gagal menampilkan data

Article

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya

Written by Adila Putri Anisya

Beberapa tahun terakhir, dunia kerja dipenuhi istilah baru yang menggambarkan pola pikir karyawan, mulai dari job hopping, quiet quitting, sampai bare minimum Monday. Kini, ada lagi tren istilah baru, namanya job hugging. 

Fenomena ini banyak terjadi di kalangan pekerja muda, termasuk Gen Z. Alih-alih berpindah kerja demi gaji atau pengalaman baru, mereka justru memilih bertahan di posisi yang ada, bahkan ketika merasa enggak puas. 

Pertanyaannya, kenapa tren ini muncul, dan apa dampaknya bagi masa depan karier maupun perusahaan?

Baca juga: Apa itu Job Hopping? Fenomena Keseringan Pindah Kerja, Kenali Pro-Kontranya! 

Apa Itu Job Hugging?

Apa Itu Job Hugging?
Sumber foto: Pexels

Kalau job hopping berarti sering berpindah pekerjaan, job hugging adalah kebalikannya. Istilah ini merujuk pada kondisi ketika seseorang bertahan di pekerjaannya meski enggak bahagia atau merasa kurang berkembang. Mereka “memeluk” pekerjaan itu bukan karena cinta, melainkan karena takut dengan ketidakpastian di luar sana.

Rebecca Houghton, pakar manajemen menengah sekaligus pendiri BoldHR, menjelaskan kepada News.com.au bahwa “pekerja enggak ‘memeluk’ pekerjaan mereka karena suka, melainkan karena alternatifnya tampak lebih buruk.” 

Faktor seperti kecemasan ekonomi, ketidakpastian pasar kerja, hingga kekhawatiran soal AI menjadi pemicu utamanya.

Dengan kata lain, job hugging adalah bentuk rasa aman semu. Di satu sisi, stabilitas memberi kenyamanan, tapi di sisi lain bisa menahan seseorang dari peluang yang sebenarnya lebih baik.

Kenapa Gen Z Banyak Terjebak Job Hugging?

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Generasi Z sering dipandang berani mengambil risiko, terbuka dengan perubahan, dan enggak segan pindah kerja jika merasa enggak cocok. Namun, kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian membuat banyak dari mereka berpikir dua kali.

Data dari ResumeBuilder (2025) menunjukkan hampir 46% pekerja di Amerika termasuk kategori job huggers, dan sebagian besar (95%) menyebut kekhawatiran terhadap pasar kerja sebagai alasan utama. 

Sementara di Australia, tingkat mobilitas kerja turun hingga 7,7% menurut Australian Bureau of Statistics, angka terendah dalam dua tahun terakhir.

Faktor yang memengaruhi Gen Z antara lain:

  • Khawatir kehilangan stabilitas finansial. Dengan biaya hidup terus naik, gaji tetap terasa lebih aman dibanding risiko mencari peluang baru.
  • Ketidakpastian akibat teknologi. Banyak pekerjaan terancam otomatisasi, sehingga wajar bila pekerja muda merasa takut melangkah.
  • Pengalaman pandemi. Setelah melihat PHK massal dan restrukturisasi, rasa aman menjadi prioritas dibanding mengejar ambisi.

Bedanya Job Hugging dengan Tren Lain

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Sebelum ini, kita mengenal quiet quitting (kerja secukupnya tanpa ekstra effort) atau acting your wage (bekerja sesuai bayaran). Tren itu muncul sebagai bentuk protes terhadap beban kerja yang dianggap enggak adil.

Namun, job hugging berbeda. Ia bukan protes, melainkan bentuk mundur perlahan. Seperti kata Houghton, job hugging bukanlah ekspresi melawan, tapi pilihan untuk “bersembunyi” di balik stabilitas, meskipun artinya menahan diri dari pertumbuhan.

Baca juga: Quiet Quitting Jadi Tren, Ketahui Manfaat dan Kekurangannya! 

Dampak Job Hugging bagi Karyawan

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Dari sisi karyawan, job hugging bisa memberi dua wajah yang berbeda, yaitu:

Dampak positifnya:

  • Memberi rasa aman secara finansial.
  • Memungkinkan fokus pada hal lain di luar pekerjaan, misalnya keluarga atau passion.
  • Bisa jadi strategi sementara untuk bertahan di pasar kerja yang sulit.

Namun, dampak negatifnya lebih serius:

  • Rentan stagnasi karier karena minim tantangan.
  • Motivasi dan semangat kerja menurun.
  • Berisiko memicu burnout atau bahkan masalah kesehatan mental.

Psikolog klinis Dr. Kaitlin Harkess menegaskan, “Pekerjaan yang enggak sesuai bisa mengikis kepercayaan diri dan motivasi. Semakin lama kita bertahan karena takut, semakin terjebak rasanya.” (News.com.au).

Dampak Job Hugging bagi Perusahaan

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Bagi perusahaan, job hugging tampak menguntungkan karena angka turnover rendah. Namun, kenyataannya enggak sesederhana itu.

Rich Lewis-Jones, VP APAC SmartRecruiters, mengingatkan bahwa karyawan yang bertahan tanpa benar-benar terlibat justru menurunkan produktivitas dan inovasi. “Jika pekerja tetap tinggal tapi enggak terlibat, bisnis akan merugi,” katanya.

Hal serupa disampaikan oleh Kevin Fitzgerald dari Employment Hero, yang menilai hugging job ini bisa menghambat pengembangan talenta muda. Perusahaan mungkin memiliki karyawan yang setia di atas kertas, tetapi kualitas kerja dan semangat tim justru merosot.

Bagaimana Membedakan Job Hugging yang Sehat dan Enggak?

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Enggak semua job hugging buruk. Menurut Forbes, ada saatnya bertahan di pekerjaan justru jadi langkah cerdas, misalnya ketika industri sedang goyah, atau ketika pekerjaan saat ini memberi akses pada keterampilan baru yang berguna di masa depan.

Namun, perilaku ini bisa jadi jebakan jika alasan utamanya hanya ketakutan. Beberapa tanda bahwa kamu mungkin terjebak:

  • Merasa bosan, frustrasi, atau mudah marah setiap kali bekerja.
  • Sering mengalami gejala stres seperti sulit tidur, sakit kepala, atau lelah berlebihan.
  • Mulai menjauh dari rekan kerja dan kehilangan semangat kolaborasi.
  • Sering berkata pada diri sendiri, “Aku mau keluar… tapi enggak bisa.”

Jika tanda-tanda ini muncul, kemungkinan besar kamu bukan bertahan karena strategi, melainkan karena rasa takut.

Baca juga: 5 Kebiasaan Gen Z yang Bisa Menghambat Kesuksesan Karier di Kantor, yang Terakhir Suka Enggak Sadar 

Apa yang Bisa Dilakukan Karyawan?

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Bagi pekerja muda, terutama Gen Z, kuncinya ada pada kesadaran diri. Beberapa langkah yang bisa dicoba:

  • Evaluasi alasan bertahan. Apakah kamu tetap di pekerjaan karena ingin stabil sambil belajar, atau semata-mata takut perubahan?
  • Bangun rencana jangka panjang. Meskipun enggak pindah kerja sekarang, kamu bisa mempersiapkan diri dengan skill baru atau portofolio.
  • Cari makna di luar pekerjaan. Jika pekerjaan terasa stagnan, isi hidupmu dengan hal-hal yang membuatmu berkembang, seperti kursus, komunitas, atau proyek pribadi.
  • Siapkan Plan B. Seperti kata pakar keuangan Jesse Wideman (CPA Practice Advisor), punya dana darurat atau opsi lain akan memberi rasa aman saat harus mengambil keputusan besar.

Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?

Fenomena Job Hugging: Saat Gen Z Terjebak Nyaman di Karier yang Bukan Mimpinya
Sumber foto: Pexels

Pemimpin perusahaan juga punya peran penting. Retensi saja enggak cukup, mereka perlu memastikan karyawan betah karena benar-benar merasa berkembang. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

  • Memberikan jalur karier yang jelas.
  • Menawarkan pelatihan dan kesempatan belajar.
  • Menciptakan lingkungan kerja yang aman secara psikologis.
  • Menghargai karyawan bukan hanya karena mereka bertahan, tetapi juga karena kontribusi nyata yang mereka berikan.

Seperti kata Houghton, “Pemimpin yang cerdas enggak menunggu eksodus terjadi. Mereka membangun tempat kerja yang orang pilih untuk tetap berada di dalamnya, bukan karena belum menemukan jalan keluar.”

Baca juga: Benarkah Gen Z Dianggap Mudah Resign? Ini Alasannya! 

Pilihan untuk bertahan atau pindah kerja pada akhirnya sangat personal. Yang terpenting adalah memastikan keputusan itu lahir dari kesadaran dan tujuan, bukan semata-mata rasa takut. 

Jadi, yuk sadari apakah kamu bertahan karena rasa “takut” atau karena pekerjaan sekarang membuat kamu terus berkembang?

—-

Gabung discord Girls Beyond Circle dan cari tahu istilah dunia kerja lainnya.

Cover: Pexels

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond