
Keseruan GB Academy di PNJ: Dapat Ilmu Baru, Bikin Konten, dan Bawa Pulang Hadiah!
Girls Beyond kembali menebar semangat di kalangan anak muda! Rangkaian kedua GB Academy Goes to Campus akhirnya mendarat di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Mengusung tema “‘Crafting Impactful Content Build Digital Presence’,” acara ini mengajak para mahasiswa untuk menggali rahasia membuat konten yang enggak hanya menarik secara visual, tapi juga memberikan dampak nyata serta membangun eksistensi digital yang kuat.
Lebih dari 100 peserta, baik yang hadir langsung maupun online, membanjiri acara yang inspiratif ini. Mereka berkesempatan belajar langsung dari dua sosok hebat di dunia digital, yaitu Kak Stephanie Regina, CEO Haloka Group Indonesia, dan Kak Raudhah Nasution, seorang Content Creator yang dikenal dengan ide-ide out of the box-nya.
Penasaran seperti apa dan apa saja materi yang disampaikan? Scroll sampai bawah, ya!
Antusiasme dan Dukungan Penuh Energi Supported by Ever-E!

Sejak dimulai pukul 08.00 WIB, suasana di PNJ sudah dipenuhi antusiasme mahasiswa. Semangat belajar ini didukung penuh oleh Ever-E, brand suplemen andalan untuk menjaga kesehatan kulit dan tubuh dari dalam. Melalui produk-produk seperti Ever-E250 dan Ever-E Collagen, peserta diajak untuk tetap glowing dan penuh energi selama mengikuti acara.
Keseruan semakin lengkap dengan adanya starter pack eksklusif untuk setiap peserta. Goodie bag ini berisi produk-produk sponsor seperti Bringz Lumiere Snacks, Hot Aburi Seasoning, Feminax, dan Indomilk Coklat, ditambah stiker dan kipas lucu khas Girls Beyond. Benar-benar perpaduan sempurna: belajar, ngonten, dan tetap fun bareng Girls Beyond!
Selama acara, para peserta juga ditantang oleh Girls Beyond untuk melakukan content challenge, Pemenangnya nanti akan mendapatkan hadiah eksklusif berupa goodie bag berisi tumblr, tripod, dan greeting card, yang mendukung dan memotivasi pemenang untuk menjadi seorang creator!
Stephanie Regina: Personal Branding Sebagai Fondasi Kontribusi Positif

Sesi pertama dibawakan oleh Kak Stephanie Regina, yang langsung memecah kebekuan dengan sapaan penuh energi. Ia memancing tawa dan semangat para mahasiswa PNJ.
Kak Stephanie, yang juga CEO dan Founder Haloka Group Indonesia, memulai sesinya dengan berbagi perjalanan kariernya. Lulus dari Marketing Prasetiya Mulya pada 2017, ia sempat bekerja selama 4 tahun di Unilever sebagai brand team.
Titik balik kariernya terjadi pada 2020 saat masa WFH karena pandemi. Dari kegelisahan “sobat ex-driver” yang kuota katanya habis, lahirlah Haloka Talks, inisiatif untuk membantu orang-orang terdampak COVID-19 membangun bisnis online dengan mengajarkan marketing dan branding sederhana. Haloka Talks yang awalnya dibentuk dari nol, hanya bermodal ring light dan direkam di rumah, kini telah menjadi Haloka Group Indonesia dengan 16 orang di dalamnya.
Perbedaan Personal Branding dan Pencitraan

Fokus utama Kak Stephanie adalah pada personal branding yang ia tekankan harus berpondasi pada kontribusi positif. Ia menjelaskan bahwa personal branding bukanlah soal penampilan palsu.
“Personal branding itu ngomongin tentang persepsi. Persepsi orang terhadap kita bahkan sebelum mereka tuh ketemu kita secara offline. Dan makanya kenapa sekarang bentuknya dari sosial media,” jelasnya. Ia juga menambahkan, “Yellow Pages zaman dulu” kini telah digantikan oleh media sosial sebagai first point of touch untuk orang memiliki persepsi tentang kita.
Ia kemudian memaparkan perbedaan mendasar antara personal branding dan pencitraan:
- Personal Branding: Kegiatan mengelola persepsi. Barang (kualitas/diri) sudah ada, kita hanya mengelolanya.
- Pencitraan: Kegiatan memanipulasi persepsi. Barangnya (skill atau kualitas diri yang dipamerkan) enggak benar-benar ada.
Intinya, personal branding adalah soal keautentikan dan kontribusi. Hal ini harus dimulai dari proses refleksi diri.

“Berangkatnya itu dari cari tahu dulu apa yang kita bisa temukan. Mudah dan diketahui oleh semua orang. Seringkali kita tahu apa ekspektasi orang. Jadi dalam perjalanan was-was sehari-hari itu tuh kayak gue pernah ngecek diri sendiri, aku tuh tunduk reflektif ya semuanya ya,” ujar Kak Stephanie, mendorong peserta untuk berani menjadi diri sendiri dan menggali identity mix (karakter, skill, dan hobi) yang unik.
Baca juga: Ikut GB Academy Goes to Campus 2025 dan Jadi GB Next Gen Creators!
Raudhah Nasution: Membuat Konten Aneh yang Meraup Jutaan Views

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Kak Raudhah Nasution atau yang akrab disapa Kak Rao, seorang Creative Beauty Creator yang punya keahlian mengubah ide random menjadi konten viral jutaan views.
Kak Rao membuka sesinya dengan tantangan spontan kepada peserta: menggabungkan dua kata random, misalnya “Blush on” dan “Tumbler,” menjadi ide konten yang unik. Ia menunjukkan bahwa kreativitas bisa lahir dari kombinasi enggak terduga.
Fokus Bukan Hanya Viral, Tapi Berdampak

Kak Rao menceritakan bahwa perjalanan kontennya bermula saat ia baru lulus SMA di masa COVID-19, saat orang lain sibuk UTBK, ia sibuk explore konten. Ia sempat mencoba membuat video nyanyi, nge-rap, dan dance di Instagram, sampai akhirnya audiens menyukai video skincare dan makeup-nya.
Ia menegaskan, tujuan menjadi content creator bukan hanya viral.
“Be a content creator is just not about viral. Karena setelah video aku viral, terus ngapain? Ada yang punya jawabannya? Kalau video yang kalian posting viral, senang enggak? Ada satu orang? Belum mulai, ya? Jadi, menurut aku, selain viral, ada hal yang mean much more than that, yaitu adalah The impact we create to ourselves maupun to others.”
Dampak kecil seperti mendapatkan DM atau komentar “Terima kasih banyak ya Gara-gara videonya kakak Aku jadi semangat untuk berangkat kerja tiap pagi” atau “Aku video untuk tugas kuliah” adalah bukti nyata bahwa kontennya memberikan nilai positif.
In a World Full of Attention, Be Unique, Be Authentic

Kak Rao menekankan bahwa di tengah “dunia yang penuh perhatian,” kuncinya adalah menjadi unik dan autentik. Unique enggak harus aneh atau paling berisik, tetapi cukup menjadi diri sendiri.
Ia kemudian membagikan contoh sukses kontennya:
- Bedak Tabur dengan Tema Kuli Bangunan/Alat Pertukangan: Menembus 40 juta views dalam beberapa hari.
- Lipstik yang Digabung dengan Donut (Donut Shop): Meraup 10 juta views dalam beberapa hari.
- Skincare Tema Luar Angkasa: Mendapat 11 juta views.
Konten-konten ini membuktikan bahwa ide yang random bisa mendulang atensi luar biasa jika dikemas dengan storytelling yang menarik.
Storytelling: ‘The Spice of Conflict’

Kak Rao lantas membedah proses konten Donut Shop-nya yang viral. Ia mengungkapkan, storytelling harus memiliki “The Spice of Conflict” (bumbu konflik) yang membuatnya enggak monoton.
Contohnya, saat membuat video lipstik bertema donut shop, ia menceritakan seluruh proses yang gagal dan lucu:
- Bikin warna pink sendiri malah jadi dangdut.
- Dicampur susu malah jadi bubur.
- Nyoba adegan donat jatuh tapi enggak mau sejajar.
- Handphone ambruk saat shooting.
Semua “konflik” ini membuat penonton relate dan betah mengikuti alur cerita. Sesi ini ditutup dengan tantangan content challenge kepada peserta untuk menjual produk dari goodie bag mereka menggunakan teknik storytelling.
Acara Ditutup dengan Pemberian Hadiah ke Pemenang Content Challenge!

Di penghujung acara, Girls Beyond memberikan apresiasi khusus untuk kreativitas para peserta. Setelah mendapatkan materi yang inspiratif dari kedua mentor, tiba saatnya pengumuman content challenge!
Sebelumnya, mahasiswa PNJ sudah diberi tantangan untuk merekam momen selama acara berlangsung, mulai dari sesi materi, suasana, hingga keseruan di balik layar. Konten terbaik dan paling impactful mendapatkan hadiah berupa goodie bag spesial yang bisa mendukung mereka menjadi creator hebat di masa depan.
Seru banget, kan? Jadi, siap ikut keseruan berikutnya dan menangkan hadiah menarik di kampus selanjutnya? Sampai jumpa di Girls Beyond Academy Goes to Campus berikutnya!
Baca juga: 5 Cara Menjadi Content Creator untuk Pemula, Cuan Banget!
Gabung discord Girls Beyond Circle untuk dapatkan info GB Academy Goes to Campus 2025!
Comments
(0 comments)