gagal menampilkan data

Article

Disney Tuai Kontroversi Setelah Mengumumkan Aktris Film Lilo & Stitch

Written by Zefanya Pardede

Pada 13 April 2023, Disney menetapkan aktris Sydney Agudong untuk memerankan tokoh Nani Pelekai, kakak Lilo, di film live-action Lilo & Stitch yang akan segera melalui tahap produksi.

Alih-alih disambut dengan meriah, pengumuman casting itu memicu perdebatan online tentang colorism dan whitewashing yang marak terjadi di industri perfilman dan hiburan.

Film animasi Lilo & Stitch (2002) mengikuti seorang gadis muda asal Hawaii, Lilo, dan teman aliennya asal planet lain yang bernama Stitch. Kayak perempuan sekaligus wali Lilo, Nani Pelekai, membesarkan Lilo setelah kematian orang tua mereka.

Warganet berargumen bahwa warna kulit aktris Sydney tidak merepresentasikan karakter Nani dengan baik. Di mana kulit Nani berwarna gelap, sebagaimana warna kulit orang Hawaii pada umumnya, kulit Sydney justru terang. 

Mengapa warna kulit menjadi perdebatan besar?

Untuk memahami lebih lanjut, mari kita pelajari definisi colorism dan whitewashing terlebih dahulu.

Baca juga: Di Balik Kontroversi Film ‘Dear David’, Ada Krisis Gender, Kesehatan Mental, dan Ketidakadilan yang Diabaikan

Apa Itu Colorism?

Colorism merupakan pemahaman dan praktik menyukai kulit yang lebih terang daripada kulit yang lebih gelap. Preferensi untuk kulit terang dapat dilihat dalam latar belakang ras atau etnis apa pun.

Colorism erat kaitannya dengan sejarah rasisme. Dahulu, orang asal Afrika dijadikan korban perbudakan. Pada masa-masa tersebut, mereka yang berkulit terang mendapat perlakuan istimewa ketimbang orang-orang berkulit gelap.

Tindakan tersebut menumbuhkan anggapan bahwa kulit gelap itu kotor, tidak pintar, dan lebih rendah derajatnya. Persepsi ini masih ada sampai hari ini.

Apa Itu Whitewashing?

Dalam media, whitewashing berarti penghilangan atau pergantian orang yang kulitnya berwarna gelap dengan orang-orang yang kulitnya lebih terang atau sepenuhnya putih.

Contoh adalah pemilihan casting karakter Nani di film live-action Lilo & Stitch. Dalam animasi Lilo & Stitch, Nani diciptakan dengan kulit gelap, sesuai dengan warna kulit natural orang Hawaii.

Namun, aktris Sydney Agudong memiliki kulit yang lebih terang, sangat berbeda dari desain karakter orisinal Nani.

Keputusan Disney untuk meng-casting Sydney ke dalam live-action Lilo & Stitch adalah contoh tindakan whitewashing yang kerap dilakukan oleh industri film.

Ini juga membuktikan bahwa Hollywood terang-terangan lebih menyukai aktor dan aktris berkulit terang dibandingkan mereka yang berkulit gelap.

Baca juga: Ramai Pejabat Flexing, Sebenarnya Flexing Itu Boleh Nggak Sih?

Lalu, Kenapa Ini Diperdebatkan?

Kita tahu bahwa dalam hal ini, Disney telah melakukan whitewashing. Apa yang diperdebatkan oleh warganet?

Misrepresentasi Masyarakat Hawaii dalam Media

Meskipun Sydney dilahirkan dan dibesarkan di Hawaii, seperti Nani, Sydney bukanlah penduduk berdarah Hawaii asli. Ia memiliki keturunan Irlandia, Inggris, dan Filipina yang memudarkan identitas Hawaiinya. Ini juga merupakan alasan kenapa kulitnya tidak segelap kebanyakan orang Hawaii.

Fakta ini dapat menyebabkan misrepresentasi buruk dalam film Lilo & Stitch. Masyarakat Hawaii, terutama anak-anak, telah bertahun-tahun melihat diri mereka dalam karakter-karakter Lilo & Stitch. Jarang sekali ada film mainstream yang merepresentasikan ras dan suku mereka.

Animasi Lilo & Stitch yang secara akurat menggambarkan penduduk asli Hawaii, mulai dari warna kulit, rambut, gaya hidup, bentuk wajah, budaya, dan latar belakang kehidupan, berhasil membawa representasi masyarakat Hawaii ke kancah mainstream—suatu hal yang sebelumnya mustahil.

Orang-orang Hawaii pun merasa diakui, terlihat, dan diapresiasi karena selama ini budaya mereka selalu dipandang sebelah mata secara global. Jarang sekali ada media yang mengangkat budaya Hawaii karena dianggap kurang signifikan.

Kehadiran aktris yang sama sekali tidak merepresentasikan aspek-aspek orang Hawaii dalam live-action Lilo & Stitch tentu membahayakan komunitas-komunitas native di Hawaii.

Whitewashing ini menghapus latar belakang budaya dan sejarah tokoh Nani dalam Lilo & Stitch. Dengan menghilangkan hal tersebut, Disney seolah-olah menyetujui bahwa kebudayaan orang Hawaii tidak terlalu penting dalam media mainstream.

Baca juga: Kasus Mario, David, dan Inisial A Mencerminkan Child Grooming yang Masih Dinormalisasikan di Indonesia

Colorism dan Rasisme

Memilih tokoh yang kulitnya terang untuk memerankan Nani di live-action Lilo & Stitch semakin menyorot colorism dan rasisme di dunia hiburan.

Di sejarah Hollywood, sedikit aktor dan aktris non-putih yang berhasil sukses. Kesempatan untuk berkarier dan berkarya selalu diberikan kepada mereka yang berkulit putih. Orang Asia, Afrika, Hispanik, Polynesia, dan etnis lainnya dikebelakangkan.

Dengan pengumuman casting Nani di Lilo & Stitch, lagi-lagi audiens disiram oleh realitas kejam industri perfilman yang lebih menyukai mereka berkulit terang.

Seharusnya, Disney memiliki tanggung jawab untuk memberikan kesempatan casting kepada mereka yang visibilitasnya kurang terlihat di industri film. 

Sebagai industri film anak yang salah satu misinya adalah memberi wadah ekspresi dan kebahagian bagi anak-anak di seluruh dunia, Disney gagal memberi kesempatan berekspresi kepada aktris-aktris muda berdarah asli Hawaii dalam live-action Lilo & Stitch.

Oleh karena itu, banyak warganet menilai bahwa pilihan casting Disney kali ini justru membahayakan industri film dan masyarakat asli Hawaii. 

Hmm, gimana pendapatmu? Apa menurutmu tindakan ini buruk? Atau justru baik?

Yuk, berbagi pendapatmu di Girls Beyond Circle!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond