Apakah Prediabetes Berbahaya? Gejalanya Umum dan Sudah Banyak Dialami Anak Muda!
Prediabetes merupakan kondisi yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Meskipun tidak menunjukkan gejala yang jelas, prediabetes adalah tanda peringatan dini bahwa seseorang berisiko tinggi mengembangkan diabetes tipe 2.
Berikut ini, Girls Beyond akan membahas secara mendalam tentang apakah prediabetes berbahaya, faktor risiko, gejala, serta perbedaan antara resistensi insulin dan diabetes yang dilansir dari berbagai sumber.
Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan dapat mencegah dan mengelola kondisi ini sebelum berkembang menjadi lebih serius.
Penasaran? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Ciri-ciri Diabetes di Usia Muda, Ada yang Kamu Rasakan?
Apakah Prediabetes Berbahaya?
Pertanyaan mengenai apakah prediabetes berbahaya menjadi ramai diperbincangkan, setelah melihat gaya hidup zaman sekarang yang menormalisasi konsumsi minuman dan makanan tinggi gula.
Prediabetes bisa dianggap sebagai tanda peringatan tubuh memberitahu bahwa kadar insulin sedang naik.
Kamu masih bisa mencegah atau menunda diabetes tipe 2 dengan menurunkan berat badan dengan mengubah pola makan, mengurangi stres, dan aktivitas fisik seperti olahraga.
Prediabetes berarti kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2.
Kondisi ini menunjukkan risiko tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Pada tahap ini, gejala biasanya tidak muncul.
Prediabetes juga dikenal sebagai diabetes borderline. Kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal dapat terdeteksi melalui tes darah. Istilah medis untuk kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal adalah:
- Impaired Fasting Glucose (IFG)
- Impaired Glucose Tolerance (IGT)
- Impaired Glucose Regulation (IGR)
- Non-diabetic Hyperglycaemia
Tes ini bisa dilakukan saat berpuasa atau tidak berpuasa dan membantu tim medis memahami risiko seseorang terhadap diabetes tipe 2. Mengetahui hasil ini adalah langkah pertama untuk mengambil tindakan pencegahan.
Diagnosis Prediabetes dengan Beberapa Tes
Bagi beberapa orang, mendengar istilah prediabetes bisa terasa seperti diabetes tipe 2 sudah tidak bisa dihindari.
Namun, banyak yang berhasil menurunkan risiko dan bahkan mencegah atau menunda perkembangan diabetes tipe 2.
Jika khawatir tentang prediabetes, disarankan untuk menghubungi puskesmas atau dokter dan meminta tes darah.
Tes yang paling umum adalah pemeriksaan HbA1c yang mengukur rata-rata kadar gula darah selama dua hingga tiga bulan terakhir.
Jika level HbA1c berada di antara 42 mmol/mol (6%) hingga 47 mmol/mol (6,4%), ini berarti kadar gula darah lebih tinggi dari normal dan risiko terkena diabetes tipe 2 meningkat.
Baca juga: Facial Yoga untuk Jawline: Rahasia Tirus dan Glowing, Namun Ada Sisi Negatifnya?
Faktor Risiko Prediabetes
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 juga meningkatkan risiko prediabetes, termasuk:
- Berat Badan: Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama. Semakin banyak jaringan lemak, terutama di sekitar perut, semakin resisten sel terhadap insulin.
- Ukuran Pinggang: Pinggang yang besar dapat menunjukkan resistensi insulin. Risiko meningkat bagi pria dengan pinggang lebih dari 40 inci dan perempuan lebih dari 35 inci.
- Pola Makan: Konsumsi daging merah, daging olahan, dan minuman manis terkait dengan risiko prediabetes yang lebih tinggi.
- Kurang aktif: Semakin sedikit aktivitas fisik, semakin besar risiko prediabetes.
- Usia: Risiko meningkat setelah usia 35 tahun.
- Riwayat Keluarga: Risiko meningkat jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes tipe 2.
- Ras atau Etnis: Orang dengan latar belakang tertentu seperti Afrika-Amerika, Hispanik, Penduduk Asli Amerika, dan Asia-Amerika lebih cenderung mengalami prediabetes.
- Diabetes Gestasional: Jika pernah mengalami diabetes selama kehamilan, risiko prediabetes meningkat untuk ibu dan anak.
- Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): perempuan dengan kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi.
- Gangguan Tidur: Orang dengan sleep apnea lebih rentan terhadap resistensi insulin.
- Merokok: Merokok dapat meningkatkan resistensi insulin dan risiko diabetes tipe 2 pada orang dengan prediabetes.
Kondisi lain yang terkait dengan peningkatan risiko prediabetes termasuk tekanan darah tinggi, kadar HDL (kolesterol baik) yang rendah, dan kadar trigliserida yang tinggi.
Baca juga: Bahaya Kecanduan Makanan Manis pada Perempuan
Gejala Prediabetes
Sebagian besar orang tidak memiliki tanda-tanda prediabetes. Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul adalah:
- Rasa haus yang berlebihan
- Sering buang air kecil
- Penglihatan kabur
- Kelelahan yang tidak biasa
- Area kulit yang lebih gelap di ketiak atau leher
- Pertumbuhan kulit kecil di area yang sama
Gejala Prediabetes pada Perempuan
Beberapa gejala awal diabetes yang bisa mempengaruhi perempuan antara lain:
- Infeksi jamur dan saluran kemih
- Periode menstruasi yang lebih lama dan berat
- Penurunan minat pada aktivitas seksual
- Kekeringan vagina yang membuat hubungan seksual tidak nyaman
- Kesulitan untuk hamil
Baca juga: Haidmu Gak Teratur? Kenali Tanda Siklus Menstruasi Normal dan Abnormal
Penyebab Prediabetes
Prediabetes terjadi karena resistensi insulin, di mana tubuh memproduksi insulin (hormon yang membantu mengatur kadar gula darah) tetapi tidak menggunakannya dengan benar. Ini menyebabkan kadar gula darah lebih tinggi dari yang seharusnya.
Penyebab Resistensi Insulin
Dokter belum mengetahui pasti mengapa resistensi insulin terjadi, tetapi beberapa faktor yang berkontribusi adalah:
- Genetik
- Kelebihan lemak tubuh
- Stres jangka panjang
- Kurang tidur
- Kurang olahraga
- Pola makan tinggi makanan olahan
- Beberapa kondisi hormonal, seperti sindrom Cushing dan hipotiroidisme
- Beberapa obat, seperti steroid yang digunakan dalam jangka panjang
Apa Perbedaan antara Resistensi Insulin dan Diabetes?
Siapa pun bisa mengalami resistensi insulin, baik sementara maupun kronis. Seiring waktu, resistensi insulin kronis dapat menyebabkan prediabetes dan kemudian diabetes tipe 2 jika tidak ditangani.
Prediabetes terjadi ketika kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Prediabetes biasanya terjadi pada orang yang sudah memiliki beberapa resistensi insulin.
Prediabetes dan Diabetes Tipe 2
Prediabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 (T2D), jenis diabetes yang paling umum. T2D terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak menggunakan insulin dengan baik (resistensi insulin), sehingga kadar glukosa darah tinggi.
Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 (T1D) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas tanpa alasan yang jelas.
T1D adalah penyakit autoimun dan kronis, dan orang dengan T1D harus menyuntikkan insulin sintetis untuk hidup dan tetap sehat.
Meskipun T1D tidak disebabkan oleh resistensi insulin, orang dengan T1D juga bisa mengalami resistensi insulin di mana sel-sel mereka tidak merespons insulin yang mereka suntikkan dengan baik.
Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah bentuk diabetes sementara yang dapat terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh resistensi insulin yang dipengaruhi oleh hormon-hormon yang diproduksi plasenta. Diabetes gestasional biasanya hilang setelah melahirkan.
Tes Darah HbA1c
Tenaga medis sering menggunakan tes darah yang disebut hemoglobin terglikasi (A1c) untuk mendiagnosis diabetes.
Tes ini menunjukkan rata-rata kadar gula darah selama tiga bulan terakhir. Secara umum:
- Level A1c di bawah 5,7% dianggap normal.
- Level A1c antara 5,7% dan 6,4% dianggap prediabetes.
- Level A1c 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah menunjukkan diabetes tipe 2.
Orang dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki A1c yang sangat tinggi dan kadar glukosa darah yang sangat tinggi saat didiagnosis karena pankreas mereka memproduksi sangat sedikit atau tidak ada insulin.
Itulah informasi seputar apakah prediabetes berbahaya beserta penjelasan mendalamnya.
Ingin informasi menarik seputar kesehatan lainnya? Gabung di komunitas Girls Beyond Circle.
Baca juga: Body Type Diet: Solusi Menurunkan Berat Badan dengan Hasil Maksimal?