gagal menampilkan data

Article

Kenali Ciri-Ciri Orang Avoidant dalam Menjalin Hubungan, Adakah pada Pasanganmu?

Written by Adila Putri Anisya

Pernahkah kamu merasa bingung dengan sikap pasangan? Satu waktu dia terasa begitu dekat, tapi di waktu lain seolah ada tembok tebal yang memisahkan? Hubunganmu maju-mundur, penuh ketidakpastian, dan sering kali membuatmu merasa enggak benar-benar diinginkan?

Jika ya, mungkin saja kamu sedang berada dalam hubungan dengan seseorang yang memiliki gaya keterikatan (attachment style) menghindar (avoidant), khususnya yang disebut dismissive-avoidant.

Gaya keterikatan ini bukan soal sifat, lho. Ini adalah pola bawah sadar yang kita pelajari sejak kecil tentang cara berinteraksi dalam hubungan dekat. Dan kabar buruknya, menurut perkiraan, 1 dari 4 orang dewasa memiliki gaya keterikatan dismissive-avoidant ini, dilansir dari Psychology Today.

Mau tahu bagaimana ciri-ciri orang avoidant? Dilansir dari berbagai sumber, yuk kita bedah!

Baca juga: 10 Cara Menghadapi Pasangan Avoidant dalam Hubungan Agar Tetap Langgeng! 

Contoh Kasus Pasangan Avoidant

Ciri-Ciri Orang Avoidant
Sumber foto: Freepik

Hubungan dengan pasangan avoidant sering terasa seperti tarian tarik-ulur yang melelahkan. Kamu mendekat, dia menjauh. Kamu butuh kepastian, dia memberi jawaban mengambang. Ini bukan drama, ini adalah mekanisme pertahanan diri mereka yang terbentuk karena trauma atau pola asuh masa lalu.

Kasus 1: “Aku Sayang Kamu… Tapi Jangan Clingy

Bayangkan seorang perempuan bernama Rina. Ia menjalin hubungan dengan Bimo selama setahun. Rina mulai merasa hubungan mereka harus lebih serius dan mencoba mengajak Bimo merencanakan liburan tahun depan. Reaksi Bimo?

  • Jawaban Mengambang: “Emm, ya, nanti kita lihat saja. Aku enggak janji, ya. Lagipula masih lama.”
  • Perubahan Topik: Ia buru-buru mengubah topik, membahas pekerjaannya yang sedang menumpuk, atau hobinya yang menyita waktu.

Bimo sangat menghargai kebebasan dan kemandirian (independence dan self-reliance) lebih dari segalanya. Ia bahkan enggak mau memasang foto Rina di rumahnya, meskipun ia punya banyak foto teman dan bahkan mantan-mantannya. Ketika Rina mulai menggunakan istilah “pacarku” di depan teman-temannya, Bimo akan terlihat enggak nyaman.

Pasangan avoidant mungkin peduli dengan pasangannya, tetapi mereka juga sangat takut ditolak dan kehilangan kebebasan. Untuk melindungi diri, mereka menjaga jarak emosional dengan enggak terlibat sepenuhnya. 

Dampaknya, Rina merasa cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia merasa enggak begitu berharga (not valued) dan hubungan mereka terasa tentatif atau sementara.

Kasus 2: Emosi Itu “Bikin Ribet”

Pernahkah kamu mencoba berbagi perasaan yang dalam, kesedihan, atau kekhawatiran dengan pasanganmu, tapi responsnya datar atau bahkan menghakimi?

Seorang pria bernama Danu sedang mengalami masa sulit di kantor dan berbagi betapa frustrasi dan sedihnya dia dengan pasangannya, Maya. Maya adalah seorang avoidant yang memiliki emosionalitas terbatas (restricted emotionality).

  • Enggak Tahu Cara Merespons: Maya bingung harus berkata apa saat Danu berbagi sisi rentannya (vulnerable).
  • Sikap “Tahan Banting”: Ia justru berkata, “Kenapa harus dipikirin terus? Ya sudah, hadapi saja, jangan lebay. Jangan buang-buang waktu dengan perasaan enggak penting.” Ia cenderung memandang emosi yang mengganggu sebagai enggak produktif atau membuang-buang waktu.

Mereka juga menghindari konflik (conflict-avoidant). Karena enggak suka ekspresi emosi yang kuat dan enggak percaya diri dalam menyelesaikan masalah, saat Danu mencoba membicarakan masalah hubungan mereka, Maya akan menarik diri, diam, atau pura-pura enggak mendengar.

Dampaknya, Danu merasa terputus (disconnected) dan sendirian dalam hubungannya. Ia merasa seolah-olah pasangannya mampu mematikan emosi kapan saja.

Kasus 3: Si “Lone Wolf” dan Ghosting Dadakan

Ciri-ciri orang avoidant, dalam lingkungan kerja atau sosial, si avoidant sering terlihat sebagai sosok yang mandiri, percaya diri, dan berprestasi tinggi, tipe “serigala penyendiri” (lone wolf).

Namun, dalam hubungan intim, kemandirian ekstrem ini menjadi masalah. Mereka sangat menjunjung tinggi otonomi dan ketakutan terbesar mereka adalah merasa terjebak, terikat, atau bergantung (trapped, obligated, or dependent). Otonomi dan kemerdekaan terasa jauh lebih penting bagi mereka daripada keintiman dan keterhubungan

Saat hubungan terasa semakin serius, misalnya kamu mulai bicara soal tinggal bersama atau bertunangan, mereka bisa tiba-tiba mundur, meminta “istirahat,” atau bahkan mengakhiri hubungan secara ambigu tanpa alasan yang jelas (prematurely ending romantic relationships). Mereka sering punya riwayat meninggalkan hubungan atau hubungan yang berakhir tanpa kejelasan.

Dilansir dari Very Well Mind, Psikolog Morgan Anderson, PsyD mengatakan, “Orang dengan gaya keterikatan avoidant sering kali enggak tersedia secara emosional dan berjuang untuk berinvestasi secara emosional dalam suatu hubungan.” Ia menambahkan bahwa individu dengan gaya ini belajar bergantung pada diri sendiri dan kesulitan untuk dekat secara emosional dengan orang lain. 

Dampaknya, pasangan merasa enggak diinginkan (undesired) dan ditinggalkan.

Baca juga: [Quiz] Gaya Cintamu Seperti Apa? Yuk, Temukan Attachment Style Kamu di Sini! 

Ciri-Ciri Orang Avoidant

Ciri-Ciri Orang Avoidant
Sumber foto: Freepik

Untuk membantumu mengidentifikasi apakah pasanganmu termasuk avoidant, berikut adalah ciri-ciri utama yang perlu kamu perhatikan, dirangkum dari berbagai sumber, terutama Psychology Today dan Psych Central.

1. Sulit Memberikan Kepastian dan Komitmen

Ini adalah ciri paling kentara. Pasangan avoidant akan menghindari pembicaraan masa depan jangka panjang.

  • Mereka ragu-ragu untuk sepenuhnya menerima pasangannya atau hubungan tersebut (hesitate to embrace their partner or the relationship fully).
  • Mereka bisa mengidealkan mantan atau fantasi tentang kekasih masa lalu, membuat hubungan yang sekarang terasa kurang istimewa atau belum selesai (not fully invested in the present). 
  • Mereka mungkin menetapkan kondisi yang kaku di awal hubungan, seperti, “Aku bukan tipe yang akan menikah,” atau, “Aku enggak akan pernah melepaskan kebebasanku untuk siapa pun.”
  • Mereka cenderung menggunakan kata-kata yang mengedepankan kemandirian, kebebasan, dan swasembada daripada keintiman atau saling ketergantungan. 

2. Suka Mengirim Pesan Campur Aduk (Maju-Mundur)

Si avoidant sering enggak terhubung dengan emosinya sendiri,, sehingga sulit bagi mereka untuk berkomunikasi dengan jelas.

  • Mereka menarikmu mendekat dengan sinyal keintiman, tetapi kemudian mendorongmu menjauh (sending mixed messages).
  • Mereka mungkin bilang ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, tetapi jadwal mereka selalu penuh dengan komitmen lain.
  • Respon mereka terhadap permintaan emosional atau kebutuhanmu sering kali enggak memuaskan atau samar.
  • Mereka bisa menyabotase hubungan ketika semuanya berjalan baik dengan tiba-tiba menjadi pemilih, pemarah, atau kekanak-kanakan

3. Jaga Jarak Secara Fisik dan Emosional

Ciri-ciri orang avoidant, mereka punya “ruang pribadi” yang sangat ketat dan protektif.

  • Mereka cenderung pelit kasih sayang fisik (limited affection), atau hanya menunjukkannya saat berhubungan seksual. Ucapan “Aku sayang kamu” sangat jarang, bahkan mungkin tanpa perasaan.
  • Mereka bisa menjadi kritis atau mencari-cari kesalahan (critical or fault-finding) pasangan sebagai cara untuk menjaga jarak. 
  • Mereka akan membatalkan rencana jika hubungan terasa mulai terlalu intim atau “terlalu dekat.”

4. Hiper-Independen dan Otonomi Adalah Segalanya

Mereka memiliki keyakinan mendasar bahwa mereka hanya bisa bergantung pada diri sendiri.

  • Filosofi mereka adalah: “Cuma diriku yang kupunya”. Saat krisis, mereka akan membangun tembok dan mencoba mengatasi semuanya sendirian. 
  • Mereka cenderung mengutamakan pekerjaan, hobi, atau kebutuhan pribadi di atas hubungan utama.. Mereka bisa tampak seperti selalu ada hal lain yang lebih penting daripada kamu atau hubungan.
  • Mereka melihat upaya pasangannya untuk menjadi lebih dekat sebagai bentuk “manja” atau “terlalu bergantung” (too clingy or needy).

5. Komunikasi Dangkal dan Menghindari Keintiman Emosional

Obrolan mereka cenderung terbatas.

  • Mereka sulit mengungkapkan perasaan dan pikiran.
  • Percakapan terasa dangkal, banyak diisi basa-basi, lelucon sarkas, atau humor, alih-alih berbagi emosi yang tulus. 
  • Mereka akan diam seribu bahasa ketika kamu ingin membahas masalah hubungan. Mereka bisa menarik diri atau mengancam untuk pergi jika perasaan (milikmu atau miliknya) menjadi terlalu intens. 
  • Jika kamu menunjukkan emosi, mereka mungkin mencoba menalarimu untuk keluar dari perasaanmu atau menyebutmu “terlalu sensitif.”

6. Sering Menarik Diri dan Menjauh

Ketika merasa tertekan untuk menjadi lebih dekat, mekanisme pertahanan mereka adalah menjauh.

  • Mereka akan gagal merespons ketika pasangannya mencari kepastian emosional atau koneksi fisik.
  • Mereka bisa tiba-tiba kehilangan minat pada pasangan atau hubungan tanpa alasan yang jelas.
  • Mereka mungkin menyuruh pasangannya mencari kepastian dalam diri sendiri, bukan dari hubungan.
  • Mereka bisa mengubur diri dalam pekerjaan atau aktivitas solo sebagai cara untuk menjauh.

7. Sulit Percaya dan Tertutup

Banyak avoidant memiliki kesulitan untuk percaya pada orang lain.

  • Mereka mungkin melihat tindakanmu dalam cahaya yang paling buruk, curiga kamu ingin mengambil keuntungan dari mereka atau membatasi kebebasan mereka. 
  • Mereka sering kali tertutup, membuat keputusan besar (keuangan, karier, perjalanan) sendiri dan memberitahumu setelah semuanya terlambat untuk diubah. Mereka lebih suka perencanaan solo daripada kolaboratif.

Kenapa Terjadi dan Apa yang Bisa Dilakukan?

Ciri-Ciri Orang Avoidant
Sumber foto: Freepik

Menurut Attachment Project, gaya avoidant ini enggak muncul begitu saja. Mereka yang memiliki gaya ini kemungkinan besar dibesarkan oleh pengasuh yang ketat dan jauh secara emosional, enggak mentolerir ekspresi perasaan, dan mengharapkan anak untuk menjadi mandiri dan “tangguh.” 

Anak belajar bahwa ketika mereka mencari dukungan, jaminan, atau keintiman emosional, pintu justru tertutup di wajah mereka. Mereka enggak diberikan kehangatan atau respons yang memadai terhadap kebutuhan emosional mereka. Akibatnya, mereka berhenti mencari atau mengharapkan keintiman emosional, seolah-olah mereka telah “mematikan sakelar” tersebut. 

Pada dasarnya, pasangan avoidant cenderung percaya bahwa enggak ada orang yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Mereka melindungi diri dengan membangun tembok.

Jika kamu merasa pasanganmu memiliki ciri-ciri di atas, penting untuk diingat bahwa ini bukan salahmu. Pola menjauh ini dapat meninggalkanmu dengan perasaan sulit seperti enggak berharga, bingung, enggak dapat terhubung secara nyata, atau ditinggalkan. 

Lalu, apa yang bisa kamu lakukan?

  1. Kenali Polanya: Sadari bahwa ini adalah pola keterikatan, bukan penolakan pribadi. Pola menjauh mereka adalah mekanisme pertahanan, bukan cerminan kurangnya cintamu.
  2. Jaga Batasanmu: Komunikasikan kebutuhanmu akan keintiman dan komitmen secara jelas. Jangan biarkan dirimu terus-menerus mengorbankan kebutuhanmu hanya demi mengejar mereka.
  3. Kuatkan Diri Sendiri: Pasangan avoidant mungkin menyuruhmu mencari kepastian dalam dirimu sendiri, dan ini sebenarnya adalah nasihat yang harus kamu ikuti. Fokuslah untuk menguatkan gaya keterikatanmu sendiri, idealnya menuju gaya aman (secure). Semakin kuat dan aman dirimu, semakin kecil kemungkinan kamu terombang-ambing oleh perilaku avoidant pasanganmu.

Perubahan itu mungkin, tetapi membutuhkan usaha keras, baik dari pihak avoidant maupun dukungan dari pasangannya. Seperti yang dikatakan oleh Attachment Project, kuncinya adalah menyadari bahwa “sakelar” keintiman emosional harus dihidupkan. Ini membutuhkan refleksi diri bahkan bantuan dari terapis untuk mengembangkan pola pandang dan perilaku yang lebih sehat dan aman.

Dengan memahami ciri-ciri orang avoidant ini, kamu bisa lebih realistis dalam menilai hubunganmu. Apakah pola tarik-ulur ini masih berkelanjutan dan sehat untukmu? Jawabannya ada di tanganmu.

Baca juga: Ciri-Ciri Hubungan Secure Attachment, Kamu dan Pasangan Dewasa secara Emosional 

Kalau kamu suka pembahasan tentang character type atau relationship lainnya, jangan lupa gabung discord Girls Beyond Circle!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond