gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Jangan Keliru! Ini Perbedaan Self Reward dan Impulsive Buying yang Tidak Disadari

Written by Adila Putri Anisya

Banyak di antara kita yang masih belum menyadari perbedaan self reward dan impulsive buying. Ketika niatnya ingin memberi hadiah pada diri sendiri, tetapi jatuhnya malah impulsif, yang justru menyebabkan rasa bersalah dalam diri. Mungkin hal ini tidak berlaku pada sebagian orang, tetapi mengalokasikan keuangan untuk hal yang lebih berharga lebih baik dibandingkan dengan membeli suatu barang tanpa memikirkan dampak atau manfaat ke depannya. 

Nah, untuk mengetahui apakah kamu sedang self reward (penghargaan diri) atau impulsive buying (pembelian impulsif), yuk baca ulasan di bawah ini.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Self Love Sulit Diterapkan Perempuan

PERBEDAAN SELF REWARD DAN IMPULSIVE BUYING

Pengertian self reward adalah tindakan memberi hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah dicapai atau yang dilalui. Hal ini memberikan dampak positif pada kesehatan mental karena secara tak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan emosional.

Lalu, apa itu impulsive buying? Impulsive buying adalah tindakan membeli barang atau jasa tanpa pemikiran yang matang dan seringkali dipicu oleh dorongan emosional, sehingga tidak mempertimbangkan konsekuensinya di masa depan.

Dari kedua definisi tersebut, pasti kamu sudah paham bahwa perilaku impulsive buying itu tidak baik. Selain rasa penyesalan, juga dapat mengurangi rasa apresiasi terhadap hal-hal sederhana dan penting dalam hidup.

Agar tidak menjadi seseorang yang impulsif, berikut adalah perbedaan self reward dan impulsive buying,

MOTIVASI PERILAKU

Motivasi antara penghargaan diri dan pembelian impulsif tentu berbeda. Motivasi penghargaan diri dilakukan untuk merayakan pencapaian. Hal ini dilakukan dengan perencanaan, seperti telah menetapkan tujuan atau hadiah yang akan dibeli ketika tujuan tersebut tercapai.

Sementara pembelian impulsif didasarkan karena dorongan emosional atau hasrat sesaat tanpa perencanaan matang. Bisa dibilang, sesuatu yang dibeli tersebut hanya untuk memenuhi kepuasan instan.

SIKAP KETIKA MEMBELI

Ketika kamu telah melakukan perencanaan yang matang, kamu tidak akan terburu-buru saat membeli sesuatu, ini karena kamu sudah tahu kapan waktu untuk membeli. Sedangkan, sikap impulsif cenderung memiliki hasrat belanja yang sangat tinggi dan harus dilakukan segera, bahkan rela mencicil untuk membeli barang tersebut. 

Jika sikap impulsif terus dilakukan hingga menguras isi tabungan, hal ini bisa berdampak buruk pada keseimbangan finansialmu. Padahal, penting untuk memiliki tabungan darurat untuk berjaga-jaga. 

KONDISI FINANSIAL

Seseorang yang melakukan self reward, sudah mempertimbangkan kondisi finansialnya. Sementara impulsive buying tidak, mereka cenderung membeli sesuatu tanpa memikirkan kondisi finansialnya. Berbeda dengan tindakan impulsif, self reward hanya membeli sesekali, bukan berkali-kali dalam jangka waktu pendek.

SUDUT PANDANG

Pemikiran antara seseorang yang melakukan penghargaan diri dan impulsif sangat berbeda. Menurut orang yang impulsif, ‘penghargaan’ selalu berbentuk materi atau berbelanja barang-barang tertentu. Padahal, untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri, tidak selalu berbentuk materi, melakukan hobi sederhana juga sudah termasuk penghargaan diri. 

TIPS MENCEGAH IMPULSIVE BUYING

Jika kamu merasa telah bertindak impulsif, sebaiknya ubah perilaku tersebut dengan melakukan pencegahan impulsive buying berikut ini.

  • Buat daftar belajar prioritas. Sebelum pergi berbelanja, buatlah daftar belanja prioritas agar fokus pada kebutuhan saja, dan menghindari pembelian yang tidak direncana.
  • Membuat anggaran. Hindari membawa uang tunai lebih atau batasi penggunaan e-wallet kamu. Dengan begitu, kamu tidak akan membelanjakan uang lebih.
  • Hindari belanja ketika stres. Manusia cenderung mudah terpancing secara emosional ketika sedang stres. Itulah mengapa tidak disarankan belanja ketika sedang stres.
  • Tanya pada diri sendiri. Tanyalah pada diri sendiri seperti “Apakah harus dibeli?” “Punya barang yang sama nggak ya di rumah?” “Apakah terpakai atau tidak?” Dengan begitu, kamu bisa mempertimbangkan mengeluarkan uang.
  • Fokus pada kualitas hidup. Ingatlah bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari materi. Cobalah untuk lebih fokus pada hubungan sosial, hobi, dan pengalaman positif daripada sekadar membeli barang-barang baru.

Mengatasi impulsive buying membutuhkan waktu dan usaha. Dengan mengetahui perbedaan self reward dan impulsive buying, diharapkan kamu bersikap bijak dalam mengeluarkan dan mengelola keuangan. 

Join Girls Beyond Circle dan dapatkan teman baru untuk diskusi seputar personal growth lainnya. Klik di sini untuk bergabung!

Baca juga: Hidup Jadi Lebih Bahagia dengan Ikigai, Filosofi ala Orang Jepang untuk Kehidupan yang Berkualitas

Sumber foto: Pexels