gagal menampilkan data

Article

Dampak Negatif AI yang Harus Dihindari di Dunia Pendidikan, Bikin Kehilangan Skill!

Written by Adila Putri Anisya

Belakangan ini, teknologi AI makin sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dari bikin copy tulisan sampai ngerjain tugas sekolah, semuanya jadi terasa lebih gampang. 

Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada hal penting yang sering luput dari perhatian, AI juga bisa bikin kita jadi terlalu bergantung dan kehilangan kemampuan yang sebenarnya penting, apalagi di dunia pendidikan. 

Yuk, kita bahas bareng-bareng apa saja dampak negatif AI yang wajib kita waspadai!

Baca juga: 6 Aplikasi AI untuk Curhat yang Bisa Jadi Teman Ngobrol 24/7 

Dampak Negatif AI yang Bikin Kehilangan Skill 

Dampak Negatif AI yang Bikin Kehilangan Skill
Sumber foto: Pexels

Berdasarkan dari berbagai sumber, salah satunya TSH Anywhere, berikut adalah beberapa dampak negatif AI di dunia pendidikan yang harus diwaspadai!

1. Terlalu Bergantung, Jadi Malas Berpikir

Bayangin kamu lagi ngerjain tugas esai. Tinggal buka AI, ketik topiknya, dan voila! jawabannya langsung muncul.

Yup, ini memang praktis. Tapi lama-lama, kita bisa kehilangan kemampuan untuk mikir kritis dan menganalisis. Padahal, skill tersebut penting banget buat memecahkan masalah di dunia nyata.

Jadi, AI memang membantu kita untuk memecahkan masalah bahkan bisa menganalisis dengan baik, namun kemampuan mereka juga terbatas, seringkali pemikiran out of the box hanya di muncul dari ide manusia.

2. Kreativitas Jadi Tumpul

AI memang jago kasih rekomendasi berdasarkan pola data, tapi AI enggak bisa mengajari kita untuk berpikir unik atau ngasih ide yang benar-benar baru. 

Kalau semua orang pakai AI untuk menulis puisi atau membuat desain, hasilnya bisa mirip-mirip dan kurang “jiwa”.

Misalnya, murid seni yang bikin karya lukisan berdasarkan prompt AI, hasilnya bisa teknis banget tapi kurang emosi dan personal touch. Padahal, seni itu soal ekspresi, bukan sekadar visual yang “benar”.

3. Kurangnya Interaksi Sosial

Semakin sering kita belajar lewat chatbot atau platform AI lainnya, makin sedikit juga kita ngobrol langsung sama guru atau teman. 

Padahal, diskusi di kelas, debat ringan, atau sekadar tanya jawab bisa nambah banyak hal: dari cara menyampaikan pendapat sampai belajar empati.

AI bisa bantu jawab soal atau bantu kamu memberikan saran saat kamu curhat, tapi enggak bisa ngerti ekspresi wajah kamu saat bingung, atau nyemangatin kamu waktu kamu down. Hal-hal kayak gitu cuma bisa datang dari manusia.

4. Posisi Guru Bisa Tergeser

Beberapa sekolah mulai pakai AI buat koreksi tugas atau bahkan jadi mentor virtual. Memang praktis, tapi lama-lama bisa bikin peran guru jadi makin sempit.

Kita jadi lupa kalau guru bukan cuma pengajar, tapi juga pembimbing, motivator, dan teman diskusi.

Tanpa kehadiran guru yang “manusiawi”, proses belajar bisa terasa kering dan formal banget. Engak ada lagi cerita lucu di kelas, atau nasihat ringan yang ternyata membekas.

5. Bias dan Masalah Etika

AI belajar dari data atau riwayat yang selama ini kamu tulis di sana. Nah, kalau datanya bias atau enggak seimbang, hasilnya juga bisa demikian.

Misalnya, algoritma AI bisa mengabaikan konteks suatu budaya atau malah memperkuat stereotip tertentu. Ini bahaya kalau kita anggap hasil AI selalu netral dan benar.

Bayangin ada siswa yang dapat penilaian buruk karena sistem AI enggak paham kondisi sosial atau latar belakangnya. 

Padahal, setiap anak punya cerita dan tantangan masing-masing yang enggak bisa dimaknai lewat angka atau data semata.

6. Fokus Menurun, Stres Meningkat

Karena semua terasa instan, seorang siswa atau mahasiswa mungkin bisa jadi mudah terdistraksi. Misalnya, buka AI buat nyari info, tapi malah lanjut scrolling aplikasi lain. Selain itu, ada tekanan buat hasil yang cepat dan sempurna karena merasa “AI aja bisa, masa aku enggak?”

Ini bisa bikin stres, bahkan burn out, apalagi kalau siswa jadi kehilangan semangat buat belajar secara alami.

7. Nilai Karya Asli Makin Tergeser

Dengan AI yang bisa bikin artikel, makalah, bahkan penelitian, nilai dari hasil karya asli pelan-pelan bisa terkikis. 

Orang jadi jarang benar-benar membaca, meneliti, dan mendalami satu topik secara serius. Sayang banget kan, kalau semangat belajar digantikan oleh “asal selesai”?

AI memang banyak manfaatnya. Tapi, kalau digunakan tanpa kontrol, bisa bikin kita kehilangan kemampuan-kemampuan penting yang dibutuhkan di masa depan, mulai dari berpikir kritis, berkomunikasi, sampai mencipta hal baru.

Baca juga: Rumus Jitu Prompt AI untuk Hasil Akurat dan Tepat [+Contohnya] 

Lantas, Apa yang Harus Dilakukan Agar Enggak Terdampak Negatif AI?

Apa yang Harus Dilakukan Agar Enggak Terdampak Negatif AI?
Sumber foto: Pexels

AI enggak salah. Yang salah adalah kalau kita jadi malas belajar gara-gara semua diserahkan ke mesin. Nah, biar kita enggak kebablasan ketergantungan dengan AI, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, baik oleh siswa maupun pengajar.

1. Dorong Rasa Penasaran, Bukan Cuma Cari Jawaban Cepat

Penting banget untuk mulai mempertanyakan “kenapa” dan “bagaimana”, bukan sekadar “apa jawabannya”.

Misalnya, daripada nanya ke AI “Apa penyebab revolusi industri?”, coba telusuri sendiri lewat video, diskusi, atau artikel. AI bisa tetap jadi alat bantu, tapi bukan satu-satunya sumber.

2. Bangun Lingkungan Belajar yang Fokus ke Proses, Bukan Hasil

Daripada ngasih tugas esai yang jawabannya bisa dicari di internet, guru bisa ajak siswa bikin jurnal reflektif, diskusi kelompok, atau presentasi pendapat. Aktivitas semacam ini lebih menekankan proses berpikir, bukan hanya hasil akhir.

Contoh: Alih-alih minta siswa menulis tentang “Dampak Perubahan Iklim”, guru bisa minta mereka berdiskusi dalam kelompok, lalu menyampaikan pandangannya lewat video pendek atau infografis buatan sendiri.

3. Ajak Siswa Belajar Kolaboratif dan Terbuka

Salah satu cara menekan dampak negatif AI adalah dengan memperkuat kerja tim dan diskusi terbuka. 

Di situ, siswa dilatih untuk mendengarkan, menyampaikan pendapat, dan berargumen sehat. AI boleh bantu nyusun ide, tapi ide utamanya tetap harus datang dari diskusi manusia.

4. Latih Kemampuan Problem Solving Sejak Dini

Tantangan nyata di masa depan enggak bisa dijawab dengan satu kalimat. Maka dari itu, siswa perlu dibiasakan menyelesaikan masalah yang kompleks. 

Misalnya, diberi studi kasus dan diminta mencari solusi kreatif dengan tim. Di sini, mereka belajar menggabungkan informasi, berpikir kritis, dan menyusun strategi.

5. Jaga Etika dan Kejujuran Akademik

Yang enggak kalah penting, edukasi tentang etika. Siswa perlu tahu bahwa menjiplak itu bukan cuma soal hukum atau nilai, tapi soal integritas pribadi. 

Guru bisa rutin mengingatkan, bahkan bikin kode etik bersama di kelas, biar siswa merasa punya tanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.

Baca juga: Selain ChatGPT, Ini 5 Tools AI Terbaik yang Bisa Kamu Gunakan! 

Ingat, ya! AI enggak selamanya buruk, justru kalau dipakai dengan bijak. Teknologi ini bisa jadi sahabat dalam belajar. Tapi kita juga harus sadar bahwa belajar bukan soal cepat selesai, tapi soal proses tumbuh. 

Jadi, yuk gunakan AI seperlunya, seperti contoh penggunaan AI dalam dunia pendidikan yang bisa kamu baca dalam artikel berikut: Pengajar Wajib Tahu, Ini Contoh Penggunaan AI dalam Dunia Pendidikan.

Yuk, gabung discord Girls Beyond Circle dan dapatkan informasi menarik lainnya seputar dunia pendidikan! 

Cover: Pexels

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond