Mitos Karier dan Faktanya: Bisa Pengaruhi Prospek Kerja!
Kebanyakan orang membuat asumsi tentang karier berdasarkan kesan yang mereka dapatkan dari keluarga, teman, acara televisi, dan pekerja serta pekerjaan yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun kesan ini bisa membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan karier, kesan ini juga bisa menyesatkan, hanya menunjukkan sebagian kecil dari realitas atau bahkan tidak ada realitas sama sekali. Di sinilah kesan tentang karier menjadi mitos karier yang sering kamu jumpai, padahal fakta karier yang sebenarnya akan mempermudah prospek kerjamu.
Berikut ini adalah mitos karier dan faktanya dalam dunia kerja yang mungkin sering kamu jumpai. Simak lebih lanjut.
Tidak Disadari, Kamu Percaya akan Mitos Karier
Mitos karier dapat menyebabkan kamu melewatkan banyak kemungkinan. Kadang-kadang, orang tidak menyadari bahwa suatu karier ada; misalnya, lulusan seni mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki latar belakang yang sangat baik untuk desain industri atau fotografi.
Kadang orang menilai karier berdasarkan kesan yang salah. Misalnya, pustakawan terkadang dianggap kuno, padahal pekerjaan di perpustakaan modern menggunakan teknologi canggih.
Jadi, jangan biarkan pandangan itu membatasi pilihan kariermu. Lebih baik pikirkan lebih dalam untuk melihat lebih banyak kemungkinan.
Mitos Karier yang Menghalangi Perkembangan Orang
- Mitos karier #1: Ada satu pekerjaan sempurna untuk saya
Fakta: Ada banyak pekerjaan dan karier yang akan kamu nikmati.
Fokus pada menemukan satu karier sempurna tidak hanya menakutkan, tetapi juga membatasi.
Kebanyakan orang akan memiliki beberapa pekerjaan dan karier dalam hidup, dan masing-masing akan memiliki aspek positif dan negatif.
Selain itu, preferensi pekerjaan cenderung berubah seiring waktu seiring dengan pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan diri. Menjaga opsi tetap terbuka adalah posisi kekuatan, bukan kelemahan.
- Mitos karier #2: Saya akan menggunakan semua bakat dan kemampuan saya dalam pekerjaan ini
Fakta: Tidak ada satu pekerjaan yang menggunakan semua bakat.
Mencoba menemukan pekerjaan yang melakukannya akan menggagalkan pencarian pekerjaan.
Mempelajari berbagai tugas membantu mengasah kemampuan yang mungkin tidak diperlukan dalam satu pekerjaan tetapi bisa sangat berharga dalam pekerjaan lain.
Terutama di awal karier, kamu harus mengharapkan untuk menghabiskan waktu mendapatkan pengalaman dan keterampilan. Ini adalah satu realitas tentang karier yang banyak lulusan baru gagal memahaminya.
Konselor mengingatkan pencari kerja untuk bersabar. Pekerja baru harus mengharapkan untuk memulai di posisi entry-level dan bersedia melakukan tugas rutin saat mendapatkan pengalaman.
- Mitos karier #3: Pekerjaan saya harus sesuai dengan jurusan kuliah atau kursus kejuruan saya
Fakta: Kamu tidak perlu membatasi pencarian pekerjaan pada karier yang terkait dengan gelar atau kursus.
Kebanyakan pekerjaan tidak menentukan jurusan kuliah mana yang diperlukan, bahkan jika mereka mengharuskan pekerja memiliki gelar sarjana. Banyak posisi spesialis komputer, misalnya, diisi oleh pekerja yang gelarnya dalam subjek yang tidak terkait.
75% dari semua lulusan perguruan tinggi tidak bekerja di bidang yang langsung terkait dengan jurusan mereka.
Setiap jurusan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat ditransfer dan akan diminati oleh pemberi kerja.
Selalu ada cara untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan industri tambahan di luar jurusan (organisasi kampus, kursus elektif dan online, dll.) selama tahun-tahun sarjanamu.
- Mitos karier #4: Saya memerlukan jaringan profesional untuk mendapatkan peluang kerja yang baik
Fakta: Studi menunjukkan bahwa 70-85% peluang kerja ditemukan melalui koneksi, namun kamu tidak perlu mengenal orang-8 di posisi berkuasa.
Kamu sudah memiliki jaringan yang luas, termasuk keluarga, teman-teman, dan alumni, yang sering kali senang membantu. Mengembangkan koneksi-koneksi ini bisa sesederhana mengirim email kepada para profesional dan mengajak mereka untuk minum kopi untuk belajar lebih banyak tentang karier mereka dan mendengar kisah mereka.
Baca juga: Cara Membangun Jaringan Profesional yang Efektif dan Terus Terjaga
- Mitos karier #5: Saya tidak memiliki pengalaman kerja berbayar, sehingga saya tidak memenuhi syarat untuk kebanyakan peluang kerja
Fakta: Kamu memiliki pengalaman. Pengalaman meliputi posisi kepemimpinan, kegiatan olahraga, volunteer, proyek kelompok, dan lain-lain.
Pemberi kerja seringkali lebih memperhatikan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dan kemauan untuk belajar. Selain itu, hingga 85% peluang kerja ditemukan melalui koneksi, oleh karena itu fokuslah pada membangun hubungan, bukan hanya pada resume.
- Mitos karier #6: Saya perlu menemukan pekerjaan berdasarkan passion atau minat agar tahu apa yang ingin saya lakukan dalam hidup saya
Fakta: Kebanyakan orang memiliki minat pada banyak hal yang berbeda.
Hanya 20% dari kaum muda memiliki visi yang jelas tentang apa yang mereka ingin lakukan, di mana mereka ingin pergi, dan mengapa.
Alih-alih mencoba menemukan satu passion, fokuslah pada menemukan minat baru dengan mencoba hal-hal baru.
- Mitos karier #7: Fokus pada karier yang sedang diminati (tren) akan memberikan keamanan kerja
Fakta: Tren saat ini dan proyeksi masa depan sebaiknya dilihat sebagai petunjuk saja. Kondisi pasar saat ini tidak bisa diandalkan untuk bertahan selamanya, dan proyeksi hanya berdasarkan informasi yang ada saat ini. Jadi, kegunaannya terbatas oleh kondisi saat ini.
Sebagai contoh, saat ini ada permintaan besar untuk guru. Misalkan banyak lulusan memutuskan bahwa mengajar adalah karier yang aman dan kemudian mengejarnya.
Ini menyebabkan profesi guru jumlahnya berlebihan di pasar. Meski ada permintaan sekarang, jika orang-orang memilih karier hanya berdasarkan tren pasar saat ini, akan ada masalah permintaan dan penawaran yang berubah-ubah di berbagai industri.
Memilih jalur karier harus mempertimbangkan banyak faktor, dan proyeksi masa depan sebaiknya hanya menjadi salah satu dari banyak pertimbangan dalam menentukan pilihan karier.
- Mitos karier #8: Hanya aku sendiri yang tidak tahu apa yang ingin aku lakukan
Fakta: Banyak orang yang belum tahu apa yang ingin mereka lakukan, bahkan hingga usia yang lebih tua.
Ada orang yang sudah tahu sejak kecil apa yang ingin mereka lakukan, sementara lainnya menemukan panggilan hidup di usia lanjut.
Sebagai contoh, ada seorang wanita berusia 90-an yang menjadi mahasiswa hukum tahun pertama karena akhirnya menyadari bahwa ia ingin mendapatkan kualifikasi untuk bisa menjadi sukarelawan dan membantu orang-orang memahami hak-hak mereka.
Hidup itu panjang, dan jika perlu waktu untuk mengenal diri sendiri dan mengetahui apa yang benar-benar disukai, maka berikan waktu itu. Dengan begitu, keputusan yang diambil akan lebih memuaskan dan bertahan lama.
- Mitos karier #9: Jika saya membuat kesan yang baik selama pengalaman kerja, perusahaan mungkin akan mempekerjakan saya
Fakta: Beberapa perusahaan memang menggunakan program pengalaman kerja untuk mengidentifikasi bakat potensial dan kemungkinan merekrut untuk program magang atau program bagi lulusan.
Namun, kebanyakan program pengalaman kerja bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis semata.
Karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut biasanya senang berbagi pengalaman mereka sendiri atau memberikan tips tentang cara mendapatkan pekerjaan di perusahaan atau industri yang serupa.
Meskipun demikian, perusahaan cenderung tidak menawarkan pekerjaan secara langsung, meskipun tugas-tugas yang diberikan telah diselesaikan dengan baik.
Tujuan utama dari pengalaman kerja adalah untuk memperoleh pengalaman yang berharga, bukan untuk langsung mendapatkan tawaran pekerjaan.
Lebih baik fokus pada pembelajaran dan penyelesaian tugas dengan baik daripada hanya berupaya menimbulkan kesan yang mengesankan.
Itulah informasi seputar mitos karier dan faktanya yang bisa mengubah cara pandangmu akan dunia kerja.
Ingin informasi serupa lainnya? Gabung di komunitas Girls Beyond Circle.
Baca juga: Cek Fakta: Beauty Privilege di Dunia Kerja, Nyata atau Isu Belaka?