gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Sukses Bikin Merinding! Galeri Indonesia Kaya Angkat Kisah Akhir Perang Jawa dalam Teater 135 Menit

Written by Adila Putri Anisya

Pada Sabtu (9/8/2025), Galeri Indonesia Kaya menghadirkan kembali kisah sejarah yang membekas di hati bangsa lewat teater 135 Menit garapan kelompok asal Bandung, Stage Of Wawan Sofwan (SOWS). 

Pertunjukan ini membawa penonton menelusuri kembali peristiwa pada tahun 1830, ketika Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock bertemu di Magelang, yakni momen yang menandai akhir Perang Jawa.

Meski pertemuan itu hanya berlangsung selama 135 menit, dampaknya menjadi titik balik penting yang mengubah arah perjuangan Indonesia. Seperti apa ketegangan dan makna yang tersaji di atas panggung? Berikut ulasannya.

Baca juga: Kita Berkebaya Hadir di ARTJOG 2025, Ajak Generasi Muda Rayakan Tradisi Kebaya 

Menghidupkan Kembali Momen Bersejarah Pertemuan Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock di Magelang

Sumber foto: Galeri Indonesia Kaya

Pertunjukan ini membawa penonton ke dalam suasana tegang sebuah perundingan di ruangan sunyi. Meski hanya berlangsung sekitar satu jam di panggung, naskahnya berhasil menangkap esensi 135 menit pertemuan bersejarah itu.

Tak hanya menyajikan dialog dramatis, 135 Menit mengajak penonton merenungkan makna perjuangan, kepercayaan, dan pengkhianatan. Di balik pengkhianatan yang menimpa Diponegoro, semangat perlawanan sang pahlawan nasional tetap hidup, menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan.

Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya, menuturkan bahwa pementasan ini sejalan dengan misi GIK.

“Kami percaya seni memiliki peran penting dalam menjaga ingatan kolektif masyarakat. Naskah ini membawa kita kembali ke momen paling menentukan dalam sejarah Indonesia, sekaligus mengajak publik memahami dan menghargai nilai perjuangan yang diwariskan para pendahulu,” ujarnya, dilansir dari siaran pers.

Baca juga: Galeri Indonesia Kaya Buka Pameran Virtual-Immersive Karya Basoeki Abdullah, Yuk Datang! 

Para Pemeran Menghidupkan Tokoh Ikonis

Dalam pementasan ini, aktor senior Willem Bevers memerankan Jenderal De Kock. Menurutnya, karakter ini adalah potret kompleks kekuasaan kolonial.

“Sejarah bukan hanya soal kejadian, tetapi soal bagaimana kekuasaan bekerja, diam-diam, tetapi menghancurkan,” katanya.

Sementara itu, Nusa Wicastya memerankan Pangeran Diponegoro. Baginya, peran ini adalah pengalaman yang sarat refleksi.

“Menjadi Diponegoro bukan sekadar soal naskah atau peran, tapi tentang menyelami semangat perlawanan yang tak pernah mati. Ini juga tentang bagaimana generasi hari ini memaknai keberanian dan kehormatan,” ungkap Nusa.

Sutradara Wawan Sofwan: “135 Menit Dibuat sebagai Bentuk Pengingat 200 Tahun Perang Jawa” 

Sutradara sekaligus pendiri SOWS, Wawan Sofwan, menjelaskan bahwa ide pementasan ini berangkat dari keinginan pribadi untuk menghidupkan kembali perjalanan epik seorang Pahlawan Nasional, sekaligus mengenang 200 tahun Perang Jawa.

“Pertunjukan ini kami buat dengan semangat baru untuk menampilkan karya, baik yang baru maupun lama, dalam interpretasi yang relevan dengan perkembangan zaman. 

Semoga bisa memberikan pengalaman yang menyentuh dan membuka wawasan baru bagi penikmat seni,” kata Wawan.

Baca juga: Deretan Komunitas Upgrade Diri yang Tawarkan Program Seru dan Inspiratif 

Pementasan 135 Menit di GIK membuktikan bahwa seni bisa menjadi jembatan penting untuk menghidupkan kembali memori kolektif bangsa.

Dengan pementasan luar biasa, mulai dari dialog yang intens, penggarapan artistik, hingga para aktor yang berbakat, pertunjukan ini juga jadi pengingat akan arti perjuangan para pahlawan di masa lalu.

Seperti yang disampaikan Renitasari Adrian, menjaga ingatan sejarah adalah bagian dari menjaga identitas bangsa. Melalui seni pertunjukan, pesan itu bisa sampai ke hati penonton dengan cara yang emosional sekaligus berkesan.

Yuk, join Girls Beyond Circle, komunitas Gen Z yang sering mengadakan event seru dan informasi menarik yang kamu butuhkan!