gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

5 Tanda Inner Child yang Terluka, Adakah Kamu?

Written by Zefanya Pardede

Familiar dengan istilah ‘inner child’? Konsep ini dikenal sebagai sosok anak kecil yang ada dalam diri setiap orang. Inner child juga merupakan cerminan dari kondisi masa kecil seseorang yang dibawa hingga dewasa.

Ternyata, inner child yang bahagia dan inner child yang terluka bisa dilihat dari sifat dan cara kamu menanggapi hal-hal yang terjadi di kehidupanmu, loh. Masa kecil sangat berpengaruh pada pembentukan karakter orang saat dewasa. Oleh sebab itu, trauma atau kebahagiaan ketika kecil bisa dilihat dari inner child yang tinggal dalam diri seseorang.

Mau tahu inner child-mu terluka atau bahagia? Simak lima tanda inner child yang terluka! Kalau kamu memenuhi tiga kriteria atau lebih, bisa saja inner child-mu terluka, loh.

Baca juga: Siap Membangun Healthy Relationship? Kenali Pertanda Kamu Punya Secure Attachment Style!

Terus Mengkritik Diri

Penggambaran wanita yang sedang mengkritik diri. (FOTO/Engin Akyurt via Pexels)

Mengkritik diri sendiri bukanlah hal yang buruk. Akan tetapi, mengkritik diri sendiri secara berlebihan juga tidak bagus. Orang-orang yang berlebihan dalam mengkritik diri sering kali merasa bahwa mereka tidak cukup, tidak bertalenta, kurang pintar, dan masih banyak lagi. Apa kamu pernah merasa seperti ini?

Bila pernah, sifat ini mungkin muncul dari jarangnya pujian dan apresiasi yang diberikan kepadamu waktu kecil, seperti orangtua yang mengabaikanmu ketika kamu memperlihatkan hasil ulanganmu yang bagus. Kamu juga kemungkinan jarang mendengar afirmasi dari lingkungan selama bertumbuh. Ini berujung pada sifatmu yang sering mengkritik diri dengan jelas.

Baca juga: Dibalik Kontroversi Film ‘Dear David’, Ada Krisis Gender, Kesehatan Mental, dan Ketidakadilan yang Diabaikan

Sering Merasa Bersalah

Ilustrasi seorang anak yang sedang disalahkan. (FOTO/Monstera via Pexels)

Ketika kamu terus-menerus merasa bahwa kamu perlu meminta maaf dan percaya bahwa segala hal yang berujung buruk adalah salahmu, itu adalah tanda bahwa saat kecil, kamu sering dibuat merasa seperti anak yang “membebankan”.

Dulu, mungkin ada orang penting dalam hidupmu yang menyalahkanmu atas semua hal. Contohnya, orang tua yang membuatmu merasa bersalah tentang besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membesarkan anak atau kesalahan adikmu yang dilimpahkan padamu tuduhannya. Jika kamu merasa seperti ini, bisa jadi inner child-mu tidak bahagia.

Baca juga: Ikuti 7 Tips Pintar Ini untuk Ubah Pengalaman Magang Jadi Full-Time, Fresh Graduate Harus Tahu!

Malu Mengekspresikan Emosi

Ilustrasi wanita yang cemas. (FOTO/Monstera via Pexels)

“Jangan nangis!” “Nggak usah cengeng!” “Jangan marah, harus sabar!” Pernah mendengar kalimat-kalimat tersebut? Tak jarang orangtua melarang kita menangis atau marah saat kecil lantaran anggapan bahwa menunjukkan perasaan negatif merupakan kelemahan. 

Padahal, mengekspresikan emosi merupakan hal yang sehat. Namun bagi mereka yang inner child-nya terluka, mengungkapkan perasaan tidak biasa bagi mereka. Mereka pun tumbuh menjadi orang-orang yang selalu memendam perasaan.

Baca juga: Habis Nonton Konser, Kok Malah Sedih? Yuk, Kenalan sama Post-Concert Depression!

Menjadi People Pleaser

Ilustrasi wanita yang sedang sedih. (FOTO/Pixabay via Pexels)

People pleaser adalah orang yang selalu menempatkan kebahagiaan orang lain sebelum kepentingan diri. Dalam arti lain, kalau kamu seorang people pleaser, kebahagiaanmu ada pada kebahagiaan orang lain. Kamu juga mungkin sering merasa nggak enakan dengan orang di sekitarmu.

Ketika self-worth-mu terikat pada kebahagiaan orang lain, ini merupakan tanda bahwa inner child-mu terluka akibat insiden atau kehadiran seseorang yang telah mengkondisikan dirimu sedemikian rupa sehingga kamu menjadi people pleaser

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Luka Inner Child, Penyebab, dan Cara Menyembuhkannya

Susah Membangun Hubungan

Ilustrasi wanita menyendiri. (FOTO/Zack Minor via Pexels)

Orang-orang yang inner child-nya terluka sulit membuka diri dan cenderung sulit bergaul. Banyak faktor yang bisa memengaruhi kebiasaan ini, seperti karena sering diabaikan semasa kecil. Seseorang yang pernah mengalami hal tersebut tidak mudah mencari kepercayaan diri untuk bersosialisasi.

Baca juga: Merasa Emotionally Unavailable? Bisa Jadi Kamu Punya Avoidant Attachment Style!

Memulihkan Luka Inner Child

Ketika trauma masa kecil tidak ditangani, trauma tersebut dapat muncul kembali dengan cara-cara baru di kehidupan dewasa. Namun, tidak ada kata terlambat untuk berupaya menyembuhkan inner child-mu!

Akui Keberadaan Inner Child

Langkah awal untuk menyembuhkan inner child yang terluka adalah mengakui adanya inner child dalam dirimu. Menurut ahli terapi Kim Egel, pentingnya mengakui eksistensi inner child berfungsi untuk mendorong proses move on dari kepedihan masa lalu.

Proses mengakui inner child dapat dilakukan dengan cara mengenali dan menerima hal-hal yang menyebabkan rasa sakit di masa kanak-kanak. Terimalah bahwa dirimu sedang tidak apa-apa dan berhenti bersikap denial. Pahami bahwa masa lalumu tidak bisa diubah. Dengan menerima masa lalu, keberadaan inner child-mu pun terakui.

Baca juga: 5 Aplikasi Digital Journaling yang Bisa Bikin Kamu Kembali Produktif

Peluk Dirimu Sendiri

Rangkul tubuhmu dengan kedua tanganmu dan beri dirimu pelukan yang erat. Kegiatan ini menjadi sebuah bentuk supportive physical touch yang dapat menenangkan inner child. Hal ini karena meskipun pikiranmu tidak mampu merangkai kata-kata untuk menjelaskan apa yang kamu alami, tubuhmu akan selalu mengingat trauma tersebut.

Walau gerakan ini terlihat konyol. memeluk memeluk diri dapat memberi inner child-mu kenyamanan. Ahli terapi Dr. Charity Godfrey menjelaskan bahwa aktivitas ini bisa dilakukan setiap hari selama tiga menit sehari.

Baca juga: Susah Mencari Work-Life Balance? Cobain Work-Life Integration!

Berbicara Depan Kaca

Kalimat-kalimat negatif yang didengar semasa kecil dapat membangun pribadi yang kurang percaya diri. Untuk itu, berdirilah di depan cermin, tatap dirimu baik-baik, dan ucapkan afirmasi-afirmasi seperti berikut:

  • “Aku berarti.”
  • “Aku cukup.”
  • “Aku adalah orang yang baik.”

Mengulang kalimat-kalimat tersebut perlahan membantu mengubah konstruk padangan diri negatif yang secara tidak disadari terbangun dari kecil.

Baca juga: Hidup Jadi Lebih Bahagia dengan Ikigai, Filosofi ala Orang Jepang untuk Kehidupan yang Berkualitas

Konsultasi ke Psikolog

Ambil waktu untuk mengunjungi ahli terapi atau psikolog. Bantuan profesional menjadi langkah terbaik untuk menyembuhkan inner child. Seorang terapis dapat menuntunmu langkah demi langkah dalam pencarian solusi, proses pelepasan, dan penerimaan. Kamu juga bisa menerima arahan untuk berjalan maju. Kalau bingung layanan psikolog mana yang cocok bagimu, kamu bisa cek di sini.

Baca juga: 5 Rekomendasi Layanan Psikolog Mudah dan Murah di Indonesia

Itulah 5 tanda inner child-mu terluka. Jika kamu merasa bahwa kamu memiliki tanda-tanda di atas, mungkin ini saatnya bagimu untuk melakukan refleksi dan berbicara dengan inner child-mu. Semangat!

Ingin tahu lebih lanjut tentang inner child? Bergabung ke Girls Beyond Circle sekarang! Klik di sini untuk bergabung.