gagal menampilkan data

Article

Ciri-Ciri Hubungan Secure Attachment, Kamu dan Pasangan Dewasa secara Emosional

Written by Adila Putri Anisya

Drama dalam hubungan asmara memang sering kali terjadi, ada saja konflik kecil yang bikin hubungan jadi memanas. Tapi tahukah kamu, cara kita menghadapi dan merespons drama itu sebenarnya dipengaruhi oleh gaya keterikatan, atau attachment style?

Dikemukakan oleh Bowlby dan Mary Ainsworth, attachment style ini menggambarkan bagaimana kita membangun ikatan emosional dan mempertahankan hubungan dengan orang-orang terdekat, terutama pasangan. 

Salah satu tipe attachment yang paling ideal adalah “secure”,  tipe yang biasanya punya hubungan lebih sehat, nyaman, dan stabil dibandingkan tipe anxious, avoidant, atau disorganized. 

Kalau kamu penasaran apakah kamu termasuk yang punya gaya keterikatan secure, yuk, simak dulu beberapa tanda berikut!

Baca juga: Siap Membangun Healthy Relationship? Kenali Pertanda Kamu Punya Secure Attachment Style! 

Mengenal Secure Attachment

Mengenal Secure Attachment
Sumber foto: Freepik

Secure attachment adalah gaya keterikatan yang terbentuk dari hubungan positif dengan orang tua atau pengasuh utama sejak masa kecil, yang kemudian memengaruhi cara seseorang membangun hubungan di masa dewasa. 

Studi oleh Shaver, Hazan, dan Bradshaw (1988) menunjukkan bahwa pola keterikatan di masa kecil cenderung tercermin dalam hubungan romantis dewasa. 

Sementara itu, Research Suggests menyebutkan bahwa sekitar 66% orang dewasa di AS memiliki gaya keterikatan secure, yang ditandai dengan kemampuan membangun hubungan yang dalam, hangat, dan tahan lama. 

Orang dengan gaya ini juga biasanya mudah bergaul dan disukai di lingkungan sosial maupun kerja.

Ciri-Ciri Seseorang Punya Secure Attachment saat Dewasa dan Menjalin Hubungan

Ciri-Ciri Seseorang Punya Secure Attachment saat Dewasa dan Menjalin Hubungan
Sumber foto: Pexels

Menurut Simply Psychology, berikut beberapa tanda yang menunjukkan seseorang memiliki secure attachment saat berhubungan:

  • Nyaman dengan kedekatan dan keintiman: Mereka merasa tenang ketika dekat dengan pasangan dan juga bisa memberi ruang pribadi tanpa overthink.
  • Percaya dan terbuka: Enggak ragu untuk mengungkapkan perasaan dan meminta dukungan saat butuh.
  • Jujur secara emosional: Enggak menyembunyikan emosi atau memendam masalah, tapi berani menunjukkan apa yang dirasakan.
  • Tangguh menghadapi masalah: Mampu melihat situasi dan orang lain secara objektif, serta tetap menghargai hubungan meski ada konflik.
  • Enggak terlalu bergantung dan mandiri: Bisa bergantung pada pasangan namun tetap menjaga kemandirian sehingga hubungan terasa sehat dan harmonis.

Selain itu, Study.com juga menyebutkan beberapa tanda seperti:

  • Kemampuan untuk percaya dan dipercaya
  • Kemampuan untuk mencari kenyamanan saat dibutuhkan
  • Kemampuan untuk menghibur pasangan saat mereka membutuhkannya
  • Nyaman berbagi emosi
  • Memiliki harga diri yang positif
  • Melihat orang lain dengan cara yang positif

Baca juga: Mengenal Anxious Attachment Style yang Bikin Kamu Haus Validasi Pasangan 

Contoh Situasi Pasangan Secure dalam Hubungan

Contoh Situasi Secure Attachment dalam Hubungan
Sumber foto: Pexels

Raka dan Dinda sudah pacaran hampir dua tahun. Hubungan mereka mulai diuji saat Dinda diterima kerja di luar kota, sementara Raka masih kuliah di Jakarta. Mereka sempat ragu, bukan karena enggak percaya satu sama lain, tapi karena tahu LDR butuh usaha ekstra.

Waktu Dinda bilang ia mau ambil tawaran kerja itu, Raka enggak menahan atau bikin drama. Ia justru bilang, “Aku tahu ini penting buat karier kamu. Kalau kamu yakin, aku dukung.” Dinda juga terbuka soal ketakutannya: takut makin jauh, takut berkurang waktu ngobrol, dan takut Raka berubah. Tapi mereka saling meyakinkan lewat obrolan yang jujur dan enggak menghakimi.

Beberapa bulan setelah LDR berjalan, ada momen Raka ngerasa cemburu karena Dinda sering posting bareng rekan kerjanya. Tapi alih-alih marah-marah, Raka bilang dengan tenang, “Aku tahu kamu berhak punya dunia sendiri di sana, tapi aku cuma butuh diyakinkan sedikit aja.” Dinda enggak defensif, malah ngajak ngobrol lebih dalam dan meyakinkan Raka bahwa komitmennya enggak berubah.

Mereka enggak saling menuntut untuk terus hadir 24/7, tapi tetap rutin komunikasi, saling cerita, dan jujur soal apa yang mereka rasakan. Mereka sadar bahwa hubungan yang sehat bukan soal selalu bareng, tapi soal saling percaya dan tumbuh, bahkan dari jauh

Lantas, bagaimana jika situasi di atas dialami oleh anxious, avoidant, atau disorganized attachment?

  • Dinda (anxious) bisa jadi overthinking saat Raka enggak langsung membalas pesan. Ia mulai mikir macam-macam: “Dia udah berubah ya? Masih sayang enggak sih?”
  • Kalau Raka (avoidant) merasa hubungannya jadi “ribet” karena harus jaga komunikasi tiap hari, ia bisa mulai menarik diri.
  • Dalam situasi LDR, misalnya, Dinda (disorganized) bisa merasa sangat sayang dan butuh Raka, tapi di saat yang sama juga enggak percaya kalau hubungannya bakal aman.

Kesimpulannya:

  • Secure: Bisa ngomongin perasaan, saling percaya, dan menyelesaikan masalah bareng.
  • Anxious: Cemas ditinggalkan, butuh kepastian terus-menerus.
  • Avoidant: Takut terlalu dekat, lebih memilih jaga jarak.
  • Disorganized: Bingung antara ingin dekat dan takut disakiti, emosinya enggak konsisten.

Apakah Secure Attachment Bisa Dilatih?

Apakah Secure Attachment Bisa Dilatih?
Sumber foto: Pexels

Jawabannya: bisa. Walaupun gaya keterikatan kita terbentuk sejak kecil berdasarkan hubungan dengan orang tua atau pengasuh utama, bukan berarti kita enggak bisa berubah seiring waktu. 

Dilansir dari Simply Psychology, dalam dunia psikologi, ini dikenal sebagai internal working model, semacam "template" awal yang kita bawa ke dalam hubungan saat dewasa. Tapi kabar baiknya, template itu bisa diperbarui lewat pengalaman dan hubungan baru yang lebih sehat dan aman.

Hubungan romantis di masa dewasa, termasuk pertemanan yang suportif, bisa menjadi tempat yang aman untuk melatih secure attachment. 

Jadi, meskipun kamu dulunya punya gaya attachment yang cenderung anxious, avoidant, atau disorganized, kamu tetap punya peluang untuk membangun koneksi yang lebih stabil dan nyaman.

Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mulai membentuk secure attachment:

  • Cari lingkungan yang stabil dan suportif: Kelilingi diri dengan orang-orang yang bisa dipercaya, konsisten, dan peduli, baik itu pasangan, sahabat, atau support system lainnya.
  • Bangun komunikasi yang terbuka dan jujur: Beranilah menyampaikan apa yang kamu rasakan dan butuhkan, serta belajar mendengarkan orang lain tanpa menghakimi.
  • Latih kepekaan emosional dan koneksi yang tulus: Belajar hadir secara penuh dalam interaksi, memperhatikan perasaan sendiri maupun orang lain, dan membangun empati dari sana.
  • Belajar dari orang dengan secure attachment: Hubungan dengan orang yang sudah lebih stabil secara emosional bisa bantu kamu memahami pola hubungan yang lebih sehat, sekaligus memberi contoh nyata soal kepercayaan, batasan, dan rasa aman.

Jadi, apakah kamu termasuk orang yang secure atau lainnya? Secure attachment bukan sesuatu yang langsung dimiliki semua orang, tapi bisa dibentuk lewat proses yang penuh dukungan. Semangat, ya!

Baca juga: 10 Cara Menghadapi Pasangan Avoidant dalam Hubungan Agar Tetap Langgeng! 

Gabung discord Girls Beyond Circle untuk dapatkan informasi seru lainnya seputar relationship!

Cover: Freepik

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond