gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Alasan Gen Z Mau Childfree, Ternyata Karena Banyak Tantangan Sosial

Written by Zefanya Pardede

Apa jadinya kalau sebuah pasangan memilih untuk tidak mempunyai anak?

Childfree merupakan sebuah fenomena yang makin ramai di kalangan pasangan muda, terutama Gen Z. Childfree adalah situasi ketika seseorang atau pasangan memilih untuk tidak beranak karena alasan tertentu.

Konsep childfree di Indonesia sendiri masih mendapat respons negatif. Padahal, banyak faktor dan masalah sosial yang membuat generasi muda memutuskan untuk menjadi pasangan childfree.

Mari cari tahu!

Baca juga: Sherina Munaf dan Sederet Artis Indonesia yang Jadi Aktivis

Biaya Hidup Meningkat

Alasan munculnya konsep childfree di Indonesia adalah berubahnya standar kehidupan. Dengan adanya modernisasi, kapitalisme, dan inflasi, biaya hidup pun meningkat. Bagi banyak orang, membiayai diri sendiri saja sudah sulit, apalagi membiayai keluarga.

Ada pula anak-anak muda yang jadi bagian sandwich generation, yang berarti mereka tidak hanya bekerja untuk menafkahi diri, tetapi juga sanak saudara dan anggota keluarga yang lebih tua. Childfree menjadi pilihan karena adanya orang-orang yang harus didukung secara finansial.

Generasi tua percaya bahwa anak dapat membawa rezeki. Itulah alasan mengapa bertahun-tahun yang lalu, tidak sedikit pasangan yang memiliki banyak anak, meskipun secara finansial mereka tidak sanggup untuk membiayai kehidupan semua anaknya. Mereka percaya bahwa dengan setiap anak yang lahir, kesejahteraan akan meningkat.

Namun, masyarakat modern kini sadar bahwa kesejahteraan justru sebaiknya datang sebelum kelahiran anak. Tanpa adanya kestabilan finansial, seorang anak tidak mampu bertumbuh dan hidup dengan nyaman karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan. 

Oleh karena itu, banyak pasangan muda yang lebih memilih untuk menjadi childfree ketimbang memberikan seorang anak hidup yang buruk karena tidak sanggup secara keuangan.

Baca juga: Mengenal Sextortion, Ketika Korupsi dan Kekerasan Seksual Bersatu

Tidak Ingin Mengulang Siklus Bad Parenting

Siklus bad parenting juga jadi salah satu faktor pembentuk fenomena childfree. Dibesarkan oleh orang tua yang toxic tentu membawa trauma tertentu. Parenting yang buruk dapat berujung pada kekerasan verbal, fisik, ataupun emosional.

Biasanya, bad parenting muncul dari siklus berulang-ulang dari generasi ke generasi. Orang tua mendidik anak dengan kurang baik, kemudian anak tersebut tumbuh dewasa, beranak, dan mendidik anaknya sama seperti orang tuanya mendidiknya dulu.

Siklus ini terjadi karena sebagian besar orang belajar parenting dari orang tuanya sendiri. Mereka hanya bisa meniru bagaimana orang tuanya mendidik mereka. Memang tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi bukan berarti ini jadi alasan bagi orang tua untuk tidak memperbaiki diri.

Karena siklus bad parenting ini, semakin banyak orang ingin childfree agar generasi selanjutnya tidak merasakan dampaknya. Kalaupun ingin punya anak, semakin banyak orang sadar bahwa ada persiapan edukasi, kesiapan mental, dan kedewasaan emosional yang cukup terlebih dahulu.

Baca juga: Para Perempuan Pembela HAM yang Mengubah Dunia

Menghapus Tuntutan Perempuan untuk Beranak

Di antara Gen Z yang memilih untuk childfree di Indonesia, rupanya perempuan paling besar. Meskipun dunia sudah berkembang, sebagian besar orang masih menganut pandangan konservatif, terutama opini tentang perempuan.

Sampai hari ini, perempuan masih dituntut untuk berperilaku sesuai dengan “citra” yang diciptakan masyarakat. Menuntut perempuan untuk segera hamil setelah menikah dan menaruh tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan di pundak perempuan masih dilakukan.

Banyak perempuan modern menyuarakan pendapat mereka tentang hal ini. Mereka berkata bahwa eksistensi perempuan di tengah masyarakat bukan untuk beranak. Selain itu, tidak sepatutnya masyarakat mengurus apa yang dilakukan perempuan terhadap tubuhnya. 

Fenomena childfree berupaya menyadarkan orang bahwa memiliki anak sebuah pilihan, bukan kewajiban. Ingin childfree atau tidak childfree seharusnya tidak menjadi bahan diskriminasi, tetapi kesempatan untuk merenungkan bagaimana orang-orang menghadapi isu-isu yang berdampak pada anak dan keluarga selama ini.

Hmm, gimana menurutmu? Sampaikan pendapatmu di Girls Beyond Circle, yuk!