gagal menampilkan data

Article

Fase Luteal: Siklus Menstruasi yang Bikin Mood Naik-Turun, Apa yang Terjadi?

Written by Diva Anggraini Dunggio

Menstruasi adalah fase “berdarah” yang normal terjadi pada tubuh perempuan. Fase ini merupakan fase pubertas yang dialami oleh perempuan mulai dari usia 11-14 tahun dan terus terjadi setiap bulan. Meskipun begitu, nyatanya tubuh perempuan melalui 4 siklus menstruasi berbeda selama 28 hari. Salah satu siklusnya yang terjadi pada perempuan adalah fase luteal.

Menurut Institute of Medical Psychology, Universitas Heidelberg, fase luteal adalah hari-hari yang terjadi setelah fase ovulasi. Fase ini berlangsung setelah fase ovulasi sampai dengan hari sebelum menstruasi tiba.

Fase ini, of course, memberikan “pengalaman” yang harus kita lalui setiap bulan. Kira-kira apa, sih, yang terjadi pada tubuh kita ketika melalui fase ini?

Baca juga: Pentingkah Obat Penambah Darah Dikonsumsi saat Menstruasi?

4 Hal yang Terjadi pada Tubuh Saat Fase Luteal

Sumber: Freepik

Jurnalis kesehatan, dr. Laura Dowert, seorang Ph.D dari UC San Diego menyebutkan bahwa, at least, ada 4 hal yang terjadi pada tubuh perempuan selama fase luteal, di antaranya:

1. “Aktivasi” Hormon Progesteron

Sumber: Unsplash

Dari fase folikuler ke fase ovulasi, ada sebuah pelepasan sel telur yang menjadi massa atau sekumpulan sel sementara. Namanya adalah korpus luteum. Ketika fase luteal tiba, kumpulan sel itu akan mengaktifkan hormon progesteron yang perannya krusial banget untuk tubuh.

Hormon progesteron akan menyiapkan tubuh perempuan untuk menyambut kehamilan atau kalau kamu, sebagai perempuan, ingin memasang KB implan. Selama berada di fase ini, hormon progesteron akan menebalkan dinding rahimmu untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.

Namun, kalau kehamilan itu enggak terjadi, kadar hormon progesteron akan menurun seiring hilangnya korpus luteum. Kemudian, menstruasi akan datang pada siklus berikutnya.

2. Perubahan Hormon

Sumber: Kauvery Hospital

Sebelum memasuki fase luteal, ada tiga hormon yang secara aktif mendorong dinding rahim dan sel telur untuk siap dibuahi oleh sel sperma, yaitu:

  • Hormon estrogen
  • Hormon follitropin atau hormon perangsang folikel
  • Luteinizing Hormone atau hormon LH

Setelah melewati fase ovulasi, kadar ketiga hormon ini akan menurun bersama kadar hormon progesteron yang meningkat. Kalau sel telur berhasil dibuahi, kadar hormon ini akan meningkat. Tapi, kalau enggak ada pembuahan pada sel telur, kadar hormon progesteron akan menurun sebelum masa menstruasi dimulai.

Baca juga: Darah Menstruasi Menggumpal? Ini Dia Penjelasan dan Cara Mengatasinya!

3. Penebalan Lapisan Endomentrium

Sumber: Freepik

Peningkatan kadar hormon progesteron akan memicu penebalan pada lapisan endometrium. Lapisan ini adalah bagian dari rahim untuk menerima pembuahan sel telur apabila hal itu terjadi.

Ketika adanya penebalan lapisan endometrium selama fase luteal, lapisan ini bisa menebal dari 1 sampai dengan 18 milimeter. Kalau pembuahan itu enggak terjadi, jaringan atau lapisan yang enggak diperlukan tubuh bisa “luntur” bersama penumpukan pembuluh. Kondisi inilah yang dinamakan menstruasi.

4. Perubahan pada Lendir Serviks

Sumber: Midwife360

Lendir serviks alias cervical mucus adalah cairan yang dikeluarkan oleh serviks atau leher rahim. Cairan ini keluar dalam jumlah dan kekentalan yang dapat berubah mengikuti hormon sepanjang siklus menstruasi.

Selama fase ovulasi, lendir serviks memiliki tekstur yang licin. Namun ketika memasuki fase luteal, cairan ini akan berkurang dan cenderung mengering selama fase menstruasi. Perubahan tekstur pada lendir serviks ini berkaitan dengan perubahan hormon estrogen ke hormon progesteron pada fase luteal.

Gejala pada Fase Luteal

Sumber: Freepik

Ketika keempat hal di atas terjadi pada tubuh selama fase luteal datang, tentunya kamu juga ikut merasakan gejala-gejala yang timbul. Gejala tersebut meliputi:

1. Gejala Fisik

Sumber: Unsplash

Perubahan yang terjadi di dalam tubuh selama fase luteal tentunya “memancing” gejala-gejala untuk dirasakan oleh tubuh seorang perempuan. Gejala ini termasuk gejala yang dapat kamu lihat dengan mata telanjang, seperti datangnya jerawat dalam jumlah banyak alias breakout.

Karena fase luteal ini termasuk premenstrual syndrome atau PMS, artinya kamu akan mungkin banget merasakan gejala-gejala fisik lainnya. Misalnya, tubuh dan ototmu yang mulai sakit. Kamu pasti pernah, dong, merasa bahwa tubuhmu tiba-tiba sakit atau pegal-pegal 1-2 minggu sebelum menstruasimu datang.

2. Gejala Emosi

Sumber: Unsplash

“Gejala emosi” sounds scary, kan? Meskipun begitu, perubahan di dalam tubuh selama fase luteal juga bisa menyerang emosimu, lho. Pernah enggak, sih, kamu merasa bahwa mood-mu itu naik dan turun seolah-olah kamu sedang naik roller-coaster?

Gejala-gejala yang menyerang emosi ke-trigger oleh perubahan di dalam tubuh, seperti perubahan hormon. Saat fase luteal atau PMS datang, kamu akan merasakan mood swings, yang “dikit-dikit happy, dikit-dikit badmood”. Selain itu, kamu juga mudah terpancing oleh sesuatu dan merasa tersinggung sama sesuatu yang mungkin sebetulnya harmless.

Baca juga: Sering Disamakan, Ini Bedanya PMS dan Haid

Gimana? Sekarang kamu sudah bisa bayangin, kan, apa yang terjadi pada tubuhmu ketika fase luteal muncul? Fase ini memang enggak gampang, girls. Namun bukan berarti kamu enggak bisa handle-nya. Kamu bisa mulai tidur yang cukup, meminimalisir konsumsi kafein, dan rajin olahraga supaya tubuh dan emosimu kamu bisa menghadapi fase luteal.

Cari tahu informasi lebih banyak tentang kesehatan fisikmu dengan gabung ke Girls Beyond Circle di sini. Yuk saling tukar informasi biar kita makin sehat!

Halo, aku Diva Anggraini Dunggio, yang selalu mood swing setiap PMS tiba. Kita connect di LinkedIn, yuk?

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond