gagal menampilkan data

Article

Salma Kyana: Ketika Vitiligo Tidak Menjadi Penghalang untuk Menjadi Puteri Indonesia DKI Jakarta Favorit 2023

Written by Zefanya Pardede

Bayangkan bila suatu hari tubuhmu dipaksa mengalami perubahan yang membuat penampilanmu berbeda. Ada bercak-bercak pucat yang muncul di sekitar kulit tubuhmu. Jari tangan, leher, lengan, kaki, sikut, bahu, dan dadamu ditutupi oleh bentuk-bentuk yang membuat warna kulitmu tidak seimbang. Bercak-bercak tersebut pun akhirnya menyebar ke wajahmu yang awalnya mulus.

Hal inilah yang dialami oleh Salma Kyana, Puteri Indonesia DKI Jakarta Favorit 2023. 

Pada akhir 2018, perempuan usia ini mengalami sebuah kondisi medis yang disebut vitiligo. Vitiligo merupakan sebuah penyakit autoimun yang menyebabkan perubahan warna pada kulit berupa bercak-bercak. Sayangnya, bercak-bercak tersebut masih menempel pada tubuh Salma, dan sepertinya tidak akan hilang dalam waktu yang lama.

Kondisi ini sempat mengubur mimpinya untuk mengikuti ajang Puteri Indonesia, kontes kecantikan skala nasional yang paling bergengsi di Indonesia. Namun, ia memutuskan untuk tetap berjalan maju dan memilih untuk menerima diri.

Ini kisahnya.

Baca juga: Wendy Chu: Rasisme, Penyesuaian, dan Lika-liku Melanjutkan Kehidupan di Negara Lain Sebagai Imigran AS Asal Indonesia

Sudah Insecure, Makin Insecure Lagi

Potret Salma Kyana dengan kondisi vitiligonya. (FOTO: Instagram @salmakyn)

Umumnya, faktor terbesar yang menjadi penyebab penyakit vitiligo adalah faktor keturunan. Akan tetapi, hal ini berbeda bagi Salma. Beberapa tahun yang lalu, ia mengonsumsi sebuah suplemen yang ternyata menimbulkan bercak-bercak vitiligo pada tubuhnya.

“Mungkin banyak yang mengira bahwa ini tuh dari lahir, tapi sebenarnya tidak,” jelas Salma. “Aku konsumsi suplemen pada saat itu. Ternyata, suplemen tersebut men-trigger autoimun dalam tubuhku.”

Ketika pertama kali dikabarkan bahwa ia mengidap penyakit ini, Salma runtuh. Emosi dalam hatinya bercampur aduk. Banyak pikiran negatif yang melesat di benaknya. Ia merasa bingung, sedih, marah, sekaligus kecewa. Bahkan, ia sempat tidak mau keluar rumah.

“Waktu itu, tentu ada rasa shock, down, dan insecure. Sejujurnya, aku bukan berasal dari perempuan yang percaya diri. Aku tidak mampu ‘ya sudah’ dengan vitiligo ini,” katanya.

Salam mengaku bahwa dirinya susah percaya diri sejak lama. Ini karena pada saat remaja, Salma kerap menjadi korban perundungan yang menargetkan penampilan fisiknya. Tubuhnya sering dijadikan bahan tawa dan cemooh teman-teman di sekolah.

“Saat SMP, aku di-bully teman-temanku. Waktu itu, baik perempuan maupun laki-laki, mereka sering berkata bahwa payudaraku tepos, aku dipanggil triplek. Aku ditertawakan,” cerita Salma.

Kala itu, ia tidak tahu bahwa dirinya sedang direndahkan. Ketika beranjak dewasa, ia sadar bahwa perlakuan yang selama ini ia dapatkan tidak pantas. Hal tersebut meninggalkan luka dan jejak yang lumayan traumatis bagi Salma. Vitiligo ini seolah-olah menambahkan beban insecurity yang harus dipikul.

Parahnya, Salma terkena vitiligo saat sedang menjabat sebagai Putri Batik Nusantara 2018.

“Ketika aku pertama kali terkena vitiligo, aku lagi menjabat sebagai Putri Batik Nusantara 2018. Jadi terbayang saat itu lumayan banyak ekspektasi dari sekitar dan diriku sendiri,” ucapnya.

Namun, ia memilih untuk tidak terlalu lama tenggelam dalam rasa bencinya terhadap diri sendiri. 

Baca juga: Andrea Nathania: Student Filmmaker yang Ingin Menjadi Bagian Revolusi Sinema Indonesia

Mengenal Diri untuk Menerima Diri

Salma Kyana dalam sebuah photoshoot. (FOTO: Instagram @salmakyn)

Bagi Salma, perjalanannya menuju penerimaan diri tak akan pernah berakhir. Meskipun kepercayaan dirinya sudah lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya, penerimaan diri merupakan sebuah perjuangan yang masih dilakukan sampai hari ini.

“Kalau ditanya berapa lama, sampai sekarang pun aku masih berproses. Aku percaya bahwa mencintai diri adalah perjalanan seumur hidup,” kata Salma.

Ia menjelaskan bahwa tidak ada destinasi di mana ia sudah sepenuhnya mampu mencintai diri sendiri dan tidak lagi harus berproses. Mencintai merupakan sebuah latihan yang harus terus dilakukan.

“Ini adalah sebuah proses yang ada up dan down-nya. Akan tetapi, kita bisa memilih setiap hari untuk mencintai diri.”

Untuk menerima kondisi vitiligo yang dimilikinya, Salma telah mencoba berbagai metode. Mulai dari berkunjung ke psikolog untuk terapi, belajar meditasi, hingga melakukan kegiatan journaling, rasanya metode A–Z sudah ia lakukan. Namun, mengenal diri menjadi cara paling ampuh bagi Salma untuk menerima tubuhnya.

“Aku belajar untuk sadar bahwa ternyata tubuh, penampilan, dan looks itu bukan segala-galanya,” tuturnya.

Salma juga mengatakan bahwa yang penting adalah hal-hal yang ia miliki dalam dirinya, seperti passion yang dikerja, pesan yang ingin disampaikan, dan dampak yang ingin diberikan kepada masyarakat luas.

“Istilahnya, tubuhku hanya mobilnya saja, hanya vehicle-nya. Tapi yang penting sebenarnya adalah message yang aku carry.”

Seiring berjalannya waktu, Salma sadar bahwa dirinya kaya akan kelebihan dan nilai lainnya yang berharga. Kini, penampilan tubuhnya menjadi nomor kesekian dari nilai hidup Salma. Ia pun ingin membuktikan bahwa semua perempuan, terlepas dari fisiknya, berharga dan cantik dengan caranya masing-masing.

Baca juga: Soraya Nathasya: Kisah Penari Balet Indonesia yang Sudah Menari Selama 17 Tahun

Ada Pesan yang Ingin Disampaikan Melalui Puteri Indonesia

Mengikuti Puteri Indonesia sudah lama menjadi cita-cita Salma. Sejak duduk di bangku sekolah, dirinya sudah berangan-angan dan membayangkan kemerlapnya mahkota seorang Puteri Indonesia.

“Mimpi ini tuh sudah dari lama. Teman-temanku yang kenal dari zaman SMP-SMA tahu kalau aku mau banget ikut ajang pageant skala nasional, apalagi yang paling prestige adalah Puteri Indonesia,” kata Salma.

Ketika sudah semakin dekat dengan mimpi tersebut, Salma harus berhenti di tengah jalan akibat kemunculan vitiligo. Ia merasa mustahil bagi dirinya untuk bisa melanjutkan perjuangan tersebut.

“Sejak vitiligo, aku sempat mengubur mimpi itu karena merasa tidak mungkin lolos. ‘Mana mungkin aku diterima, toh aku tidak sempurna,’ begitu yang aku pikirkan,” bicaranya.

Rupanya, nasib berkata hal lain. Pada awal 2023, Salma dikirimkan pesan oleh pihak Puteri Indonesia. Pesan tersebut berisikan undangan untuk Salma mendaftarkan diri sebagai salah satu kontestan Puteri Indonesia.

Ini menjadi celah cahaya harapan yang mendorongnya untuk terus mengejar cita-cita.

“Awal tahun 2023, aku di-message sama seseorang dari Yayasan Puteri Indonesia dan diajak untuk ikut ajangnya. Kebetulan juga, sahabatku ikut Puteri Indonesia di tahun lalu,” ucap Salma.

Sebelumnya menerima ajakan tersebut, Salma bergumul selama beberapa waktu. Akan tetapi, ia sadar bahwa Puteri Indonesia bisa menjadi alat untuk membagikan passion-nya dan membuat orang-orang mendengarkan pesan yang ingin disampaikan.

“Aku pikir, sebenarnya seru juga, ya, kalau aku bisa jadikan ini sebagai platform untuk menyuarakan hal yang benar-benar jadi passion-ku, yaitu bahwa semua perempuan bisa merasa cantik,” jelasnya.

Akhirnya, Salma menginjakkan kakinya ke dalam ajang besar ini. Ia datang dengan membawa niat dan tekad yang kuat. Salma tidak melihat Puteri Indonesia sebagai kontes kecantikan semata-mata. Ada pesan penting yang ia ingin ia berikan kepada seluruh perempuan Indonesia.

“Aku ingin mendobrak standar kecantikan Indonesia. Aku ingin membuat perempuan sadar bahwa kita mampu membuat standar kecantikan sendiri.”

Baca juga: Angelina Wibowo: Tetap Harus Bekerja di Tengah Emotional Labor Industri Retail

MengenalDiri.id, Surat Cinta Salma Kepada Mereka yang Juga Berjuang

Selain Puteri Indonesia, ada platform lain yang Salma gunakan untuk menyebarkan pesannya.

Salma melihat bahwa banyak sekali orang di luar sana yang mengalami hal serupa dengan dirinya. Mereka juga mengalami mental yang sering turun, kondisi pikiran yang tidak sehat, dan masalah psikis lainnya yang membawa dampak pada kehidupan.

Ia tidak tinggal diam dan berkeinginan untuk membantu orang-orang sepertinya.

Pada 2020, Salma memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi yang bergerak di bidang kesehatan mental. Organisasi tersebut diberi nama MengenalDiri.id. Melalui platform tersebut, Salma menyebarkan pentingnya kesadaran masyarakat akan isu-isu kesehatan mental. 

Tidak hanya itu, MengenalDiri.id juga merupakan suatu komunitas yang saling membangkitkan. 

“Di MengenalDiri.id, kami mengadakan support group setiap bulannya secara gratis. Komunitas ini juga terbuka untuk membantu siapa pun,” kata Salma.

MengenalDiri.id berupaya untuk menjadi wadah dan tempat bagi orang untuk mulai menerima diri, baik dari luar maupun dalam dan menyediakan alat-alat yang bisa membantu perjalanan pemulihan.

Beberapa project besar pun dilakukan, salah satunya adalah penggalangan dana yang dilakukan untuk mendukung yayasan-yayasan penampung orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

“Kami akan mengadakan fundraising untuk yayasan ODGJ. Semoga acara ini bisa sukses agar benar-benar membantu ODGJ dan membuka mata masyarakat Indonesia untuk menghapus stigma kesehatan mental,” katanya.

Bersama dengan co-founder MengenalDiri.id, Salma berhasil menulis buku The Book of Dreams. Buku ini mengambil wujud guided journal yang membimbing pembacanya, langkah demi langkah, dalam perjalanan mereka dalam pengenalan diri. Kini, sudah ada ratusan eksemplar The Book of Dreams yang terjual.

Harapannya, Salma ingin terus belajar, berkarya, dan membawa pengaruh bagi masyarakat di luar sana, khususnya perempuan Indonesia.

“Aku ingin terus menjadi inspirasi banyak anak muda di Indonesia. Aku juga akan terus membantu para perempuan untuk menemukan diri mereka.”

Tidak hanya Salma Kyana, ada banyak perempuan hebat lainnya dengan cerita mereka masing-masing. Yuk, baca kisah mereka di sini!

Mau kenalan dengan perempuan-perempuan hebat? Bergabung ke Girls Beyond Circle sekarang!

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond