Suka Sama Cowok yang Lebih Tua karena Daddy Issues? Mengenal Daddy Issues dan Pertandanya
“Kok selera kamu cowok yang lebih tua, sih? Kamu daddy issues, ya?” Hai, girls! Sering banget nggak, sih mendengar pertanyaan di atas? Belakangan ini, daddy issues emang sering banget dibahas, baik di media sosial maupun obrolan secara langsung. Katanya, cewek yang suka sama cowok yang lebih tua itu daddy issues. Wah, apa benar begitu?
Nah, sebelumnya, kamu perlu tahu dulu, nih arti daddy issues yang sebenarnya itu apa, sih? Masa cuma suka sama cowok yang lebih tua aja dibilang daddy issues?! Padahal banyak perempuan yang preferensi pasangannya adalah laki-laki yang usianya lebih tua.
Baca juga: Apa Itu Inner Child dan Mengapa Bisa Terluka?
Apa Itu Daddy Issues?
Sebenarnya, daddy issues nggak memiliki definisi yang absolut. Namun, daddy issues umum didefinisikan sebagai dampak dari permasalahan ikatan antara ayah dengan anak. Daddy issues dapat terjadi kepada siapa pun, tetapi umumnya identik dengan perempuan.
Daddy issues nggak termasuk sebagai istilah klinis yang telah diakui oleh dunia psikologi. Namun, kemunculan istilah ini berangkat dari teori father complex yang pernah dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, father complex adalah impuls yang muncul tanpa disadari akibat hubungan yang kurang harmonis dengan figur ayah.
Daddy issues identik dengan orang-orang yang nggak akur dengan ayahnya, atau bahkan nggak memiliki figur kebapakan dalam hidupnya sama sekali. Ternyata, daddy issues juga bisa dialami oleh anak yang terlalu dekat dengan ayahnya. Ayah yang terlalu memanjakan atau nggak menerapkan boundaries dengan sang anak bisa menjadi penyebab munculnya daddy issues.
Selain itu, daddy issues juga dapat terjadi pada seseorang yang pernah mengalami kekerasan seksual oleh figur otoritatif dalam hidupnya. Misalnya, ayah (kandung maupun tiri), paman, kakek, guru, dan sebagainya.
Baca juga: Rekomendasi Buku yang Bahas Trauma Masa Kecil
Pertanda Seseorang Mengalami Daddy Issues
Kenapa, sih cewek yang suka sama cowok yang lebih tua suka dibilang punya daddy issues? Emang bener, ya itu termasuk salah satu pertandanya? Biar nggak bingung, yuk simak sejumlah pertanda kamu mengalami daddy issues di bawah ini!
Cenderung Menyukai Pria yang Lebih Tua
Kecenderungan menyukai pria yang lebih tua memang salah satu pertanda seseorang memiliki daddy issues. Nggak jarang perempuan dengan daddy issues menjalin hubungan dengan laki-laki yang terpaut selisih usia belasan hingga puluhan tahun dengannya.
Biasanya, perempuan dengan kecenderungan seperti ini memiliki hubungan yang kurang sehat dengan sang ayah. Mungkin saja selama ini ia dibesarkan oleh sosok ayah yang abusive. Bahkan, bisa jadi ia nggak memiliki figur ayah (absent father) sama sekali. Akhirnya, ia berusaha mencari sosok ayah tersebut di pria-pria lain, dan biasanya ia menemukannya dalam diri lelaki yang telah berumur.
Apakah menyukai pria yang lebih tua itu salah? Nggak, dong! Namun, nggak jarang preferensi ini membuat sebagian orang mengalami child grooming, yaitu upaya orang dewasa membangun kedekatan emosional dengan anak di bawah umur dengan intensi seksual. Selain itu, nggak sedikit pula yang terlibat dalam hubungan ekstramarital, seperti perselingkuhan.
Bersikap Posesif atau Terlalu Dependen pada Pasangan
Daddy issues juga dapat ditandai dengan sikap posesif dalam sebuah hubungan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, kamu dibesarkan oleh ayah yang pernah atau sering melakukan perselingkuhan. Atau kamu nggak memiliki figur ayah dalam hidupmu. Entah karena sudah meninggal, memutus hubungan begitu saja, atau jarang menemuimu karena pekerjaan. Nah, hal ini bisa menjadi faktor seseorang bersikap posesif terhadap pasangannya.
Selain posesif, seseorang yang memiliki daddy issues seringkali terlalu bergantung pada pasangannya. Ketergantungan ini bisa diakibatkan oleh ketiadaan sosok ayah, maupun terlalu dimanjakan oleh ayah. Seseorang dengan daddy issues sangat cemas ketika ditinggal sendirian. Mereka memiliki rasa takut berlebihan akan diabaikan atau ditinggalkan.
Baca juga: Terlalu Bergantung pada Laki-laki, Bisa Jadi Kamu Punya Cinderella Complex
Sulit Percaya pada Laki-laki
Ternyata, daddy issues nggak cuma ditandai oleh ketergantungan pada laki-laki saja. Seringkali hal ini menimbulkan kesulitan untuk memercayai sosok laki-laki. Misalnya, orang tuamu bercerai karena ayahmu berselingkuh. Kamu pun tumbuh dengan mindset bahwa laki-laki hanya akan menyakiti perasaanmu, sehingga kamu sulit memercayai mereka.
Nah, jika kamu tetap memutuskan untuk menjalin relasi, hal ini bisa mengganggu hubunganmu dengan pasangan. Sebab, kamu selalu bersikap skeptis dan curiga pada pasanganmu. Setiap kali pasanganmu melakukan kesalahan, sekecil apa pun itu, kamu cenderung menganggapnya afirmasi terhadap trust issue yang kamu miliki.
Baca juga: Sering Meragukan Pasangan? Bisa Jadi Gejala Relationship OCD
Takut Terlihat Lemah di Hadapan Orang Lain
Daddy issues dapat disebabkan oleh tindak kekerasan yang dilakukan oleh figur ayah, termasuk kekerasan emosional. Misalnya, anak perempuan tertua yang selalu dituntut untuk menjadi pribadi yang tangguh oleh ayahnya. Sebab, kamu diharapkan dapat menjadi tempat bersandar bagi saudara-saudaramu.
Akibatnya, kamu menjadi takut terlihat lemah di hadapan orang lain. Di sisi lain, kamu sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang, atau validasi. Kamu butuh untuk diapresiasi serta diyakinkan bahwa kamu berharga.
Baca juga: Ada Apa dengan Anak Perempuan Tertua? Kenalan dengan Eldest Daughter Syndrome
Terlibat Hubungan Ekstramarital atau Perilaku Seksual Tidak Bertanggungjawab
Daddy issues juga dapat ditunjukkan dalam kecenderungan untuk terlibat dalam hubungan ekstramarital. Seperti yang sudah disebutkan, perempuan yang punya daddy issues cenderung mencari figur ayah dalam laki-laki lain. Seringkali figur tersebut kamu temukan dalam pria yang telah berkeluarga.
Selain itu, seseorang dengan daddy issues juga sangat rentan melakukan perilaku seksual tidak bertanggungjawab. Aktivitas seksual dijadikan sebagai sarana untuk mencari perhatian, kasih sayang, maupun validasi yang selama ini nggak pernah didapatkan dari figur ayah.
Baca juga: Berkaca dari Lagunya NIKI, Jangan Sampai Kamu Masuk Jebakan Backburner!
Dampak Daddy Issues
Daddy issues tentunya dapat berdampak negatif terhadap kehidupan seseorang, serta relasinya dengan orang-orang di sekitarnya. Berikut adalah sejumlah dampak yang dapat kamu alami akibat daddy issues:
- Memiliki rasa percaya diri yang rendah
- Sulit membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat
- Sulit untuk mengungkapkan emosi secara sehat (mis. silent treatment, pasif-agresif, menyakiti diri sendiri atau orang lain ketika marah, merusak barang ketika marah, dll.)
- Menjadi korban grooming
- Terlibat dalam hubungan ekstramarital atau perilaku seksual tidak bertanggungjawab
- Terjebak dalam toxic relationship
- Menjadi pelaku kekerasan
Seseorang yang memiliki daddy issues nggak hanya rentan menjadi korban toxic relationship. Mereka juga memiliki risiko menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari. Kekerasan yang dilakukan nggak selalu dalam bentuk fisik, melainkan bisa juga secara emosional. Misalnya, melakukan gaslighting, pengabaian, dan sebagainya. Nggak jarang, daddy issues yang nggak ditangani dengan tepat membuat kamu terjebak dalam siklus kekerasan.
Baca juga: Sulit Lepas dari Toxic Relationship, Bisa Jadi Kamu Terjebak Trauma Bonding
Menangani Daddy Issues
Hal pertama yang perlu kamu lakukan setelah menyadari bahwa kamu memiliki daddy issues adalah menerima apa yang telah terjadi. Kamu mungkin merasa marah, kecewa, malu, sedih, dan perasaanmu tersebut sangat valid. Namun, kamu juga perlu menyadari bahwa dirimu nggak bisa mengubah masa lalu. Berlarut-larut dalam perasaan marah atau nggak terima (denial) hanya akan membuat lukamu semakin dalam dan sulit untuk disembuhkan.
Meski begitu, kamu nggak perlu memandang rendah diri sendiri. Memiliki daddy issues nggak lantas menjadikanmu perempuan yang nggak berharga. Sadarilah bahwa ada banyak hal yang terjadi di luar kendalimu, termasuk penyebab daddy issues yang kamu miliki. Selain itu, kamu perlu mengingat bahwa pilihan untuk pulih atau terus melukai diri ada di tanganmu.
Selanjutnya, apabila dibutuhkan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Meskipun daddy issues nggak termasuk dalam diagnosis psikologi, tetapi ia dapat menyebabkan berbagai permasalahan yang berdampak pada kesehatan mental. Kamu bisa berkonsultasi ke psikolog agar dapat mengidentifikasi permasalahanmu, serta mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, kamu perlu membangun support system yang kuat di sekelilingmu. Carilah orang-orang yang bisa kamu percaya. Seringkali mereka nggak datang dari lingkup yang paling dekat, seperti keluarga, melainkan dari pertemanan atau komunitas. Kamu bisa menemukan orang-orang yang menerima, memahami, mendukung, serta menghargaimu.
Baca juga: Rekomendasi Film Indonesia yang Bicara soal Hubungan Orang Tua dan Anak
Istilah daddy issues seringkali digunakan untuk mencibir perempuan. Padahal mereka adalah korban dari figur ayah yang kurang bertanggung jawab. Maka dari itu, yuk kita sama-sama ciptakan lingkungan yang nggak bias gender! Alih-alih menghakimi, lebih baik kita dukung mereka untuk pulih dari luka masa lalunya, dan menjadi perempuan yang berdaya. Let’s empower each other, girls!
Kalau kamu butuh safe space untuk ngobrol seputar family and relationship maupun kesehatan mental, yuk gabung dengan Girls Beyond Circle! Klik di sini untuk join, ya!
Comments
(0 comments)