gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Mengapa Januari Terasa Lama? Ini Faktanya Menurut Sains!

Written by Adila Putri Anisya

Bulan Januari seringkali membuat banyak orang merasa waktu berjalan begitu lambat. Rasanya seperti bulan ini tak kunjung berakhir, padahal tahun baru sudah dimulai. 

Ternyata, ada penjelasan ilmiah di balik perasaan ini, yang berkaitan dengan cara kita merasakan waktu dan faktor-faktor di sekitar kita. Penasaran kenapa Januari terasa begitu lama? Yuk, simak penjelasannya!

Baca juga: Cara Membuat Resolusi Tahun Baru Pakai Metode ‘12 Week Year’, Dijamin Lebih Efektif!

Berawal dari Keluhan Warganet di Media Sosial: “Januari Terasa Lama”

Berawal dari Keluhan Warganet di Media Sosial: “Januari Terasa Lama”
Sumber foto: Pexels

Setiap tahun, bahkan tahun ini, banyak orang yang merasa Januari terasa sangat lama. Bahkan, kalimat-kalimat lucu seperti “This January is Januaring like no January ever Januared” sempat viral di media sosial. Ada juga yang bertanya-tanya, “Apakah ini masih Januari?”

Meskipun setiap bulan memiliki 30 sampai 31 hari, Januari sepertinya memiliki ritme waktu yang berbeda. 

Hari-harinya terasa melambat, seolah-olah setiap detik diperpanjang seperti permen karet yang tidak habis-habis. 

Kalender yang biasanya kita andalkan jadi terasa seperti “musuh,” dan kita pun merasa seperti berada dalam perjuangan melawan waktu yang tidak kunjung berakhir. 

Akhirnya, kita pun terjebak dalam perasaan “Januharry,” di mana segala sesuatunya terasa sangat lambat, dan kita mulai merasa frustasi karena bulan ini terasa seperti tak ada habisnya. Apakah kamu juga merasa demikian?

Alasan Januari Terasa Lama Menurut Sains

Alasan Januari Terasa Lama Menurut Sains
Sumber foto: Pexels

Dikutip dari The New Statesman, ternyata, perasaan bahwa Januari terasa lebih lama dari bulan lainnya bukan tanpa alasan ilmiah. 

Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa bulan ini sering kali terasa seolah-olah lebih panjang, meskipun sebenarnya hanya terdiri dari 31 hari. 

Menurut William Skylark, seorang peneliti di University of Cambridge, ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:

1. Pengaruh Stimulasi Eksternal pada Persepsi Waktu

Salah satu alasan mengapa waktu terasa lebih cepat atau lambat adalah karena stimulasi eksternal yang kita terima. 

Penelitian menunjukkan bahwa kafein, misalnya, bisa membuat kita merasa waktu berjalan lebih cepat. 

Sebaliknya, aktivitas yang menegangkan atau menakutkan, seperti menonton film horor, justru memperlambat persepsi waktu. 

Ini karena tubuh kita merespons situasi tertentu dengan cara yang mempengaruhi “jam internal” kita, yang terletak di otak.

2. Jam Internal Otak yang Mempengaruhi Persepsi Waktu

Dalam otak kita, ada sistem jam internal yang mengukur durasi waktu dalam detik. Sistem ini terletak di bagian otak yang dikenal sebagai striatum. 

Ketika kita terlibat dalam aktivitas menyenangkan atau penuh tantangan, otak kita melepaskan dopamin, yang dapat membuat waktu terasa lebih cepat. 

Sebaliknya, ketika kita merasa bosan atau terjebak dalam rutinitas yang monoton, waktu terasa melambat. 

Hal inilah yang sering kita alami di Januari, terutama setelah berakhirnya liburan panjang.

3. Perubahan Rutinitas Setelah Liburan

Setelah bulan Desember yang penuh dengan liburan dan perayaan, Januari biasanya menjadi bulan yang penuh dengan rutinitas kembali. 

Banyak orang kembali bekerja atau kembali ke sekolah setelah liburan panjang, yang membuat waktu terasa lebih lambat. 

Ketika kita tidak memiliki momen seru untuk dinantikan, seperti hari libur atau acara besar, kita lebih sadar terhadap waktu, dan itulah yang membuat Januari terasa lebih lama.

4. Kurangnya Kesenangan dan Pengaruh Dopamin

Dopamin adalah neurotransmitter yang berperan dalam perasaan senang dan termotivasi. 

Ketika kita terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan, dopamin meningkat, dan waktu terasa lebih cepat. 

Sebaliknya, saat kita menjalani rutinitas yang membosankan atau merasa tidak termotivasi, dopamin berkurang, dan waktu terasa berjalan lebih lambat. 

Inilah sebabnya Januari, yang biasanya merupakan bulan yang penuh dengan rutinitas, terasa lebih lama karena kurangnya momen kesenangan.

5. Pengaruh Cuaca dan Sinar Matahari yang Lebih Singkat

Selain faktor psikologis, cuaca juga berperan dalam persepsi waktu. Di bulan Januari, banyak tempat mengalami hari yang lebih pendek dan kurangnya sinar matahari. 

Ini membuat kita merasa hari cepat berakhir, padahal waktu sebenarnya tidak berubah. Ketika kita merasa seolah-olah hari berakhir lebih cepat, kita lebih cenderung berpikir bahwa waktu berjalan lebih lambat.

6. Rasa Bosan dan Kesadaran Akan Waktu

Menurut penelitian, ketika kita merasa bosan atau tidak memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dinantikan, kita lebih sadar akan waktu yang berlalu. 

Pada bulan Januari, tidak ada banyak hal besar yang dapat kita nantikan, seperti liburan panjang atau hari libur nasional. 

Ketika kita lebih sadar akan waktu, waktu terasa lebih lama. Inilah yang menjelaskan mengapa Januari seringkali terasa seperti bulan yang tak kunjung selesai.

Kesimpulan

Jadi, meskipun Januari hanya terdiri dari 31 hari, berbagai faktor seperti rutinitas yang kembali, kurangnya stimulasi menyenangkan, perubahan cuaca, dan perasaan bosan membuat bulan ini terasa lebih lama.

Semua hal ini memengaruhi cara kita merasakan waktu, dan akhirnya menjadikan Januari bulan yang seolah-olah tidak pernah berakhir.

Baca juga: 8 Resolusi Karier di Tahun 2025 Terbaik yang Harus Kamu Lakukan

Cara Menghadapi Januari yang Panjang

Cara Menghadapi Januari yang Panjang
Sumber foto: Pexels

Dikutip dari New York Post, menurut Chloe Carmichael, seorang psikolog klinis, untuk mengurangi perasaan bosan dan waktu yang terasa sangat lama, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti:

1. Fokus pada Kesehatan Fisik dan Mental

Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi perasaan “terperangkap” dalam Januari yang panjang adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. 

Mulailah dengan cukup tidur, karena tidur yang berkualitas dapat membantu meningkatkan suasana hati dan memberi energi untuk menjalani hari. 

Tidur yang cukup juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan hormon tubuh, termasuk dopamin yang berperan dalam perasaan bahagia dan motivasi.

Selain itu, aktivitas fisik seperti berolahraga juga dapat meningkatkan mood. Olahraga melepaskan endorfin yang membuat kita merasa lebih baik dan lebih bahagia, serta membantu tubuh untuk tetap bugar meskipun cuaca tidak mendukung. 

Cobalah untuk berjalan-jalan di luar rumah, meskipun hanya sebentar, untuk mendapatkan sinar matahari yang sangat dibutuhkan tubuh kita di musim dingin.

2. Jangan Lupakan Hobi Kamu

Saat kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang membosankan, mudah untuk lupa pada hal-hal yang kita nikmati di luar pekerjaan atau sekolah. 

Untuk melawan kebosanan dan meningkatkan mood, pastikan untuk meluangkan waktu untuk hobi atau minat pribadi. 

Entah itu membaca buku, menonton film atau serial, menggambar, atau bahkan mencoba resep baru, melakukan aktivitas yang kita sukai dapat memberi kepuasan dan membantu kita melupakan perasaan tertekan.

Bahkan jika kamu merasa tidak punya banyak waktu, coba masukkan sedikit waktu untuk hobi setiap hari, meskipun hanya beberapa menit. 

Ini bisa menjadi cara efektif untuk memberi kesenangan kecil yang akan membantu kamu melewati hari-hari panjang Januari.

3. Rencanakan Hal-Hal yang Menyenangkan

Menatap Januari dengan rasa cemas tentang rutinitas bisa membuat waktu terasa lebih lama. 

Salah satu cara untuk mengurangi perasaan tersebut adalah dengan merencanakan hal-hal yang menyenangkan yang bisa dinanti-nanti. 

Dr. Carmichael menyarankan agar kita memasukkan kegiatan yang menyenangkan dalam kalender, bahkan jika itu hanya kegiatan kecil yang sederhana.

Misalnya, kamu bisa merencanakan perjalanan singkat ke tempat yang tenang di alam, seperti mengunjungi penginapan di daerah puncak atau sebuah tempat yang menawarkan ketenangan. 

Mungkin tidak perlu bepergian jauh, tetapi mengetahui bahwa ada waktu untuk beristirahat dan merefleksikan diri bisa memberikan efek positif yang besar pada kesejahteraan mental.

Jika tak ada waktu untuk bepergian, kamu juga bisa merencanakan aktivitas sederhana bersama teman atau keluarga, meskipun hanya untuk makan malam bersama atau berkumpul di rumah

Menciptakan momen spesial, meski sederhana, dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan lama dan membosankan yang sering datang di bulan Januari.

4. Jauhi Perasaan Tertekan dengan Menerima Kenyataan

Salah satu kunci untuk menghadapi Januari dengan lebih baik adalah menerima kenyataan bahwa bulan ini memang bisa terasa lebih panjang. 

Cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri jika kamu merasa kurang produktif atau tertekan. 

Banyak orang merasakan hal yang sama, dan itu sangat manusiawi. Dengan menerima perasaan ini, kita bisa mulai lebih santai dan memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan emosi yang datang tanpa menghakimi diri.

Menjaga pola pikir yang positif dan menerima kenyataan bahwa tidak ada bulan yang sempurna, bisa membantu kita lebih sabar dan lebih tenang dalam menjalani Januari.

5. Tetapkan Tujuan yang Realistis

Terkadang, kita terlalu menekan diri untuk mencapai banyak hal di awal tahun, yang justru bisa menyebabkan tekanan dan membuat Januari terasa berat. 

Jadi, sebaiknya cobalah tetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai. Mulailah dengan hal-hal kecil yang bisa membawa kemajuan, seperti menyelesaikan portofolio kerja, mengatur ruang kerja yang rapi, atau berfokus pada kebiasaan sehat yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menetapkan tujuan yang jelas, tetapi tidak membebani, akan membantu kita merasa lebih puas dengan pencapaian kecil dan memberi energi untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya.

Baca juga: 10 Resolusi untuk Kehidupan Cinta yang Lebih Bahagia dengan Pasangan 

Mau tahu fakta dan informasi menarik lainnya? Yuk, join komunitas Girls Beyond Circle!

Cover: Pexels