gagal menampilkan data

Article

Cara Menjawab “Siap Bekerja Lembur?” Saat Interview Kerja Agar Terlihat Profesional

Written by Adila Putri Anisya

Pernahkah kamu mengalami pertanyaan jebakan saat interview kerja, seperti “Apakah kamu bersedia untuk bekerja lembur?” 

Pertanyaan tersebut bisa bikin bingung, terutama bagi kamu yang enggak terbiasa lembur atau lebih memilih waktu weekend untuk istirahat. 

Lalu, bagaimana cara menjawabnya dengan bijak? Simak tipsnya di bawah ini!

Baca juga: 4 Trik Kerja Anti Lembur Paling Efektif, Jangan Mau Overwork!

Mengapa HR Menanyakan Kesiapan Lembur Bekerja?

Sumber foto: Pexels

Penasaran mengapa HR (human resource) menanyakan kesiapan lembur untuk bekerja? Ini karena mereka ingin mengetahui sejauh mana kamu bisa beradaptasi dengan kebutuhan perusahaan. 

Menurut Naukri, beberapa alasannya adalah:

  • Fleksibilitas Waktu – Beberapa pekerjaan membutuhkan jam kerja yang lebih panjang, terutama di industri dengan permintaan tinggi atau tenggat ketat.
  • Tuntutan Pekerjaan – Dalam kondisi tertentu, proyek dengan deadline mendesak mengharuskan tim bekerja di luar jam kerja normal. Perusahaan tersebut mungkin sering melakukan ini.
  • Budaya Perusahaan – Ada perusahaan yang memang memiliki budaya kerja yang sering melibatkan lembur sebagai bagian dari ritme kerja mereka.
  • Kemampuan Problem-SolvingLembur kadang diperlukan untuk menyelesaikan kendala mendesak yang bisa berdampak besar pada bisnis.
  • Kolaborasi Tim – Dalam proyek besar, anggota tim mungkin perlu bekerja ekstra untuk memastikan kelancaran dan kesuksesan pekerjaan.

Apa Ekspektasi Jawaban HR Tentang Kesiapan Lembur pada Kandidat?

Apa Ekspektasi Jawaban HR tentang Kesiapan Lembur pada Kandidat?
Sumber foto: Pexels

Saat interview kerja, pertanyaan tentang kesediaan lembur bukan sekadar basa-basi. HR ingin tahu apakah kamu benar-benar siap bekerja di luar jam kerja jika diperlukan atau justru merasa keberatan. Cara kamu menjawab bisa sangat mempengaruhi keputusan mereka.

Pertanyaan ini juga menjadi tes pemahamanmu terhadap pekerjaan yang dilamar. Di industri seperti hukum atau startup teknologi, lembur bisa menjadi hal yang biasa. 

Jika kamu terlihat berharap selalu pulang tepat waktu tanpa memahami dinamika pekerjaan, HR mungkin menganggap kamu kurang siap untuk peran tersebut.

Enggak ada jawaban yang benar atau salah soal lembur, tapi persiapan tetap penting. Sebelum interview, cari tahu budaya kerja di perusahaan dan kebiasaan jam kerja di industri tersebut. 

Dengan begitu, jawabanmu akan terdengar lebih meyakinkan dan menunjukkan bahwa kamu sudah memahami ekspektasi perusahaan. Ini juga bisa menjadi poin plus karena menunjukkan bahwa kamu proaktif dan siap beradaptasi dengan lingkungan kerja yang ada.

Baca juga: Lembur di Akhir Tahun Wajib Dibayar! Simak Aturan Terbarunya di Sini

Tips Menjawab “Apakah Kamu Bersedia Bekerja Lembur?” 

Tips Menjawab “Apakah Kamu Bersedia Bekerja Lembur?”
Sumber foto: Pexels

Jika kamu menerima pertanyaan tentang kesiapan lembur bekerja, ada beberapa tips dan cara menjawab yang bisa kamu pertimbangkan, antara lain:

Jika Bersedia Lembur

Sebelum interview, coba periksa deskripsi pekerjaan dengan saksama untuk memahami apakah lembur disebutkan sebagai persyaratan atau enggak.

Jadi, jika kamu siap bekerja lembur di perusahaan tersebut, jawablah dengan penuh semangat namun tetap realistis, seperti berikut:

1. Tunjukkan Kesediaan dengan Sikap Positif

“Saya memahami bahwa dalam kondisi tertentu, lembur dibutuhkan untuk mencapai target. Saya siap berkontribusi sesuai kebutuhan.”

2. Tunjukkan Dedikasi dan Komitmen

“Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik. Jika lembur diperlukan untuk menyelesaikan proyek dengan hasil maksimal, saya siap melakukannya.”

3. Berikan Contoh Nyata

“Di pekerjaan sebelumnya, saya beberapa kali bekerja lembur saat proyek mendesak dan hasilnya berdampak positif bagi perusahaan.”

4. Ajukan Pertanyaan Tambahan untuk Memahami Ekspektasi

“Saya bersedia bekerja lembur, tetapi seberapa sering hal ini terjadi dan dalam kondisi seperti apa?”

Contoh Jawaban:

“Saya memahami bahwa dalam kondisi tertentu, lembur untuk memenuhi target mungkin dibutuhkan seperti yang saya baca dalam kualifikasi. Dengan begitu saya siap bekerja lembur dan berkontribusi sesuai kebutuhan. Saya juga selalu berusaha memberikan yang terbaik, sehingga jika lembur diperlukan untuk menyelesaikan proyek dengan hasil maksimal, saya siap melakukannya. 

Di pekerjaan sebelumnya, saya pun pernah beberapa kali bekerja lembur saat proyek mendesak dan hasilnya berdampak positif bagi perusahaan

Tapi, saya juga punya pertanyaan, bolehkah saya tahu seberapa sering hal ini terjadi dan dalam kondisi seperti apa?”

Jawaban tersebut menunjukkan sikap positif dan kesiapan untuk bekerja lembur sekaligus menegaskan komitmen terhadap kualitas kerja. 

Dengan menyebutkan pengalaman sebelumnya dalam bekerja lembur juga sebagai bukti nyata bahwa kamu mampu menangani situasi mendesak dengan baik dan memberikan dampak positif bagi perusahaan. 

Selain itu, dengan memberikan pertanyaan “frekuensi” lembur, menunjukkan sikap proaktif dalam menyesuaikan diri dengan kebijakan yang berlaku.

Juga, ada tambahan lain, jika mereka enggak memberitahu  tentang upah lembur, kamu bisa mengajukan pertanyaan terkait hal tersebut, karena pada dasarnya bekerja lembur wajib dibayar.

Jika Tak Bersedia Lembur  

Jika kamu memiliki keterbatasan tertentu, sampaikan dengan jujur namun tetap profesional. Menurut 4 Corner Resource, jangan pernah langsung menjawab “tidak bisa.” Kamu bisa tetap jujur, namun pastikan jawaban tersebut “diperhalus” agar mereka mengerti kebutuhanmu.

1. Tegaskan Batasan dengan Alasan yang Jelas

“Saat ini saya memiliki komitmen pribadi yang membatasi saya untuk sering bekerja lembur. Namun, saya akan mengatur waktu dengan efisien agar tetap bisa memenuhi tanggung jawab pekerjaan.”

2. Tawarkan Solusi Alternatif

“Saya lebih mengutamakan manajemen waktu yang baik agar pekerjaan selesai tepat waktu, sehingga kebutuhan untuk lembur bisa diminimalisir.”

3. Tunjukkan Kesediaan untuk Berdiskusi

“Saya ingin memahami lebih lanjut mengenai frekuensi dan kondisi lembur di perusahaan ini agar saya bisa menyesuaikan diri dengan lebih baik.”

Contoh jawaban:

“Saat ini saya memiliki komitmen pribadi yang membatasi saya untuk sering bekerja lembur. Namun, saya akan mengatur waktu dengan efisien agar tetap bisa memenuhi tanggung jawab pekerjaan

Saya lebih mengutamakan manajemen waktu yang baik agar pekerjaan selesai tepat waktu, sehingga kebutuhan untuk lembur bisa diminimalisir.

Kalau boleh saya tahu, bolehkah saya memahami lebih lanjut mengenai frekuensi dan kondisi lembur di perusahaan ini?”

Jawaban tersebut berarti bahwa kamu ingin mengetahui seberapa sering dan dalam situasi seperti apa lembur diperlukan di perusahaan. 

Tujuannya adalah agar kamu bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik dan melihat apakah ada kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan lembur perusahaan, meskipun kamu memiliki keterbatasan tertentu.

Ini juga menunjukkan sikap profesional dan terbuka untuk berdiskusi, bukan langsung menolak tanpa mencari solusi atau pemahaman lebih lanjut.

Baca juga: Kerja Keras dan Kerja Cerdas, Mana yang Lebih Baik? 

Apakah Menolak Bekerja Lembur Sudah Pasti Ditolak oleh HR?

Apakah Menolak Bekerja Lembur Sudah Pasti Ditolak oleh HR?
Sumber foto: Pexels

Menolak bekerja lembur enggak selalu berarti kamu akan langsung ditolak oleh HR. Keputusan mereka bergantung pada beberapa faktor, seperti ketentuan dalam kontrak kerja, peraturan hukum yang berlaku, serta alasan di balik permintaan lembur tersebut.

Jika kontrak kerja menyebutkan bahwa lembur bersifat wajib, menolak bisa dianggap sebagai pelanggaran. 

Namun, jika enggak ada ketentuan seperti itu, kamu umumnya berhak untuk menolak. Di beberapa negara, ada batasan jam lembur yang diatur oleh hukum, jadi perusahaan enggak bisa memaksa karyawan untuk bekerja melebihi batas yang ditentukan. 

Selain itu, permintaan lembur juga harus masuk akal, misalnya diberikan dengan pemberitahuan yang cukup.

Cara kamu menyampaikan penolakan juga berpengaruh. Jika dilakukan secara profesional dengan alasan yang jelas, HR mungkin lebih terbuka untuk berdiskusi dan mencari solusi, seperti menyesuaikan beban kerja atau memberikan kompensasi lain.

Dalam beberapa kasus, jika penolakanmu masuk akal dan sesuai aturan, bisa jadi HR enggak akan mengambil tindakan apa pun.

Jadi, menolak lembur bukan berarti otomatis ditolak oleh HR. Yang terpenting adalah memahami hak dan kewajiban dalam kontrak, mengetahui regulasi yang berlaku, serta berkomunikasi dengan baik agar enggak terjadi kesalahpahaman.

Baca juga: Ditanya “Bisa Bekerja di Bawah Tekanan” saat Lamar Kerja? Ini Arti & Contoh Jawabannya

Mau tau tips menjawab interview dengan pertanyaan lainnya? Yuk, gabung Girls Beyond Circle sekarang!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond