gagal menampilkan data

Article

Vina Muliana Bahas Background Checking Media Sosial pada Calon Karyawan, Ini Pro dan Kontranya!

Written by Adila Putri Anisya

Background checking media sosial saat proses rekrutmen kerja sedang menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Vina Muliana, seorang content creator dan HR Practitioner, baru saja mengungkapkan bahwa sebanyak 80% rekruter akan melakukan hal ini dalam pemilihan calon karyawan.

Vina Muliana yang hadir di acara Mata Najwa on Stage itu membahas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan agar tetap waras dan selamat di dunia digital. Pembicaraan ini pun berlanjut membahas bagaimana cara rekruter memilih calon karyawannya.

Awalnya, Najwa Shihab bertanya kepada Vina mengenai kebenaran apakah seorang rekruter akan melakukan cek media sosial selain CV saat melamar pekerjaan.

“Aku mau ngecek nih sama bu HRD, kalau mau melamar kerja tuh bukan cuma dicek CV, yang dicek juga media sosialnya. Iya, 'kan?” tanya Najwa Shihab

Menjawab pertanyaan Najwa Shihab, Vina Muliana pun membenarkan hal tersebut, menurutnya salah satu hal yang diverifikasi saat melamar kerja itu adalah jejak digital.

“Betul. Aku cuma kasih tahu aja teman-teman, 80% dari rekruter itu pasti melakukan background verification atau verifikasi latar belakang, dan salah satu hal yang diverifikasi itu adalah jejak digital.”

“Nah, jadi hati-hati banget. Kalau temen-temen mau mengomentari sesuatu atau mau share sesuatu, jangan sampai itu malah berdampak ke masa depan teman-teman semua,” jawab Vina.

Baca juga: Dipakai Rekruter untuk Screening Kandidat, Ini Cara Mengecek BI Checking!

APA TUJUAN BACKGROUND CHECK SAAT PROSES REKRUTMEN?

Background checking adalah upaya rekruter untuk mengetahui kebenaran informasi dari calon karyawan. Pada umumnya rekruter hanya melakukan backgorund check berupa CV, data referensi, atau catatan kriminal. Namun, saat ini media sosial menjadi sasaran rekruter dalam memilah calon karyawan.

Lalu, apa sih tujuannya? Sebenarnya, ada alasan mengapa sebagian rekruter melakukan hal ini kepada calon karyawannya. yaitu:

MELINDUNGI PERUSAHAAN DARI POTENSI RISIKO DAN KERUGIAN

Tujuan utama background checking calon karyawan adalah melindungi perusahaan dari potensi risiko dan kerugian yang mungkin terjadi di masa depan. Contohnya seperti korupsi, pelecehan seksual, kolusi, dan tindakan-tindakan buruk lainnya yang mungkin merugikan nama perusahaan.

MENGURANGI RISIKO KECURANGAN

Kecurangan di perusahaan bisa saja terjadi, ini mungkin disebabkan karena rekruter tidak melakukan background checking dan referensi pada karyawannya. Melalui background check, akan mengantisipasi adanya kecurangan, seperti pemalsuan dokumen, melakukan penggelapan dana, atau kasus fraud diperusahaan lainnya.

MENGETAHUI KETERAMPILAN CALON KARYAWAN

Untuk mendapatkan karyawan yang dibutuhkan perusahaan, rekruter biasanya melakukan background check melalui portofolio sebagai hasil dan bukti kerja. Dengan melakukan background check ini, memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan calon karyawannya tesebut.

MENJAGA CITRA PERUSAHAAN

Dalam rangka menjaga citra atau nama baik perusahaan, tak jarang perusahaan melakukan background check calon karyawan melalui media sosialnya. Beberapa rekruter dan user, mungkin memiliki kriteria calon karyawan tertentu yang dianggap “baik” di mata mereka. 

Baca juga: 4 Langkah Mudah untuk Membangun Personal Branding Agar Karier Berkembang

PRO DAN KONTRA BACKGROUND CHECK

Maraknya pembicaraan tentang background checking perusahaan yang melibatkan pelamar kerja, menimbulkan pro dan kontra dikalangan netizen. Banyak yang menganggap hal tersebut berlebihan karena media sosial merupakan tempat orang bebas berekspresi dan berpendapat.

Pendapat kontra pun ditulis oleh akun @hrdbacot, menurutnya filter pertama yang di cek dari pelamar kerja adalah CV, kedua dari psikotes, ketiga dari interview, dan terakhir dari checking mantan atasan. 

“Ngecek di socmed itu kerjaan printilan banget. Mending pilih yang bagus sekalian, langsung reference check mantan atasan/kantor lamanya. Fresh graduate gak perlu karena cukup diliat dari drive dia selama probation, tulisnya.

Sementara, akun @thematrixisme membalas cuitan tersebut, menurutnya setiap perusahaan memiliki cara masing-masing dalam menerima kandidat pegawai.

“Setiap perusahaan dan instansi punya cara masing-masing dalam menerima kandidat pegawai A, B, C, D. Saran sih, persiapkan saja dengan skenario terbaik yang dipunya, daripada menyesal, dan terkesan menyalahkan orang karena kesalahan diri sendiri”

“Prinsip dasarnya, anda yang mencari kerja. Berarti menyesuaikan keinginan dari tempat yang anda lamar. Bukan tempat yang anda lamar menyesuaikan perilaku anda. Jika tidak cocok dengan pribadi anda, ya cari tempat kerja yang sesuai dengan “kepribadianmu” atau kalau mau bebas ya wirausaha.” balasnya.

Bagaimana pendapatmu tentang background checking media sosial saat proses rekrutmen kandidat? Apakah setuju?

Jangan lupa gabung komunitas Girls Beyond Circle untuk dapatkan koneksi dan informasi bermanfaat lainnya seputar dunia kerja!

Baca juga: Ada 5 Rekomendasi Website Latihan Interview Kerja Gratis Terbaik di 2023

Sumber foto: Instagram.com/vinamuliana

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond