
6 Fenomena Langit Langka di Desember 2025, Ada Supermoon Terakhir Tahun Ini
Bulan Desember 2025 diprediksi bakal jadi salah satu fenomena langit terbaik buat kamu yang suka menikmati keindahan astronomi.
Menjelang akhir tahun, ada banyak banget fenomena astronomi yang terjadi berurutan, mulai dari supermoon, hujan meteor, sampai pergerakan planet yang bisa kamu lihat dengan mata telanjang.
Nah, dari 4 Desember sampai 22 Desember, ada setidaknya enam fenomena langit yang bisa kamu nikmati. Kalau kamu penasaran, yuk kita bahas satu per satu!
Baca juga: 5 Pasangan Serasi untuk Zodiak Leo, Dari Aries hingga Gemini
1. 4 Desember: Cold Supermoon

Fenomena langit pertama yang membuka rangkaian astronomi bulan ini adalah Cold Supermoon pada 4 Desember 2025.
Disebut “cold” karena di negara-negara belahan bumi utara, purnama Desember identik dengan datangnya musim dingin. Tapi istilahnya tetap dipakai secara global.
Supermoon terjadi ketika Bulan berada pada fase purnama dan sekaligus berada di titik terdekatnya dengan Bumi (perigee). Gabungan dua momen ini bikin Bulan tampak sekitar 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari purnama biasanya.
Yang bikin Cold Supermoon 2025 makin spesial:
- Ini adalah supermoon ketiga dari empat supermoon berurutan di tahun 2025.
- Jadi supermoon terakhir di tahun ini.
- Menurut Almanac, Bulan Desember 2025 ini bakal menjadi purnama tertinggi di langit belahan bumi utara sekaligus yang terendah di belahan bumi selatan hingga tahun 2042.
Kamu enggak butuh teleskop buat menikmatinya, tapi kalau punya, kamu bakal lihat detail permukaan Bulan lebih jelas, seperti kawah dan teksturnya.
2. 7 Desember: Merkurius yang Mudah Dilihat

Tiga hari setelah supermoon, tepatnya 7 Desember 2025, Merkurius mencapai posisi yang disebut greatest western elongation. Bahasa simpelnya: ini adalah posisi terbaik buat melihat Merkurius saat fajar.
Biasanya, Merkurius itu susah banget diamati karena posisinya selalu dekat dengan Matahari. Tapi pada elongasi barat ini, dia berada di titik optimal sehingga sedikit lebih jauh dari cahaya Matahari.
Merkurius sendiri dapat mudah dilihat pada pagi hari tanggal 7 Desember:
- Merkurius akan muncul rendah di ufuk timur
- Bisa dilihat hanya beberapa menit sebelum Matahari terbit
- Cuaca dini hari Indonesia yang cenderung cerah sangat mendukung pengamatan
Kalau kamu penasaran melihat planet tercepat di tata surya ini, kamu cukup bangun lebih pagi dan cari lokasi dengan pandangan timur yang lapang. Enggak butuh teleskop, kok! Kalau langit cerah, kamu bisa melihatnya sebagai “bintang terang” sebelum matahari muncul.
3. 13-14 Desember: Puncak Hujan Meteor Geminid

Nah, ini dia puncak fenomena langit Desember 2025, yaitu Hujan Meteor Geminid, yang terjadi pada malam 13-14 Desember. FYI, Geminid adalah salah satu hujan meteor paling aktif dan paling terang sepanjang tahun.
Dalam kondisi ideal, kamu bisa melihat hingga 120-150 meteor per jam. Tahun ini, kondisi pengamatannya lebih menguntungkan karena:
- Bulan sedang berada di fase sabit tipis
- Cahaya bulan minim dan nggak mengganggu
- Radiant (titik asal meteor) sudah mulai naik sejak malam
Di Indonesia, waktu terbaik untuk melihatnya adalah mulai sekitar pukul 20.00 sampai menjelang subuh, dengan intensitas tertinggi biasanya di pagi buta.
Geminid juga terkenal karena:
- Meteor-meteornya lebih lambat, sehingga lebih mudah dilihat
- Banyak yang berwarna (kuning, biru, hijau)
- Sangat cocok untuk pengamat pemula
Kalau kamu suka berburu meteor, ini adalah momen yang wajib dicatat. Cari area dengan minim polusi cahaya, misalnya pantai, bukit, atau area pinggir kota.
Baca juga: Fenomena Langit Oktober 2023: Ada Gerhana Matahari Cincin hingga Hujan Meteor!
4. 20 Desember: Langit Paling Gelap Sepanjang Bulan (New Moon)

Masuk ke tanggal 20 Desember 2025, Bulan mencapai fase new moon alias Bulan Baru. Di fase ini, bagian Bulan yang menghadap ke Bumi sepenuhnya gelap, sehingga enggak terlihat sama sekali. Sehingga, langit jadi paling gelap sepanjang bulan.
Kondisi ini sangat ideal untuk:
- Melihat gugus bintang
- Mengamati galaksi-galaksi redup
- Foto langit dalam mode astrofotografi long-exposure
- Mengamati benda-benda langit yang biasanya tertutup cahaya Bulan
Kalau kamu suka foto langit atau lagi belajar astrofotografi, tanggal ini adalah “kesempatan emas” buat kamu.
5. 21 Desember: Solstis Desember

Pada tanggal 21 Desember 2025, terjadi fenomena astronomi penting yaitu solstis Desember, di mana Matahari berada di titik paling selatan di langit. Fenomena ini menandai:
- Hari pertama musim dingin di belahan bumi utara
- Hari pertama musim panas di belahan bumi selatan
Menurut Almanac, solstis 2025 terjadi pada pukul 15:03 GMT. Artinya:
- Di belahan bumi utara, ini adalah hari paling pendek
- Di belahan bumi selatan, ini adalah hari paling panjang
Buat kita yang tinggal di Indonesia, dampaknya enggak ekstrem, tapi kamu mungkin akan merasa waktu siang sedikit lebih panjang dari biasanya.
6. 21-22 Desember: Hujan Meteor Ursid

Fenomena langit terakhir di bulan ini adalah Hujan Meteor Ursid, yang memuncak pada 21-22 Desember 2025. Memang jumlahnya enggak sebanyak Geminid, rata-rata hanya 5-10 meteor per jam, tapi tetap menarik buat dinikmati.
Hujan Meteor Ursid memiliki beberapa keunggulan:
- Terjadi hanya dua hari setelah New Moon, sehingga langit masih gelap
- Radiant-nya berada di rasi bintang Ursa Minor
- Di belahan bumi utara, titik radiant enggak pernah tenggelam di bawah horizon
- Bisa diamati sepanjang malam
Karena Indonesia enggak berada di lintang utara yang tinggi, intensitasnya memang enggak seterang di Eropa atau Amerika Utara. Tapi kamu tetap bisa menikmati beberapa meteor di langit malam yang minim polusi cahaya.
Apakah Fenomena-Fenomena Ini Punya Efek ke Bumi atau Manusia?

Banyak orang penasaran, terutama soal supermoon, apakah supermoon punya efek signifikan bagi manusia?
Menurut penjelasan dari EarthSky, jawabannya enggak!
Supermoon memang menyebabkan perubahan sedikit pada gravitasi Bulan, karena gravitasi memang lebih kuat saat Bulan berada di perigee. Tapi besar perubahan itu sangat kecil dan enggak punya dampak nyata buat manusia.
Beberapa poin penting dari EarthSky:
- Supermoon memang membuat pasang laut sedikit lebih tinggi dari biasanya
- Tapi gravitasi tambahan pada tubuh manusia sangat kecil, sekitar 73-110 miligram perbedaan, setara dengan 1/9 berat paperclip
- Efek itu terlalu kecil untuk terasa atau memengaruhi aktivitas manusia
Jadi, kalau ada yang bilang supermoon bikin orang lebih emosional, gelisah, atau terjadi hal-hal aneh, itu lebih ke mitos atau sugesti, bukan efek fisik dari Bulan.
Untuk fenomena lain seperti solstis, hujan meteor, atau elongasi planet, semuanya enggak punya dampak negatif ke kehidupan sehari-hari. Fenomena langit ini hanya memberi kesempatan buat kita menikmati keindahan alam semesta.
Baca juga: Cara Menikmati Hidup di Usia 20-an Agar Tidak Menyesal di Masa Depan
Jadi, jangan lupa tandai tanggal-tanggal penting ini. Siapkan lokasi yang gelap, kamera, atau cukup duduk santai sambil menikmati langit malam. Alam semesta sedang menunjukkan banyak hal indah, dan kamu tinggal meluangkan waktu buat melihatnya.
—
Suka dengan informasi ter-update dan enggak mau ketinggalan? Jangan lupa join Girls Beyond Circle!
Cover: Freepik
Comments
(0 comments)