Teori Benang Merah: Takdir dengan Cinta Sejati, Kepercayaan Asal Asia Timur
Teori benang merah kerap menjadi bahan perbincangan dalam ranah romantisme, menggambarkan bagaimana setiap orang terhubung dengan belahan jiwanya melalui seutas benang merah yang tak terlihat.
Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, “Siapa jodohku?” atau “Dimana dia berada?” terutama saat sedang mencari cinta atau bahkan setelah mengalami hubungan yang kandas.
Ketika kamu mulai meragukan masa depan cintamu, teori ini menawarkan perspektif yang menarik tentang takdir dan cinta sejati.
Kali ini, Girls Beyond akan menjelaskan lebih dalam tentang apa itu benang merah takdir dan bagaimana ia terkait dengan cinta sejati. Jika kamu penasaran, simak artikel ini hingga selesai!
Baca juga: Kenali Platonic Relationship yang Mungkin Kamu Alami, Bisa Romantis?
Apa itu Teori Benang Merah?
Legenda benang merah takdir, yang juga dikenal sebagai “Unmei no Akai Ito,” telah ada sejak berabad-abad. Teori ini awalnya berasal dari tradisi romantis di Jepang yang sebenarnya berakar dari budaya Cina.
Arti benang merah dalam hubungan ini menyatakan bahwa setiap orang telah ditakdirkan untuk menemukan pasangan hidup mereka melalui seutas benang merah yang menghubungkan mereka sejak lahir.
Dewa mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar mereka suatu saat nanti dapat bertemu dan saling jatuh cinta, meskipun benang merah tersebut tidak kasat mata.
Menurut teori ini, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, seberapa banyak problema dalam kehidupan mereka, atau seberapa terpisah oleh ruang dan waktu, mereka akan dipertemukan oleh takdir cepat atau lambat.
Benang ini bisa meregang atau kusut, tetapi tidak akan pernah putus, menandakan bahwa hubungan yang sudah ditentukan ini akan selalu menemukan jalannya.
Inilah mengapa terkadang ada orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, pasangan yang tetap bersama meskipun sering bertengkar, atau dua orang yang bertemu dalam situasi tak terduga namun menjadi kekasih seumur hidup.
Semua ini bisa jadi karena mereka terhubung oleh benang merah takdir.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Orang Dry Text, Gimana Cara Menyikapinya?
Awal Mula Mitos Teori Benang Merah
Terdapat dua sejarah mengenai teori benang merah yang saling berkaitan. Ini didasari perspektif budaya mitos Cina dan Jepang. Girls Beyond mengambil cerita ini dari beberapa sumber, seperti dari Localliz dan Japanesstation, berikut ceritanya:
Mitos Cina
Benang merah merupakan bagian dari legenda Yue Lao, dewa perjodohan yang tinggal di bulan. Dikenal dengan gelar “Dewa Jodoh.”
Yue Lao bertugas menjodohkan manusia di dunia serta mengurus lika-liku percintaan mereka.
Dalam legenda ini, beliau mengikat benang merah yang tak terlihat di sekitar pergelangan kaki pasangan yang ditakdirkan untuk bersama.
Di sisi lain, dalam budaya Jepang, benang merah ini dikaitkan di jari kelingking.
Mitos Jepang
Sementara dalam mitos Jepang, cerita benang merah ini lebih kompleks karena berasal dari cerita rakyat tradisional.
Kisah dimulai dengan seorang anak lelaki yang berjalan di malam hari dan bertemu dengan seorang lelaki tua yang membawa sebuah buku pernikahan dan sebuah tas berukuran besar.
Sang lelaki tua mengatakan bahwa ia hanya perlu menggunakan benang merah dalam tas tersebut untuk mengikat dua orang yang ditakdirkan untuk menikah.
Awalnya, anak lelaki itu tidak percaya, namun ia dibawa oleh lelaki tua itu ke sebuah desa dan menunjukkan seorang gadis muda yang ditakdirkan untuk menjadi istri anak lelaki tersebut.
Meskipun awalnya anak lelaki itu menolak dan bahkan melempar sang gadis dengan batu, bertahun-tahun kemudian ia menikahi seorang gadis yang ternyata adalah gadis muda itu.
Saat mengangkat cadar pengantin, sang lelaki melihat luka di dekat alis gadis tersebut, yang ternyata berasal dari lemparan batu yang ia lakukan saat masih kecil.
Cerita tersebut membuat sang lelaki percaya bahwa itu adalah takdir, mengingatkan akan pertemuannya dengan lelaki tua yang ia temui di masa lalu.
Baca juga: White Day Adalah Balasan Kasih Sayang Hari Valentine, Kenali Perbedaannya!
Pengaruh Teori Benang Merah
Teori benang merah telah memberikan pengaruh bagi beberapa orang dalam cara kita memandang cinta dan hubungan kita dengan pasangan hidup.
Banyak orang yang berpegang teguh pada keyakinan bahwa mereka akan menemukan cinta sejati melalui takdir yang diatur oleh benang merah. Ini memberi mereka harapan dan keyakinan bahwa di suatu tempat di dunia ini, ada seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi pasangan hidup mereka.
Namun, tidak semua orang mempercayai teori benang merah. Beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah mitos belaka dan merasa bahwa mencari cinta sejati lebih merupakan hasil dari upaya dan keputusan pribadi.
Mereka berpikir bahwa mencari cinta sejati tidak boleh hanya bergantung pada takdir yang diatur oleh benang merah, tetapi juga melibatkan usaha dan komitmen untuk membangun hubungan yang baik.
Jadi, Kamu Percaya atau Tidak?
Kepercayaan pada teori benang merah merupakan hal yang sangat individual dan tergantung pada keyakinan masing-masing individu.
Dalam ranah spiritual atau metafisik konsep benang merah hanyalah bagian dari kepercayaan dan nilai-nilai budaya tertentu.
Bagi beberapa orang, kepercayaan ini dapat memberikan rasa kedamaian, harapan, atau hiburan dalam menghadapi dalam hubungan romantis atau kehidupan secara umum.
Namun, bagi yang lain, kepercayaan semacam itu mungkin tidak sesuai dengan pandangan mereka atau karena tidak memiliki dasar yang cukup kuat untuk diyakini.
Meski ceritanya seperti dongeng dan mitos yang “mengada-ngada”, namun ini adalah kepercayaan banyak budaya Asia. Selain menghibur, ini juga menjadi sarana untuk menjaga tradisi lama tetap hidup.
Suka dengan pembahasan teori benang merah? Yuk, diskusi lebih dalam bersama teman-teman di Girls Beyond Circle!
Baca juga: Cara Menghitung Weton Jodoh untuk Mengetahui Kecocokan dengan Pasangan
Sumber foto: BrightSide