Kenali 10 Ciri-ciri Lowongan Kerja Palsu di Bawah Ini
Kemajuan teknologi membuat proses mencari atau melamar kerja semakin mudah. Saat ini, kamu bisa mencari kerja melalui internet dan media sosial. Bahkan sudah banyak platfrom jobseeking, seperti LinkedIn, Jobstreet, dan Glints.
Namun, kemudahan mencari kerja di zaman sekarang rupanya sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Modus penipuan berkedok lowongan kerja kian marak di media sosial.
Nah, supaya kamu nggak kegocek lowongan kerja bodong, yuk kenali red flags lowongan kerja palsu di bawah ini!
Baca juga: Berniat untuk Career Switch? Ini 7 Hal yang Wajib Kamu Ketahui Sebelumnya!
Persyaratan Terlalu Mudah atau Umum
Hal pertama yang perlu kamu waspadai dari lowongan palsu adalah persyaratan yang terlalu mudah atau umum. Biasanya, recruiter akan mencantumkan kriteria yang spesifik sesuai dengan posisi yang dibuka.
Misalnya, sebuah perusahaan membuka lowongan untuk posisi content writer. Mereka akan mencantumkan persyaratan yang spesifik, seperti pengalaman kerja serta skill yang dibutuhkan. Contohnya, pengalaman kerja minimal satu tahun di bidang yang berkaitan atau memiliki kemampuan SEO writing. Selain itu, biasanya mereka akan menjelaskan deskripsi pekerjaan yang akan kamu lakukan nantinya.
Selain itu, lowongan palsu seringkali tidak mencantumkan minimal pendidikan atau latar pendidikan yang spesifik dengan posisi yang dibuka. Misalnya, perusahaan akan mengutamakan lulusan IT untuk mengisi posisi software engineer. Namun, lowongan yang kamu temukan nggak mencantumkan hal tersebut pada persyaratannya.
Baca juga: Tips Bangkit Lagi Setelah Kena PHK
Menjanjikan Gaji yang Tidak Masuk Akal
Lowongan palsu kerap menjanjikan gaji atau benefit yang nggak masuk akal. Hal ini guna mengiming-imingi jobseekers agar melamar ke lowongan tersebut. Gaji yang nggak masuk akal adalah gaji yang nominalnya terlalu fantastis dan nggak sebanding dengan posisi atau beban kerjamu.
Misalnya, mereka menjanjikan gaji 15 juta rupiah untuk posisi staf dan menerima kandidat fresh graduate tanpa pengalaman kerja sebelumnya. Padahal, umumnya staf, terutama yang belum berpengalaman, akan mendapatkan gaji sesuai dengan UMR. Nah, kamu perlu waspada dengan lowongan yang seperti ini, ya.
Informasi Perusahaan Tidak Jelas
Salah satu keuntungan era digital adalah kamu lebih mudah untuk melakukan background check terhadap suatu perusahaan. Oleh karena itu, sebaiknya kamu waspada apabila menemukan lowongan dari perusahaan yang nggak jelas juntrungannya. Misalnya, perusahaan tersebut nggak punya alamat kantor yang jelas. Selain itu, kamu nggak menemukan apa-apa ketika kamu mencari nama perusahaannya di search engine.
Kamu juga bisa menyiasati red flag yang satu ini dengan mengetik kata kunci “penipuan + nama perusahaan” di search engine. Hal ini juga bisa kamu gunakan untuk menyiasati lowongan palsu yang mencatut nama-nama perusahaan besar.
Menggunakan Email Tidak Resmi atau Website Gratis
Selain informasi yang kurang jelas, biasanya lowongan palsu akan menggunakan email yang nggak resmi. Umumnya, perusahaan memiliki domain resmi yang mencantumkan nama perusahaan itu sendiri. Setiap pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut pun akan diberikan email dengan domain resmi tersebut. Karenanya, recruiter nggak mungkin menghubungi kamu dengan email pribadi. Itulah sebabnya, kamu perlu mewaspadai lowongan kerja yang menggunakan email tidak resmi dengan domain “gmail.com” atau “yahoo.id”.
Selain itu, lowongan palsu juga kerap menggunakan website gratisan. Website resmi sebuah perusahaan umumnya diakhiri dengan “.com” atau “.co.id” (kode sesuai dengan negara asal perusahaan tersebut). Namun, lowongan palsu biasanya menggunakan situs gratisan yang dibuat melalui platform Wordpress, Blogspot, Weebly, dan sebagainya.
Meminta Data Pribadi yang Tidak Ada Hubungannya dengan Pekerjaan
Kamu juga perlu waspada apabila recruiter meminta data pribadi yang nggak ada kaitannya dengan pekerjaan atau posisi yang kamu lamar. Sebab, mereka akan menggunakan data tersebut untuk melakukan kejahatan terhadapmu. Mulai dari pencurian data pribadi, pembobolan rekening, doxxing, dan masih banyak lagi.
Contoh data pribadi yang sering diminta oleh lowongan palsu, yaitu NIK, nama gadis ibu kandung, scan KTP, foto selfie dengan KTP, dan sebagainya. Umumnya, data pribadi yang diperlukan untuk melamar kerja adalah nama, domisili, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja/magang/organisasi, serta skill yang kamu kuasai. Biasanya kamu juga akan diminta mencantumkan kontak pribadi berupa nomor telepon, email, serta akun LinkedIn.
Proses Rekrutmen Terlalu Mudah dan Terburu-buru
Proses rekrutmen yang dilakukan oleh lowongan palsu umumnya terkesan terlalu mudah. Misalnya, kamu dinyatakan lolos dan diterima setelah melewati screening CV. Padahal, tahap screening CV saja nggak cukup untuk menentukan apakah seseorang memenuhi kriteria untuk posisi yang dilamar.
Selain itu, proses rekrutmen lowongan palsu juga cenderung terburu-buru. Contohnya, kamu mengirimkan lamaranmu hari ini. Lalu, keesokan harinya recruiter sudah menghubungimu untuk melakukan sesi wawancara. Selain terburu-buru, biasanya recruiter juga terkesan mendesak dirimu untuk segera mengikuti tahap rekrutmen selanjutnya.
Baca juga: Susah Cari Kerja? Jangan-jangan Kamu Alami Skills Gap
Memungut Biaya dari Pelamar
Saat ini, hampir nggak ada satu pun perusahaan yang memungut biaya dalam proses rekrutmen. Kebanyakan lowongan palsu juga berjanji akan mengembalikan uang tersebut setelah proses rekrutmen selesai. Oleh karena itu, jika recruiter memintamu untuk membayar biaya registrasi atau semacamnya, kamu perlu berhati-hati. Apalagi jika recruiter tersebut mengatasnamakan perusahaan besar dan populer.
Baca juga: Waspadalah! Ini 10 Red Flags Pertanda Kamu Terjebak di Lingkungan Kerja yang Toxic
Tata Bahasa yang Berantakan
Tata bahasa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan perusahaan dalam mengiklankan lowongan kerja. Bahkan sebelum lowongan tersebut dipublikasi, mereka akan mengeceknya kembali untuk memastikan nggak ada kesalahan penulisan maupun informasi yang dicantumkan. Karenanya, jika kamu menemukan lowongan dengan tata bahasa yang berantakan, sebaiknya kamu waspada. Misalnya, PUEBI atau grammar yang salah, banyak typo, serta penggunaan spasi yang kurang rapi.
Menyebar Lowongan Melalui SMS/Aplikasi Chat
Umumnya, perusahaan mengiklankan lowongan kerja di website maupun akun media sosial resmi milik mereka. Selain itu, mereka juga menggunakan platform jobseeking untuk mengiklankan lowongan. Jadi, kamu perlu waspada apabila mendapatkan informasi lowongan dari perusahaan yang bersangkutan melalui SMS atau aplikasi chat, seperti WhatsApp, LINE, maupun Telegram.
Penipu yang menyebar lowongan palsu melalui SMS akan menyertakan tautan untuk mengakses formulir pendaftaran atau informasi lebih lanjut mengenai lowongan tersebut. Jika diklik, tautan tersebut akan mengaktifkan alat penyadap yang dapat mencuri data pribadi di gadget-mu. Bahkan ada pula yang bisa menguras saldo rekeningmu dalam hitungan menit. Karenanya, jangan pernah coba mengklik tautan yang dikirim melalui lowongan palsu, ya.
Bekerja Sama dengan Agen Perjalanan
Seringkali perusahaan meminta kandidat untuk melakukan tes atau wawancara secara langsung di kantor perusahaan tersebut. Hal ini kerap dimanfaatkan oleh penipu untuk melancarkan modus penipuan. Mereka mengarahkanmu untuk membeli tiket ke agen perjalanan tertentu. Biasanya mereka adalah agen perjalanan abal-abal yang merupakan bagian dari sindikat penipuan berkedok lowongan kerja.
Perlu kamu ketahui bahwa umumnya perusahaan nggak menanggung biaya yang harus kamu keluarkan untuk menjalani rangkaian proses rekrutmen di luar kota. Jadi, jangan mudah tergiur oleh modus di atas, ya.
Baca juga: Tips agar Tetap Sehat dan Produktif Kejar Target Kerjaan di Akhir Tahun
Ketelitian adalah hal penting yang wajib kamu lakukan saat mencari atau melamar kerja. Hindari sikap terburu-buru saat melamar pekerjaan yang bikin kamu rentan kegocek lowongan bodong. Berikut adalah sejumlah tips buat kamu agar terhindar dari lowongan palsu:
- Mencari lowongan dari situs resmi dan terpercaya, seperti website/media sosial resmi perusahaan atau platform jobseeking.
- Melakukan riset mendalam mengenai lowongan maupun perusahaan yang membukanya.
- Mengecek akun LinkedIn recruiter, serta nomor telepon yang digunakan melalui aplikasi seperti Get Contact.
Selalu berhati-hati dan tetap semangat dalam mencari pekerjaan, ya, girls! Good luck! Kalau kamu pengen sharing seputar karier, yuk gabung ke Girls Beyond Circle! Klik di sini untuk join, ya!