gagal menampilkan data

Article

Kekerasan Bisa Tidak Terlihat, Pahami Emotional Abuse dan Jenisnya

Written by Zefanya Pardede

Jika berada di dekat pasangan, anggota keluarga, atau teman membuat kamu merasa takut, bingung, meragukan diri, dan tidak seperti dirimu sendiri, kamu mungkin sedang mengalami emotional abuse.

Emotional abuse adalah kekerasan yang menargetkan emosi dan pikiran seseorang. Berbeda dari jenis kekerasan yang biasa ada dipikiran orang, emotional abuse merupakan kekerasan tak kasat mata karena bisa saja dilakukan tanpa kekerasan fisik, verbal, dan tidak secara terang-terangan.

Emotional abuse sangat umum ditemukan. Akan tetapi, sebagian besar korban emotional abuse tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami kekerasan.

Oleh karena itu, yuk, pahami arti emotional abuse dan jenis-jenisnya!

Baca juga: Tips untuk Meninggalkan Toxic Relationship, Jangan Mau Terjebak Terus!

Mengenal Emotional Abuse

Secara umum, sebuah hubungan dianggap mengandung emotional abuse ketika ada pola-pola tertentu yang mampu menumbuhkan intimidasi, seperti sikap, gaya bicara, dan pemilihan kata-kata tertentu.

Emotional abuse juga dapat disertai dengan jenis kekerasan lainnya, seperti kekerasan seksual, kekerasan finansial, atau kekerasan fisik. Namun, emotional abuse tidak harus disertai hal-hal tersebut untuk dianggap sebagai sebuah kekerasan.

Dampak emotional abuse bisa terasa sama buruknya dengan kekerasan fisik, dan mampu memengaruhi kesehatan mental seseorang. Biasanya, emotional abuse dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan dan mempertahankan kekuasaan atas seseorang.

Baca juga: Begini Cara Supaya Quality Time Makin Bermakna!

Jenis-jenis Emotional Abuse

Ada banyak jenis emotional abuse di luar sana. Berikut adalah beberapa jenis emotional abuse yang paling umum dan terjadi di mana-mana.

Gaslighting

Pernah dengar istilah ‘gaslighting’? Menurut kamus Merriam-Webster, gaslighting adalah upaya untuk membuat seseorang percaya bahwa dia aneh, gila, atau salah, seperti dengan cara membuat orang tersebut mengalami serangkaian pengalaman yang tidak memiliki penjelasan rasional. 

Dalam emotional abuse, gaslighting membuat kamu bertanya hal-hal seperti, “Apa aku yang salah? Apa aku aneh karena berpikir atau merasa seperti ini?”

Misalnya, kamu disakiti oleh temanmu dan berusaha menjelaskan kepada teman tersebut alasan kenapa kamu merasa tersakiti. Namun, temanmu mengatakan bahwa kamu terlalu “baperan” dan bahwa mereka tidak pernah mengatakan atau melakukan apa pun yang telah menyakitimu.

Kamu pun terpengaruh dan berpikir bahwa kamu telah salah mengartikan perkataan teman atau mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Padahal, perkataan atau perlakuan temanmu salah dan telah menyakitimu. Jika ini terjadi terus-menerus, bisa jadi kamu sedang berada dalam sebuah siklus emotional abuse.

Baca juga: Physical Touch Penting dalam Semua Hubungan, Ini Alasannya

Guilt-tripping

Guilt-tripping adalah ketika orang sengaja membuatmu merasa bersalah atas kesalahan yang mereka perbuat atau ketika orang membuatmu merasa bersalah untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Dalam emotional abuse, guilt-tripping sangat efektif untuk mengontrol korban emotional abuse. Ketika korban merasa bersalah atas “penderitaan” pelaku, kemungkinan besar korban akan melakukan apa pun untuk membantu.

Jenis emotional abuse ini muncul dalam hubungan-hubungan yang dekat dan personal, seperti hubungan romantis, keluarga, dan persahabatan. Dengan kata lain, guilt-tripping dapat muncul dalam hubungan apa pun di mana seseorang sangat peduli dengan orang lain. Rasa peduli ini yang dijadikan alat.

Baca juga: Takut Ditinggal Pacar, Mungkin Kamu Punya Abandonment Issues

Candaan yang Menyakitkan

Terkadang kita akan membuat candaan yang tidak sengaja menyakiti orang lain. Kita tidak sadar bahwa perkataan kita menyakitkan. Sebagian orang akan meminta maaf ketika mereka menyadari kesalahan.

Dalam konteks emotional abuse, candaan seperti ini terjadi terus-menerus. Pelaku emotional abuse juga biasa sadar bahwa perkataan dan candaannya justru menyakitkan, tetapi tidak peduli karena mereka sengaja membuat korban sedih.

Jenis emotional abuse ini adalah metode yang paling mudah untuk menjatuhkan orang lain, terutama bila candaan dibuat tentang identitas, kepribadian, bentuk tubuh, kemampuan, disabilitas, seksualitas, latar belakang seseorang, dan lainnya.

Baca juga: Sebelum Memulai Hubungan, Simak 3 Ciri-ciri Pasangan yang Baik Ini!

Silent Treatment

Silent treatment merupakan taktik emotional abuse yang sering digunakan, terutama oleh orang tua kepada anak dan oleh pasangan romantis. Silent treatment merupakan emotional abuse yang pasif-agresif dan dilakukan dengan cara sengaja tidak berbicara pada korban dalam waktu yang lama dan menarik diri dari interaksi apa pun.

Emotional abuse ini bisa terasa seperti siksaan psikologis yang parah. Contohnya, pasanganmu menunjukkan silent treatment kepadamu. Kamu dan pasanganmu mungkin berada di ruangan yang sama, tetapi pasanganmu akan beraktivitas seolah-olah kamu tidak ada dalam ruangan tersebut. Setiap perkataan yang kamu keluarkan tidak akan didengar. Kamu dianggap tidak terlihat. 

Dampak emotional abuse ini bisa membuat korban emotional abuse akan merasa tertolak dan tidak berdaya. Perlakuan ini membuat korban rentan, sehingga manipulasi dan jenis kekerasan lain bisa dilakukan oleh pelaku setelah silent treatment.

Baca juga: Kurangi Stres, Ini 4 Cara Mengatasi Overthinking pada Remaja

Cara Menghadapi Emotional Abuse

Emotional abuse sangat penting untuk didiskusikan. Jika kamu merasa bahwa kamu korban emotional abuse dan merasakan dampak emotional abuse, di bawah ini adalah sejumlah tips untuk menghadapi emotional abuse.

Prioritaskan Diri Sendiri

Dalam hal kesehatan mental dan fisik akibat dampak emotional abuse, jadikan dirimu prioritas. Berhentilah khawatir tentang menyenangkan orang yang melakukan emotional abuse terhadapmu. Kebutuhan mereka bukanlah tanggung jawabmu.

Ketika kamu terus-terusan mementingkan pelaku emotional abuse, kamu akan kembali terjebak dalam siklus emotional abuse dan manipulasi. Mulailah untuk mempedulikan kebahagiaan dan kesehatan dirimu untuk menghadapi emotional abuse.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Self Love Sulit Diterapkan Perempuan

Tetapkan Batas

Katakan secara tegas kepada orang yang melakukan emotional abuse kepadamu bahwa mereka tidak boleh lagi menghina, membentak, dan bersikap kasar kepadamu. Jelaskan contoh-contoh kejadian di mana mereka telah melakukan emotional abuse. Tetapkan batas atau boundaries tertentu terkait perilaku dan perkataan yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Contohnya, kamu memiliki pasangan yang sering membuat candaan menyakitkan tentang dirimu. Katakan pada pasanganmu bahwa jika mereka membuat candaan yang serupa di masa depan, kamu akan memberhentikan percakapan dan meninggalkan ruangan. Pertahankan batas-batas yang kamu buat agar tidak terjebak emotional abuse.

Baca juga: 5 Ciri-ciri Pasangan yang Harus Diperjuangkan Biar Hubunganmu Sehat

Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri

Kalau kamu sudah berada dalam hubungan yang penuh emotional abuse selama beberapa waktu, kamu mungkin percaya bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirimu. Kamu mungkin berpikir bahwa kamu masalahnya atau kamu terlalu dramatis.

Ketika ini terjadi, sadarlah bahwa pikiran tersebut merupakan hasil dari emotional abuse. Kamu telah termanipulasi oleh pelaku, sehingga kamu berpikir bahwa ini semua karena dirimu. Berhentilah menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yang tidak kamu perbuat.

Baca juga: Red Flag dalam Hubungan? Kenali 5 Ciri-cirinya

Cari Bantuan Profesional

Mencari bantuan profesional adalah cara terbaik untuk memulihkan diri dari dampak emotional abuse. Tidak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapat arahan dan terapi yang kamu butuhkan untuk menghadapi emotional abuse. Cek di sini untuk mencari layanan kesehatan mental yang terjangkau.

Itulah beberapa hal mengenai emotional abuse yang perlu kamu ketahui.

Butuh orang untuk diajak bicara? Bergabung ke Girls Beyond Circle untuk mencari teman curhat!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond