhasil menciptakan pusat pendidikan yang menjadi tempat berkumpulnya para cendekiawan dari berbagai penjuru dunia.
Fatima bisa dibilang sebagai pelopor pendidikan bagi perempuan dan pemimpin di masa sulit. Ia menunjukkan ketangguhan dan dedikasi untuk masyarakat. Warisannya terus hidup melalui Universitas al-Qarawiyyin, yang hingga kini menjadi simbol perjuangannya.
Baca juga: Nggak Cuma Fella dan Sarah, 5 Tokoh Perempuan dalam Film Indonesia Ini Nggak Kalah Keren!
Chien Shiung Wu – Fisikawan Perintis dalam Fisika Nuklir
Chien-Shiung Wu, dikenal sebagai “First Lady of Physics,” adalah seorang fisikawan Tiongkok-Amerika yang menembus batasan di dunia sains.
Meskipun menghadapi diskriminasi sebagai perempuan dan imigran, ia tetap berkontribusi besar dalam fisika nuklir, termasuk eksperimen yang membuktikan pelanggaran hukum paritas pada 1956, sebuah temuan yang membawa rekan-rekan prianya meraih Nobel, sementara Wu diabaikan.
Terlepas dari ketidakadilan ini, perempuan hebat ini terus memperjuangkan kesetaraan gender dalam sains, menjadi perempuan pertama yang memegang berbagai posisi prestisius, seperti Presiden American Physical Society.
Semangat juang dan dedikasinya ini, membuka jalan bagi generasi perempuan di bidang STEM, menjadikannya ikon inspiratif bagi ilmuwan perempuan di seluruh dunia.
Queen Elizabeth I – Pemimpin Visioner & Ratu Inggris yang Mandiri
Siapa yang enggak kenal Ratu Elizabeth I ini? Pemimpin Inggris yang memerintah di tahun 1558 ini menghadapi tantangan sebagai perempuan di dunia yang didominasi laki-laki.
Di tengah skeptisisme terhadap kepemimpinan wanita, ia membuktikan dirinya sebagai penguasa yang cerdas dan tangguh.
Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang menolak menikah, menjadikan dirinya “Virgin Queen” sebagai simbol kekuatan dan dedikasi terhadap Inggris.
Selain menghadapi tekanan gender, ia juga menangani konflik agama dan ancaman politik, termasuk konspirasi serta invasi dari Spanyol.
Keberhasilannya mengalahkan Armada Spanyol pada 1588 menegaskan ia pemimpin perempuan tangguh.
Namanya tetap hidup sebagai inspirasi bagi perempuan dalam kepemimpinan dan politik di seluruh dunia.
Sojourner Truth – Aktivis Anti Perbudakan & Hak-hak Perempuan
Sojourner Truth adalah contoh nyata ketangguhan perempuan dalam menghadapi penindasan di Amerika abad ke-19.
Lahir sebagai budak, ia melawan ketidakadilan dengan melarikan diri, memenangkan gugatan atas hak asuh anaknya yang dijual secara ilegal, dan mengabdikan hidupnya untuk perjuangan anti-perbudakan serta hak perempuan.
Pidatonya yang terkenal, “Ain’t I a Woman?”, mengguncang norma sosial dengan menyoroti ketidakadilan yang dihadapi perempuan kulit hitam.
Meskipun mengalami diskriminasi ganda sebagai perempuan dan orang kulit hitam, ia tetap berjuang untuk kesetaraan, bahkan mendukung hak-hak tentara kulit hitam selama Perang Sipil.
Maya Angelou – Penyair, Penulis, dan Aktivis Hak-hak Sipil AS
Maya Angelou, perempuan hebat yang lahir pada tahun 1928, adalah penyair, penulis, dan aktivis hak sipil yang memiliki banyak pencapaian luar biasa sekaligus perjuangan besar dalam hidupnya.
Angelou pernah mengalami banyak kesulitan, termasuk trauma pelecehan seksual saat berusia delapan tahun yang membuatnya bisu hampir enam tahun.
Meskipun begitu, ia jatuh cinta pada sastra dan menghafal banyak karya besar. Setelah menjadi ibu tunggal pada usia 16 tahun, ia bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anaknya.
Buku otobiografinya, I Know Why the Caged Bird Sings (1969), menceritakan perjuangannya melawan rasisme dan trauma seksual, dan menjadikannya inspirasi bagi banyak orang yang pernah mengalami hal serupa.
Baca juga: Pekerjaan Perempuan Menarik yang Diangkat Drakor, Apa Saja?
Greta Thunberg – Aktivis Iklim yang Memperjuangkan Isu Pemasan Global
Greta Thunberg, yang lahir pada 3 Januari 2003 di Stockholm, Swedia, adalah aktivis lingkungan global yang terkenal karena perjuangannya melawan perubahan iklim.
Ia khawatir dengan ancaman pemanasan global, karena para pemimpin di zaman itu enggak berbuat apapun tentang krisis tersebut.
Pada 2018, ia mendirikan gerakan “Fridays for Future” gerakan mogok sekolah global yang dilakukan pada hari Jumat untuk memprotes perubahan iklim.
Thunberg sering mendapat kritik, kebencian hingga misogini, banyak dari pembenci yang sering merendahkan usaha-usahanya.
Namun, ia tetap tegar dan terus berjuang, bahkan dengan pengorbanan besar dari keluarganya, termasuk ibunya yang meninggalkan karier opera demi prinsip lingkungan.
Amanda Gorman – Penyair & Aktivis Termuda di AS
Amanda Gorman, lahir pada 7 Maret 1998 di Los Angeles, California, adalah seorang penyair dan aktivis yang dikenal karena karyanya yang mengangkat tema identitas kulit hitam, feminisme, marginalisasi, dan keadilan sosial.
Setelah membacakan puisinya The Hill We Climb pada pelantikan Presiden AS Joe Biden tahun 2021, ia mendapatkan pengakuan internasional. Meskipun sukses, Gorman menghadapi berbagai tantangan.
Ia dilahirkan prematur dan didiagnosis dengan gangguan pemrosesan auditori yang mempengaruhi kemampuannya memahami bahasa lisan, terutama berbicara dalam huruf “R”, membuatnya merasa sering diabaikan dalam percakapan, namun tantangan ini justru memperkaya karya puisinya.
Selain itu, Gorman juga melawan ekspektasi gender yang seringkali membuat perempuan merasa harus diam, serta perjuangan atas diskriminasi rasial dan prasangka yang sering ia hadapi.
Claudette Colvin – Pelopor Gerakan Hak-hal Sipil AS
Claudette Colvin adalah seorang perempuan hebat yang berperan penting dalam gerakan hak-hak sipil Amerika.
Lahir pada 5 September 1939 di Montgomery, Alabama, Colvin tumbuh dalam masyarakat yang tersegregasi dan ketidakadilan.
Hidupnya berubah ketika pada usia 15 tahun, pada 2 Maret 1955, ia menolak untuk memberikan kursi busnya kepada penumpang kulit putih.
Meskipun aksinya yang berani mengguncang komunitas kulit hitam, ia ditolak oleh pemimpin hak-hak sipil karena dianggap terlalu muda dan karena kehamilan di luar nikah yang dialaminya setelah kejadian tersebut, yang dianggap dapat merusak citra gerakan.
Namun, Colvin berperan penting dalam kasus Browder v. Gayle, yang membuat Mahkamah Agung AS pada 1956 membatalkan aturan pemisahan tempat duduk di bus karena melanggar konstitusi.
Rosalind Franklin – Ahli Kimia Fisika dan Pakar dalam Bidang Kristalografi
Rosalind Franklin adalah ilmuwan brilian yang berkontribusi besar dalam memahami struktur DNA, RNA, dan virus.
Namun, sebagai perempuan hebat di dunia sains pada masanya, ia menghadapi diskriminasi yang menghambat pengakuan atas karyanya.
“Photo 51,” gambar difraksi sinar-X miliknya, menjadi kunci penemuan struktur heliks ganda DNA, tetapi pengakuannya dirampas oleh rekan-rekan pria seperti Watson dan Crick.
Ia juga menghadapi ketidakadilan di tempat kerja, dari eksklusi sosial hingga gaji yang tidak setara.
Meski hidupnya singkat, Franklin menjadi simbol perjuangan perempuan dalam sains. Kisahnya menginspirasi generasi ilmuwan wanita untuk terus berkarya dan menuntut pengakuan yang layak atas kontribusi mereka.
Janne Addams – Pelopor Reformasi Sosial dan Pendiri Hull House di Chicago
Jane Addams adalah pelopor reformasi sosial yang mendirikan Hull House di Chicago untuk membantu imigran dan orang miskin.
Sebagai perempuan, ia menghadapi banyak tantangan karena peran gender yang membatasi.
Ia memilih aktivisme sosial daripada menikah atau menjadi biarawati. Meski sering diremehkan dan dikritik karena menentang perang, ia tetap memperjuangkan hak perempuan, hak buruh, dan keadilan rasial.
Pada 1931, ia menjadi wanita pertama yang menerima Nobel Perdamaian. Hingga kini, perjuangannya terus menginspirasi gerakan keadilan sosial.
Baca juga: Mengapa 22 Desember Diperingati sebagai Hari Ibu? Ini Asal-Usulnya!
Perempuan hebat di dunia telah membuktikan bahwa keberanian dan ketekunan dapat membawa perubahan besar. Mari terus mendukung dan memperjuangkan kesetaraan bagi semua. Happy International Women’s Day!
—
Gabung Girls Beyond Circle dan dapatkan fakta dunia yang menarik lainnya!