
Rahasia Public Speaking yang Bisa Ubah Hidupmu, Versi Sandika Dewi
Public speaking kini jadi salah satu skill penting yang bisa membuka berbagai peluang, mulai dari dunia kerja hingga kehidupan sosial.
Tentu saja, untuk mahir berbicara di depan umum, kamu butuh latihan dan pengalaman. Karena biasanya, semakin sering mencoba, semakin percaya diri dan terampil kamu dalam berbicara di depan umum.
Nah, kali ini Girls Beyond mau memperkenalkan kamu ke kak Sandika Dewi, CEO Speak Project sekaligus MC Profesional yang sudah berpengalaman sejak 2011.
Pada Jumat (21/2) kemarin, dia membagikan ilmunya dalam webinar online yang diadakan Girls Beyond x Speak Project dengan tema “Rahasia Jadi Public Speaker, Ternyata Bisa Bawa Cuan!” Penasaran apa saja “rahasia” yang dibagikan? Yuk, simak terus artikel ini!
Baca juga: Rahasia-rahasia yang Bisa Bikin Kamu Jago Public Speaking
Berawal dari Ketidakpercayaan Diri

Kak Sandika Dewi, CEO Speak Project dan MC profesional, memulai perjalanan public speaking-nya dengan segala rasa grogi, gugup, dan takut salah ngomong. “Aku tahu banget rasanya,” ungkap Kak Sandika mengenang masa-masa awalnya.
Saat kuliah, mungkin ada di antara kamu yang sering membaca makalah atau lihat slide saat presentasi, berusaha cepat-cepat selesai karena khawatir akan pertanyaan teman-teman yang bisa bikin semakin nervous.
Kak Sandika pun menyadari hal itu. Namun, mungkin banyak yang enggak disadari teman-teman bahwa untuk bisa terampil dalam public speaking, kita perlu melatihnya sejak dini, dan seringkali hal itu dimulai dari tempat yang paling sederhana: kuliah.
“Menjadi mahasiswa itu privilege, karena di setiap mata kuliah pasti ada tugas presentasi. Di situlah kita mulai berlatih,” kata Kak Sandika.
Dulu, Kak Sandika juga sempat ikut berbagai kompetisi, seperti lomba presenter, penyiar radio, hingga MC. Banyak yang gagal, dan enggak jarang dia merasa grogi sekali. Bahkan, ada satu kejadian yang benar-benar memalukan.
“Pernah suatu hari aku ikut lomba, udah latihan ngerasa lancar, tapi pas sampai di lokasi dan lihat orang-orang pada keren-keren, aku langsung overthinking dan mulutku gemetar. Juri-juri ketawa, dan saat itu aku langsung pulang, nggak berani menghadapi kekalahan,” kenangnya.
Namun, pengalaman-pengalaman itulah yang akhirnya membentuknya menjadi seperti sekarang. “Tapi kalau kita nggak ngalamin hal-hal lucu itu, kita nggak akan pernah mengenal diri kita lebih dalam,” tambahnya. Dari setiap kegagalan dan rasa malu itu, Kak Sandika belajar banyak, dan mulai merasakan bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari proses.
Pengalaman-pengalaman serupa terus berlanjut. Kak Sandika masih ingat, pertama kali dia nge-MC di tahun 2011. Pesertanya meminta ganti MC-nya. “MC-nya diganti gak? Kalau MC-nya enggak ganti, pesertanya yang keluar,” ungkapnya mengenang kejadian itu.
Tapi, itulah yang membuatnya semakin kuat dan terus berkembang. “Setiap kejadian yang aku alami itu, bikin aku jadi lebih baik lagi.”
Baca juga: Menghilangkan Gugup Saat Public Speaking? Bisa Banget!
Efek dari Belajar & Explore tentang Public Speaking

Perjalanan panjang Kak Sandika Dewi selama belasan tahun dalam dunia public speaking ternyata membawa efek luar biasa. Bebreapa hal yang dirasakannya seperti:
1. Memengaruhi Orang Lain
Salah satu efek terbesar dari public speaking adalah kemampuan untuk memengaruhi orang lain. Dengan public speaking yang baik, kamu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dengan jelas.
Secara enggak sadar, kemampuan berbicara yang efektif bisa membuat orang lain tergerak melakukan sesuatu, yang sesuai dengan apa yang kita sampaikan.
Bukan soal memanipulasi, tapi lebih ke bagaimana menyampaikan pesan dengan tepat sehingga audiens bisa memahami dan terinspirasi.
2. Membangun Kepercayaan
Skill public speaking yang baik juga erat kaitannya dengan kepercayaan diri. “Kalau kita punya rasa percaya diri dan komunikasi yang baik, nama kita akan disebut-sebut,” kata Kak Sandika.
Misalnya, saat di kampus, kamu mungkin jadi dikenal sebagai orang yang jago ngobrol sama dosen atau dekan.
Secara enggak langsung, kamu bisa jadi juru bicara dalam berbagai situasi. Ini karena kemampuan berbicara yang jelas dan meyakinkan membuat orang lain percaya pada kemampuanmu.
3. Memimpin Perubahan
Belajar public speaking ternyata juga bisa menjadi pemicu perubahan besar dalam hidup. “Akhirnya aku belajar, kalau aku nggak belajar public speaking, mungkin nggak akan ada Sandika yang sekarang,” kenangnya.
Dengan terus belajar dan mengeksplorasi kemampuan berbicara, kita bisa membuka peluang baru, menghadapi tantangan, bahkan menemukan versi diri kita yang lebih baik. Tanpa kemauan untuk belajar, besar kemungkinan kita akan stuck di tempat yang sama.
4. Membangun Hubungan
Public speaking dan komunikasi adalah dua hal yang saling berkaitan, tapi punya fokus yang berbeda. Kak Sandika menjelaskan, “Kalau komunikasi itu tentang interaksi satu lawan satu, misalnya ngobrol secara pribadi, sedangkan public speaking itu berbicara di depan orang banyak dengan treatment tertentu.”
Dalam public speaking, kita perlu mengenali siapa audiens kita, menyesuaikan gaya bicara, dan membangun koneksi yang efektif.
Skill ini enggak cuma penting buat acara formal, tapi juga berguna dalam membangun hubungan, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial sehari-hari.
Belajar Public Speaking Harus Menikmati Proses

Bagi Kak Sandika, belajar public speaking itu bukan sekadar soal menguasai teknik yang sempurna, tapi juga soal menikmati setiap proses yang ada di dalamnya.
“Kalau kalian ada di fase belajar public speaking, hal pertama yang harus dipahami adalah menikmati prosesnya,” katanya. Dia menjelaskan, kalau saat ini kamu masih merasa grogi, itu bukan hal yang perlu dihindari. “Grogi itu bagian dari proses belajar, dan itu nggak masalah,” tambahnya.
Tentu saja, meski wajar, Kak Sandika menekankan pentingnya cara kita mengatasi rasa tersebut. “Yang harus dipelajari itu, gimana sih cara kita mengatasi rasa grogi itu?” katanya.
Misalnya, saat sedang MC atau presentasi, jika tiba-tiba merasa gugup, jangan langsung biarkan kegugupan itu menguasai.
Kak Sandika memberi contoh cara mengatasinya, “Jangan biarkan diri kita terjebak dalam rasa grogi. Kalau kita ngomong, misalnya ada kata-kata yang diulang dua kali seperti ‘yang terhormat, kamu ucapkan kepada… kepada’, itu bisa jadi tanda kalau kita merasa nervous,” jelasnya.
Cara sederhana untuk mengatasi itu adalah dengan mengatur kecepatan bicara. “Pastikan speed-nya dilambatin, jangan terlalu cepat ngomongnya. Karena semakin cepat kita ngomong, semakin grogi kita jadinya, dan kita nggak punya cukup nafas,” kata Kak Sandika.
Tanpa disadari, ngomong terlalu cepat bisa membuat nafas jadi habis dan artikulasi jadi enggak jelas. Pesan yang ingin disampaikan pun jadi enggak sampai ke pendengar. “Jadi, penting banget untuk mengatur tempo dan tetap tenang, karena itu membantu kita lebih percaya diri,” ujarnya.
Baca juga: 5 Kesalahan Bahasa Tubuh saat Public Speaking, Yuk Perbaiki!
Apa yang Harus Dilakukan Saat Grogi di Tengah Public Speaking?
Kak Sandika juga mengakui bahwa rasa grogi itu pernah jadi bagian dari perjalanan panjangnya dalam belajar public speaking.
Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, dan Kak Sandika dengan senang hati berbagi tips yang sudah dipelajari dari pengalaman, di antaranya:
1. Tarik Napas, Jangan Terburu-buru
Saat grogi datang, hal pertama yang harus dilakukan adalah tarik napas perlahan. “Tarik napas pelan-pelan, ngomongnya pelan-pelan, karena kalau kita berbicara terlalu cepat, kita malah akan tambah grogi,” ujar Kak Sandika.
2. Buat Skrip yang Jelas
Kak Sandika juga menekankan pentingnya menyiapkan skrip. “Pastikan pas jadi MC atau presentasi, kamu sudah bikin skrip dengan jelas apa yang benar-benar ingin kamu bicarakan.”
Skrip bukan hanya untuk MC, tapi juga sangat berguna untuk presentasi di kelas atau acara apapun.
Dengan memiliki bahan contekan, kita punya pegangan yang bisa dipakai untuk mengatasi kebingungan saat grogi melanda. Kalau kamu merasa mulai ragu atau blank, tinggal lihat sebentar ke contekan, dan lanjutkan lagi.
3. Boleh Mengulang Kalimat
Kadang, saat grogi, kita bisa tiba-tiba lupa apa yang mau dikatakan atau merasa bingung harus ngomong apa.
Kak Sandika memberi saran, “Kalau kamu tiba-tiba ngeblank, enggak apa-apa kok. Kamu bisa mengulang kalimat yang tadi, atau bilang, ‘Mohon maaf, maksud saya…’.” Mengulang kalimat atau memberi klarifikasi bukan hal yang memalukan.
Justru, hal tersebut menunjukkan bahwa kamu masih bisa mengendalikan situasi meskipun sedang merasa grogi.
Skill Komunikasi Mengajarkan Kita untuk Jujur

Ketika kita mulai mendalami public speaking, pasti ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, yang sering menjadi kekhawatiran bagi banyak orang, termasuk Kak Sandika.
Meski sudah terbiasa berbicara di depan umum, ada satu hal yang sempat membuatnya merasa kurang percaya diri, yakni kemampuan berbahasa Inggris.
Saat mengikuti tahap wawancara beasiswa dari kedutaan Inggris dalam program Future Females Business School, ia sempat merasa ragu. “Aku bilang ke interviewer-nya kalau aku kurang bisa bahasa Inggris, ‘tapi akan aku coba sebisa aku’,” kenangnya.
Kala itu, sang interviewer justru merespons dengan positif, mengatakan bahwa usaha untuk mencoba itu jauh lebih penting daripada kesempurnaan. Hasilnya? Kak Sandika lolos!
Dari pengalaman itu, ia menarik pelajaran penting: “Skill komunikasi mengajarkan kita untuk jujur.” Kejujuran dalam menyampaikan apa yang kita bisa (atau belum bisa) justru menjadi nilai plus yang menunjukkan ketulusan dan niat belajar.
Seraya dengan buku “Seni Berbicara kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja” karya Larry King , dikutip bahwa komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang diterapkan dari kejujuran.
Baca juga: 5 Buku Public Speaking Terbaik yang Efektif Tingkatkan Skill Komunikasimu
Bahasa Tubuh yang Harus Dipraktekkan saat Public Speaking

Dalam dunia public speaking, kita sering kali terlalu fokus pada kata-kata yang akan disampaikan, padahal ada elemen penting lain yang justru bisa menjadi “donatur” terbesar dalam keberhasilan komunikasi kita, yaitu bahasa tubuh.
Kak Sandika mengungkapkan, bahasa tubuh yang tepat bisa sangat mendukung atau bahkan memvalidasi perkataan kita.
Jadi, saat kamu tampil di depan audiens, jangan hanya mengandalkan suara dan kata-kata, tetapi pastikan bahasa tubuhmu juga mendukung pesan yang ingin disampaikan.
- Eye contact atau kontak mata. Kak Sandika mengingatkan, kita harus memastikan untuk melihat seluruh area wajah audiens, dari kepala, pipi, hingga mulut. Jangan hanya menatap satu orang saja atau terlalu fokus pada satu titik, karena ini bisa membuat kamu terkesan kurang percaya diri atau tidak terbuka
- Gerakan tangan dan kaki juga memegang peranan penting dalam public speaking. Gerakan tangan yang terbuka dapat memberi kesan bahwa kita sedang menyampaikan informasi dengan penuh keyakinan. Hindari menggenggam tangan terlalu erat atau menyilangkan tangan karena itu bisa memberi sinyal ketidaknyamanan atau defensif. Begitu juga dengan kaki, berdiri tegak dengan posisi yang seimbang bisa menunjukkan bahwa kamu siap dan percaya diri.
- Gerakan tubuh yang alami dapat membuat kita terlihat lebih percaya diri dan memudahkan audiens untuk mengikuti pesan yang kita sampaikan.
- Ekspresi wajah. Kak Sandika menyarankan untuk sering berlatih melihat ekspresi diri kita sendiri di cermin atau merekam video. Ini bisa membantu kita mengetahui bagaimana ekspresi wajah kita saat berbicara, apakah terlihat ramah atau justru tegang.
- Senyuman. Salah satu hal sederhana yang bisa membuat perbedaan besar adalah senyuman. Senyum yang tulus bisa langsung mencairkan suasana dan membuat audiens merasa lebih nyaman. Senyuman juga memberi energi positif yang akan mendukung pesan yang ingin kita sampaikan.
Baca juga: Gini Lho Gestur Tubuh Public Speaking yang Bikin Audiens Betah & Perhatian!
Dari perjalanan Kak Sandika, kita belajar bahwa public speaking bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang kejujuran, percaya diri, dan gerakan bahasa tubuh.
Dengan terus belajar dan berlatih siapa pun bisa menjadi komunikator yang lebih baik dan membawa perubahan positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Jadi, apakah kamu siap menjadi salah satu public speaker kayak Kak Sandika?
—
Gabung Girls Beyond Circle dan bahas lebih banyak tentang public speaking!
Comments
(0 comments)