5 Tipe Apology Language dalam Diri Manusia, Kamu yang Mana?
Selain mengenal lima love language, penting juga, lho, untuk memahami lima apology language (bahasa permintaan maaf) yang juga dicetuskan oleh psikolog Gary Chapman.
Seperti yang kita ketahui, kata ‘apology’ artinya adalah permintaan maaf. Memangnya ada apa dengan minta maaf? Apakah bilang kata “maaf” saja tidak cukup?
Sama seperti love language, setiap orang memiliki tipe ‘bahasa’ yang berbeda-beda, termasuk ketika menerima permintaan maaf.
Mereka akan lebih senang dengan cara tertentu daripada cara lainnya yang membuat rasa kesal mereka termaafkan.
Dengan memahami bahasa permintaan maaf, hubungan kita dengan orang yang disayang akan lebih harmonis dan saling memahami kebutuhan masing-masing.
Nah, bagi kamu yang ingin tahu pengertian serta lima tipe apology language, simak penjelasan selengkapnya di sini.
Apa itu Apology Language?
Dalam buku yang ditulis oleh Jennifer Thomas, PhD, bersama Gary Chapman, “The 5 Apology Languages: The Secret to Healthy Relationships,” disebutkan bahwa terdapat lima tipe apology language dalam hubungan.
Thomas mengatakan kepada Today.com, bahwa setiap bahasa permintaan maaf memiliki kunci yang berbeda.
“Jika kamu memiliki kunci dan kunci itu dapat membuka satu pintu, kamu mungkin akan tergoda untuk menggunakannya di setiap pintu, tetapi itu akan menjadi tindakan bodoh dan hanya berakhir dengan frustrasi,” kata Chapman.
Melalui ucapan tersebut, artinya kita perlu menyesuaikan (kunci) permintaan maaf dengan kebutuhan orang (pintu) yang telah tersinggung.
Jadi, apology language artinya sebuah metode atau cara permintaan maaf kepada orang lain sesuai dengan kondisi, kepribadian, dan karakter masing-masing individu.
Ini karena setiap orang memiliki karakter yang beragam. Ketika kita mengumpulkan banyak orang dan menanyakan, “Apa yang paling kamu ingin dengar ketika seseorang minta maaf?” mungkin setiap orang akan menjawab hal yang berbeda. Itu menunjukkan betapa kompleksnya karakter manusia.
5 Tipe Apology Language
Berdasarkan buku yang dibuat oleh Thomas dan Chapman, mereka mendefinisikan apology language dalam lima tipe, antara lain:
Expressing Regret: “Aku Minta Maaf”
Expressing regret atau mengungkapkan penyesalan adalah salah satu bentuk apology language yang paling dasar.
Dalam tipe ini, kamu perlu mengucapkan kata “maaf” dan benar-benar menunjukkan bahwa kamu menyesal atas tindakan yang telah menyakiti orang lain.
Bukan sekadar mengucapkan kata “maaf,” namun kamu juga harus memahami dan mengakui perasaan mereka, seperti bagaimana rasa frustrasinya, kekecewaanya, atau ketakutannya yang mungkin kamu timbulkan.
Ini lebih dari sekadar kata-kata, melainkan juga tentang menyampaikan empati kamu terhadap dampak emosional dari kesalahanmu.
Misalnya, “Aku benar-benar minta maaf atas kata-kata yang aku ucapkan tadi. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu dan aku sangat menyesal.”
Jika bahasa permintaaan maaf kamu expressing regret, artinya kamu menginginkan seseorang mengakui luka yang mereka sebabkan dan menunjukkan penyesalan yang tulus.
Ini memberikan validasi terhadap perasaan kamu dan membantu membangun kembali kepercayaan. Meskipun sederhana, banyak orang sering terhalang oleh rasa malu atau ego untuk benar-benar meminta maaf dengan tulus.
Accepting Responsibility: “Aku Salah” dengan Menjelaskannya
Bahasa permintaan maaf accepting responsibility berarti mengakui kesalahan yang telah kamu buat.
Alih-alih berkata “Kamu benar” lebih baik ucapkan “Saya salah,” itu artinya kamu tidak hanya menyadari bahwa ada yang salah, tapi juga siap menerima konsekuensinya tanpa mencari-cari alasan.
Misalnya, jika kamu terlambat datang janjian dengan pacarmu dan dampaknya membuat dia menunggu lama, kamu bisa mengatakan, “Aku minta maaf karena telat. Aku salah dan aku seharusnya lebih menghargai waktu kamu.”
Dengan mengungkapkan hal ini, kamu tidak hanya menyadari kesalahanmu, tapi juga menunjukkan bahwa kamu bertanggung jawab atas dampaknya.
Ini membantu menunjukkan bahwa kamu benar-benar menyesal dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan tanpa menyinggung atau menyalahkan orang lain.
Making Restitution: “Bagaimana Aku Bisa Memperbaikinya?”
Dalam apology language making restitution, kamu tidak hanya cukup mengucapkan maaf, tetapi juga perlu menunjukkan keseriusan untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi.
Ini artinya, setelah kamu mengungkapkan penyesalan, langkah berikutnya adalah bertanya, “Bagaimana saya bisa memperbaikinya?”
Misalnya, jika kamu tidak sengaja menghilangkan barang berharga yang diberikan oleh pasanganmu, maka kamu bisa menanyakan “Maaf banget karena sudah menghilangkan. Ada yang bisa aku lakukan untuk menggantinya atau memperbaikinya?”
Dengan pernyataan ini, kamu menunjukkan bahwa kamu tidak hanya merasa menyesal, tetapi juga siap untuk melakukan tindakan yang bisa membantu memperbaiki situasi.
Menggunakan apology language ini menunjukkan kepedulian dan komitmenmu untuk mengatasi dampak dari kesalahanmu, bukan hanya sekedar menebus kesalahan.
Ini juga memberi kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan apa yang mereka butuhkan agar mereka merasa lebih baik.
Jadi, dengan making restitution kamu membuat langkah untuk menunjukkan bahwa kamu serius dalam memperbaiki hubungan dan memperbaiki keadaan.
Genuinely Repenting: “Aku Akan Belajar Lebih untuk Tidak Mengulanginya”
Genuinely repenting artinya kamu benar-benar bertaubat. Bukan hanya sekedar minta maaf, tapi juga bertekad untuk melakukan perubahan.
Ketika kamu bilang, “Saya akan mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut,” kamu menunjukkan niat kamu untuk memperbaiki diri.
Ini berarti kamu bakal melakukan tindakan nyata agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Misalnya, kalau kamu sering terlambat, kamu bisa mulai dengan membuat jadwal yang lebih teratur atau memakai pengingat di handphone.
Dengan begitu, kamu menunjukkan bahwa permintaan maaf kamu bukan hanya sekedar kata-kata, tapi diikuti dengan usaha nyata untuk menghindari masalah yang sama di masa depan.
Intinya, kamu harus benar-benar berusaha untuk memperbaiki diri dan menunjukkan komitmen untuk berubah. Ini membuat permintaan maaf kamu terasa lebih tulus dan bukan hanya sebatas ucapan.
Requesting Forgiveness: “Bisakah Kamu Memaafkanku?”
Ketika kamu menghadapi situasi di mana kamu benar-benar ingin meminta maaf, kadang-kadang yang terbaik adalah memberikan ruang bagi orang lain untuk merespons.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan mengajukan pertanyaan sederhana namun berarti: “Bisakah kamu memaafkanku?”
Pertanyaan ini tidak hanya menunjukkan kesungguhan niatmu untuk memperbaiki hubungan, tetapi juga memberi kekuatan dan kontrol kembali kepada orang yang terluka.
Dengan bertanya, kamu memberi mereka kesempatan untuk memproses perasaan mereka dan membuat keputusan sendiri mengenai bagaimana mereka ingin melanjutkan.
Ini juga berarti kamu memahami bahwa memaafkan bukanlah hal yang mudah atau cepat. Dengan mengajukan pertanyaan ini, kamu tidak memaksa mereka untuk langsung memaafkanmu, melainkan memberi mereka ruang untuk memutuskan apakah mereka siap atau belum.
Bagaimana Cara Mengetahui Apology Language dalam Hubungan?
Untuk mengetahui bahasa apology language dalam hubungan, mulailah dengan merenungkan apa yang paling kamu butuhkan saat seseorang meminta maaf.
Pikirkan jenis permintaan maaf yang paling memuaskan bagi kamu, apakah kamu lebih menghargai penyesalan yang tulus, pengakuan kesalahan, tindakan perbaikan, janji perubahan, atau permohonan maaf itu sendiri?
Kamu bisa mencoba kuis online yang dirancang untuk membantu menentukan bahasa permintaan maafmu, seperti di website: 5lovelanguages.com/quizzes/apology-language.
Kuis ini akan menanyakan hal-hal seperti apa yang paling kamu harapkan dari permintaan maaf seseorang dan bagaimana mereka sebaiknya mengatasi kesalahan mereka.
Selain itu, ketika seseorang meminta maaf, berlatihlah mendengarkan dengan seksama. Perhatikan kata-kata dan tindakan mereka untuk memahami bahasa permintaan maaf mereka dan usaha mereka dalam menebus kesalahan.
Sesuaikan permintaan maafmu dengan apology language pasanganmu. Jika kamu mengetahui bahasa permintaan maaf utama mereka, ini akan membantu mereka merasa dihargai dan dipahami, serta memperbaiki komunikasi dalam hubungan.
Kapan Harus Meminta Maaf?
Menurut Mindbodygreen, terapis Sulonda Smith, MFT, LPC, mengatakan bahwa beberapa orang butuh waktu untuk menenangkan diri sebelum mereka siap menerima permintaan maaf, sementara yang lain mungkin menginginkannya segera.
Jadi, bagaimana cara mengetahui waktu yang tepat untuk minta maaf? Meminta maaf memang tidak selalu mudah, tapi ada beberapa tanda yang bisa kamu perhatikan.
Misalnya, kalau kamu melihat orang tersebut mulai menjauh, bersikap sarkastik, atau sering menyindir, itu bisa jadi sinyal bahwa mereka lagi memendam kemarahan atau sakit hati. Ini mungkin saat yang tepat untuk minta maaf.
Selain itu, kalau mereka terlihat sedih, kecewa, atau bahkan menangis, itu adalah momen yang baik untuk mendekati mereka dan mengungkapkan permintaan maaf.
Jika kamu masih belum jelas apa yang membuat mereka kesal, jangan ragu untuk bertanya dengan tulus. Ini menunjukkan bahwa kamu peduli dan ingin memahami perasaan mereka secara mendalam.
Mau tahu lebih banyak soal apology language? Diskusi bersama, yuk, dengan komunitas Girls Beyond Circle!
Sumber foto: Pexels
Comments
(0 comments)