Risiko Sedot Lemak dan Cara Mencegahnya, Penting Dibaca Sebelum Bertindak!
Risiko sedot lemak memang tidak boleh dianggap enteng. Baru-baru ini, seorang selebgram asal Medan, Ella Nanda Sari Hasibuan, dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani prosedur ini di Depok, Jawa Barat.
Sedot lemak adalah prosedur yang bertujuan mengubah bentuk tubuh dengan menghilangkan lemak di area tertentu, seperti perut, paha, bokong, hingga pinggul.
Meski banyak yang berhasil dengan prosedur ini, risiko yang serius tetap ada, seperti yang dialami oleh Ella saat proses berlangsung.
Jadi, apa saja yang membuat risiko sedot lemak berbahaya? Berikut penjelasannya.
Baca juga: Body Type Diet: Solusi Menurunkan Berat Badan dengan Hasil Maksimal?
Bagaimana Proses Sedot Lemak?
Proses sedot lemak, atau liposuction, melibatkan beberapa langkah utama yang biasanya dilakukan oleh dokter bedah plastik atau ahli bedah kosmetik.
Berikut adalah tahapan umum dalam prosedur sedot lemak:
- Proses ini dimulai dengan pemberian anestesi, yang bisa berupa sedasi intravena, anestesi umum, atau anestesi lokal, tergantung pada kebutuhan pasien.
- Setelah itu, dokter bedah membuat sayatan kecil yang tidak mencolok pada area yang akan dirawat.
- Sebuah kanula, tabung berongga tipis, dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kanula ini digunakan untuk melonggarkan lemak dengan gerakan maju mundur yang terkontrol, kemudian lemak disedot keluar menggunakan vakum bedah atau jarum suntik.
- Setelah lemak dihilangkan, cairan dan darah berlebih yang mungkin tertinggal akan dikuras. Kemudian, sayatan kecil akan dijahit dan area yang dirawat akan dibalut.
- Setelah prosedur selesai, area yang dirawat mungkin mengalami pembengkakan, memar, dan ketidaknyamanan, yang umumnya berlangsung beberapa minggu.
Baca juga: 7 Tips Diet Pemula yang Aman Dilakukan, Gak Bikin Nyiksa!
Risiko Sedot Lemak
Sedot lemak atau liposuction sering dianggap sebagai solusi cepat untuk memperbaiki bentuk tubuh.
Namun, menurut informasi yang dirangkum dari laman detikcom, Sekretaris Jenderal II Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi), Qory Haly, mengatakan bahwa penting untuk memahami bahwa prosedur ini tidak serta merta menurunkan berat badan.
Liposuction berfungsi lebih untuk body contouring atau pembentukan tubuh, bukan penurunan berat badan instan, meskipun hasilnya bisa sedikit menurunkan angka timbangan.
Saat mempertimbangkan sedot lemak, perlu diperhatikan efek sedot lemak dengan dua jenis risiko sedot lemak yang mungkin muncul, yaitu risiko segera dan risiko lambat.
Risiko Segera:
- Penumpukan Cairan (Seroma): Setelah prosedur, cairan dapat terkumpul di bawah kulit, yang bisa memerlukan perawatan tambahan.
- Infeksi: Area yang dioperasi berpotensi mengalami infeksi, yang memerlukan perhatian medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
- Kebal Rasa: Beberapa pasien mungkin mengalami kebas atau kehilangan rasa pada area yang dioperasi.
- Toksisitas Lidocaine: Penggunaan anestesi lokal dalam jumlah berlebih bisa menyebabkan toksisitas, yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik.
Risiko Lambat:
- Kulit Bergelombang: Setelah sedot lemak, tekstur kulit bisa menjadi tidak rata atau bergelombang, mempengaruhi penampilan akhir.
- Kerusakan Jaringan Lunak: Jaringan di sekitar area yang dioperasi mungkin mengalami kerusakan, yang bisa mempengaruhi hasil akhir dan proses pemulihan.
- Menembus Rongga atau Organ: Risiko ini terjadi jika alat yang digunakan dalam prosedur tidak dikendalikan dengan baik, berpotensi menembus organ tubuh atau rongga.
- Emboli Lemak: Gumpalan lemak bisa masuk ke aliran darah, menyebabkan penyumbatan yang serius pada pembuluh darah.
- Gangguan Jantung dan Ginjal: Prosedur ini juga bisa mempengaruhi kesehatan jantung dan ginjal, terutama jika terjadi komplikasi.
Dalam kasus terbaru di Depok, terjadi masalah serius terkait pembuluh darah yang pecah. Hal ini menggarisbawahi bahwa sedot lemak membawa risiko, terutama terkait organ-organ vital.
Baca juga: Mengenal Aritmia Jantung: Risiko dan Pencegahannya
Cara Mencegah Risiko Sedot Lemak
Agar tercegah dari risiko sedot lemak, penting bagi kamu untuk memperhatikan beberapa hal. Qory Haly, juga memberikan saran yang sangat berguna jika kamu ingin melakukan sedot lemak, yaitu:
Periksa Kualifikasi Dokter
Berdasarkan PP Nomor 28 Tahun 2024 Pasal 396, bedah plastik rekonstruksi dan estetika hanya boleh dilakukan oleh dokter yang memiliki keahlian dan kewenangan.
Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis yang teregistrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Dokter harus diakui oleh KKI dan memiliki izin praktik yang sah. Dokter umum yang hanya memiliki sertifikat estetik tidak diperbolehkan melakukan praktik bedah plastik.
Pastikan kamu bertemu langsung dengan dokter yang akan menangani prosedur, bukan hanya asisten pribadi atau konsultan klinik.
Verifikasi nama dan wajah dokter melalui situs web KKI (Konsil Kedokteran Indonesia), IDI (Ikatan Dokter Indonesia) atau Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Dan Estetik Indonesia (PERAPI) untuk memastikan dokter memiliki kompetensi yang diperlukan.
Tindakan bedah plastik estetik yang dilakukan oleh dokter tanpa sertifikat kompetensi yang tepat adalah ilegal.
Fasilitas yang Memadai
Prosedur liposuction harus dilakukan di rumah sakit atau klinik utama yang memenuhi persyaratan dan memiliki izin dari dinas kesehatan setempat. Pastikan fasilitas tersebut sesuai dengan Pasal 297 dari PP Nomor 28 Tahun 2024.
Qory Haly mengingatkan pentingnya langkah-langkah tersebut untuk mencegah bahaya sedot lemak dan memastikan keamanan saat menjalani prosedur liposuction.
Risiko sedot lemak memang mengkhawatirkan, namun dibalik kasus ini, operasi sedot lemak tetap diperbolehkan dan umumnya aman selama dokter atau klinik terjamin.
Jadi, apakah kamu tertarik untuk mencoba sedot lemak?
Dapatkan informasi terupdate lainnya seputar masalah kesehatan dengan gabung Girls Beyond Circle.
Baca juga: Fakta Teknik Mewing Menurut Klinis, Benarkah Bisa Bentuk Jawline?
Sumber foto: VeryWellHealth
Comments
(0 comments)