5 Tips Move On, Langkah Awal Atasi Emosi Tidak Stabil dari Patah Hati
Patah hati dapat menyebabkan emosi tidak stabil, meningkatkan risiko stres, maupun depresi. Penting untuk kita menghadapi kondisi tak mengenakan ini secara bijak demi kesehatan fisik dan mental terjaga. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menghadapi patah hati dan mengatasi masa sulit ini.
Putus atau mengalami cinta bertepuk sebelah tangan ternyata dapat menyebabkan penurunan pada hormon dopamin, sementara hormon stres seperti kortisol semakin meningkat. Oleh karena itu, patah hati juga bisa menyebabkan gangguan tidur dan pola makan serta meningkatkan risiko terganggunya kesehatan fisik dan mental.
Meskipun sedih dan galau adalah hal yang wajar saat kita mengalami patah hati, emosi negatif yang terus dibiarkan berlarut-larut dapat berakibat fatal pada kualitas hidup.
Tak perlu khawatir, karena Girls Beyond punya tips move on yang ampuh agar kamu bisa mengatasi emosi tidak stabil akibat patah hati. Berikut beberapa bahaya di balik patah hati dan tips mengatasinya.
Bahaya Sindrom Patah Hati, Menyebabkan Emosi Tidak Stabil
Peristiwa emosional seperti putus cinta, cinta bertepuk sebelah tangan, maupun kehilangan orang yang dicintai ternyata dapat memicu sindrom patah hati atau takotsubo cardiomyopathy.
Takotsubo cardiomyopathy dapat menyebabkan emosi tidak stabil maupun stres berlebih, sehingga terjadi pelepasan hormon adrenalin dan kortisol, yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kadar gula darah. Selain itu, orang yang menderita sindrom ini sering mengalami sesak napas dan memicu penyakit serius lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan mental untuk mencegah sindrom patah hati, masalah kesehatan, serta mengatasi emosi berlebihan.
Patah Hati Bisa Sebabkan Obsesi dan Keinginan Bunuh Diri
Faktanya, patah hati yang parah dapat memicu emosi tidak stabil maupun reaksi emosional ekstrem, seperti obsesi terhadap mantan pasangan hingga keinginan untuk bunuh diri. Beberapa individu merasa bahwa mereka tidak dapat melanjutkan hidup tanpa orang yang dicintainya, sehingga menyebabkan pikiran dan perilaku obsesif. Berikut adalah beberapa tanda dan risiko terkait:
Obsesi
Sakitnya patah hati kerap membuat seseorang menjadi dendam. Oleh karena itu, tak jarang orang yang sedang terluka akibat patah hati, nekat stalking kehidupan mantan dan bahkan tega mencelakai orang lain.
Terus-menerus stalking media sosial mantan pasangan atau gebetan ternyata dapat menjadi tanda kamu terobsesi dengannya. Hal ini juga tidak baik untuk kesehatan jiwa dan raga.
Obsesi juga membahayakan orang lain karena dapat membuat korban mengalami trauma akut. Selain itu, obsesi hanya berujung pada terganggunya produktivitas karena kita terlalu fokus pada seseorang dan kerap melupakan berbagai hal penting lainnya.
Hal ini sangat merugikan kamu dan orang lain, sehingga obsesi harus segera ditangani agar gejalanya tidak semakin parah. Selain itu, hidup menjadi lebih damai dan terarah. Patah hati adalah hal yang wajar, tapi jangan sampai kamu terobsesi dengannya, ya!
Munculnya Keinginan Bunuh Diri
Beberapa orang merasa bahwa satu-satunya jalan keluar dari rasa sakit adalah dengan mengakhiri hidupnya.
Kondisi ini sangat serius dan memerlukan pertolongan segera dari profesional, seperti psikolog, psikiater, maupun pemuka agama.
Patah hati bukan akhir dunia, sehingga kita perlu mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain untuk tidak terobsesi dengan orang lain maupun mencegah keinginan bunuh diri.
Jika kamu atau seseorang di sekitarmu menunjukkan tanda-tanda ini, sangat penting untuk segera mencari bantuan. Hubungi layanan kesehatan mental, konsultasi dengan psikolog atau psikiater agar dapat bangkit kembali dari keterpurukan.
Tak Hanya Merusak Jiwa, Tapi Juga Mengancam Kesehatan Fisik
Sindrom patah hati atau takotsubo cardiomyopathy dapat memengaruhi fungsi jantung maupun meningkatkan tekanan darah, sehingga bisa memicu penyakit kronis, seperti serangan jantung mendadak hingga stroke. Hal ini disebabkan oleh stres yang berlebihan.
Meskipun gejalanya bersifat sementara, sindrom ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius lainnya. Kondisi ini juga menyebabkan emosi tidak stabil dan mood swing, sehingga dapat memicu gangguan mental seperti depresi.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dan menjaga emosi tetap stabil untuk mencegah sindrom ini. Beberapa cara efektif seperti travelling, berbicara dengan orang terdekat, atau berkonsultasi dengan psikolog. Selain itu, aktivitas spiritual seperti beribadah serta belajar ikhlas juga dapat membantu kamu untuk mengatasi stres dan menjaga kesehatan tubuh.
Manfaat Berdamai dengan Luka
Patah hati memang menyakitkan, tapi jangan mencari pelampiasan ke hal buruk karena hanya akan merugikanmu. Oleh karena itu, kamu harus mencoba berdamai dengan luka tersebut.
Berdamai dengan mantan dapat sangat berguna untuk kesejahteraan emosional dan kesehatan mental seseorang. Proses ini merupakan langkah penting dalam mengatasi emosi tidak stabil dan mengurangi stres yang berlebihan akibat patah hati. Dengan berdamai, seseorang dapat merasa lebih lega, tenang, serta mengurangi beban pikiran juga.
Manfaat lainnya termasuk menghilangkan rasa dendam dan membebaskan diri dari obsesi maupun keinginan bunuh diri. Meskipun memaafkan sangat sulit untuk dilakukan, namun sangat penting dalam proses penyembuhan. Memaafkan membantu mengatasi emosi tidak stabil dan hati menjadi lebih tenang.
Memaafkan juga merupakan langkah ampuh untuk mengatasi emosi tidak stabil maupun perasaan cemas yang muncul saat patah hati. Dengan membangun keikhlasan dalam memaafkan, seseorang dapat memulai proses penyembuhan yang lebih dalam, mengatasi ketidakstabilan emosi, dan memperoleh ketenangan agar kualitas hidup semakin membaik.
5 Cara Move On dari Patah Hati
Move on bukanlah hal mudah bagi seseorang yang sedang patah hati. Namun, ada beberapa tips move on yang dapat membantumu untuk bangkit kembali dari keterpurukan dan menenangkan diri ketika emosi tidak stabil, seperti:
Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri dan Optimis akan Masa Depan
Menyalahkan diri sendiri hanya akan memperburuk keadaan dan menyebabkan emosi tidak stabil. Cobalah untuk memaafkan diri sendiri serta menerima bahwa tidak semua berjalan sesuai dengan keinginan dan tak semua hal bisa dikendalikan. Perpisahan bukan sesuatu yang harus disesali, tapi bisa menjadi pembelajaran untuk ke depannya.
Bahkan ketika mengalami patah hati, kita menjadi pesimis terhadap hidup. Namun, perlu diingat bahwa berakhirnya sebuah hubungan, bukanlah sebuah akhir dari kehidupan. Jadi, tergantung dengan respon kamu dalam menghadapi peristiwa ini karena setiap orang memiliki kesempatan untuk bangkit dan bertumbuh menjadi lebih baik.
Jangan biarkan pikiran negatif mendominasi, isilah dengan hal-hal yang positif dan percayalah bahwa dirimu tak seburuk yang kamu kira. Wajar untuk merasa sedih dan kecewa setelah patah hati. Namun, jangan abaikan dirimu sendiri, tetap jaga rutinitas, tidur cukup, makan makanan yang sehat, dan aktif bersosialisasi dengan orang sekitar.
Lakukan Kegiatan yang Bermanfaat
Sibukkan diri dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan dan produktif. Misalnya, berolahraga, membaca buku favorit, ikut komunitas atau organisasi, maupun menghabiskan waktu dengan me time. Ini bisa membantu mengalihkan pikiran dari rasa sedih saat patah hati melanda.
Jangan lupakan untuk memperhatikan diri sendiri. Sediakan waktu untuk merawat diri dan melakukan hal-hal yang kamu sukai, seperti me time dengan pergi ke salon.
Selain itu, mengikuti kegiatan sosial yang bermanfaat, dapat mengalihkan perhatian dari masalahmu sendiri, memberikan perspektif baru dan membuatmu lebih bahagia.
Quality Time dengan Teman atau Keluarga
Saat patah hati, renungkan siapa yang selalu ada disampingmu, tentunya keluarga maupun teman. Jadi, luangkan waktu sejenak untuk quality time dengan mereka agar kamu bisa refreshing dari masalah yang sedang kamu hadapi.
Berbagi cerita dengan orang-orang terdekat dapat membuatmu merasa lebih lega dan tenang. Mereka juga bisa memberikan dukungan moral dan saran yang berguna untuk membangkitkan motivasi kamu untuk move on.
Selain itu, berinteraksi dengan teman atau keluarga dapat menjadi cara mengatasi emosi yang efektif serta membantu mengurangi perasaan kesepian dan depresi.
Membuka Diri dan Menjalin Relasi Baru
Menghubungi mantan kembali hanya akan membuatmu sulit move on. Kurangi interaksi dengannya agar kamu bisa benar-benar melupakan dan melanjutkan hidup.
Jangan stalking media sosialnya, karena hanya membuat semakin terobsesi dengannya. Lebih baik blokir media sosial mantan, jika hal itu dapat membuat perasaan lebih tenang.
Cobalah untuk membuka diri dengan menjalin relasi baru. Pergi keluar rumah dan berinteraksi dengan orang-orang baru bisa memberikan pengalaman baru serta mengalihkan perhatian dari rasa sedih.
Namun, jangan terburu-buru untuk menerima cinta yang baru. Jadi, nikmatilah semua prosesnya agar kamu dapat move on secara utuh. Selain itu, ada baiknya kamu menyiapkan diri secara emosional dengan mencintai diri lebih dulu baru mencintai orang lain.
Berdamai dengan Luka dengan Meminta Bantuan Profesional
Jangan menahan amarah dan tangisan, luapkan emosimu dengan hal yang positif, seperti journaling maupun curhat ke orang terdekat. Hal tersebut dapat membantu melegakan emosi dan mengurangi beban pikiran.
Jika kesedihan tidak kunjung reda dan aktivitas harian mu menjadi terganggu, maka segera minta bantuan profesional. Psikolog atau psikiater bisa memberikan saran yang tepat dan membantu mengatasi emosi tidak stabil.
Memang, move on butuh waktu. Namun, jangan terlalu dipikirkan karena proses pemulihan adalah hal yang wajar serta akan ada hari-hari di mana kamu membaik dan bangkit kembali. Itulah beberapa cara terbaik untuk move on agar kesehatan mental tetap terjaga. Good luck!
Baca juga: Patah Hati karena Idola? Kenalan dengan Parasocial Breakup dan Cara Menghadapinya
Segera dapatkan informasi penting kesehatan lainnya dengan bergabung ke komunitas Girls Beyond Circle. Tunggu apa lagi? Yuk, buruan join agar tidak ketinggalan!
Sumber Foto: Pexels