Karakter dan Stereotip Anak Bungsu Menurut Penelitian, Apa Benar Anak yang Manja?
Stereotip anak bungsu seringkali dikaitkan dengan anggapan bahwa mereka lebih dimanjakan dibandingkan dengan saudara-saudaranya.
Mereka sering disebut sebagai anak kesayangan yang mendapatkan perhatian dan keistimewaan lebih dari orang tua.
Stereotip ini sepertinya sudah sangat melekat pada anak terakhir. Di sisi lain, anak pertama dianggap sebagai sosok yang harus bertanggung jawab dan menjadi pemimpin bagi adik-adiknya.
Meskipun asal-usul stereotip ini tidak diketahui dengan pasti, hal tersebut telah menjadi bagian dari kebudayaan yang melekat di antara setiap anak.
Namun, karakter setiap anak memang bisa dipengaruhi oleh urutan kelahiran mereka. Hal ini pernah dibahas oleh psikoterapis Austria, Alfred Adler, melalui Medical News Today, yang menyatakan bahwa “Teori urutan kelahiran menyatakan bahwa urutan kelahiran anak memengaruhi kepribadian mereka.”
Lantas, benarkan anak bungsu itu manja? Kalau kamu penasaran dengan karakter anak bungsu yang sebenarnya, simak detailnya berikut!
Baca juga: 6 Karakter Anak Pertama Berdasarkan Penelitian, Paling Terakhir Mengagetkan!
Kebanyakan Ekstrovert dan Mudah Bersosialisasi
Stereotip anak bungsu cenderung memiliki sifat ekstrovert, mereka seringkali mencari cara untuk menonjol dibandingkan dengan saudara-saudaranya, yang membuat mereka terlihat unik.
Ekstrovert dikenal dengan kepribadian yang mudah bergaul dan cepat dalam membangun hubungan dengan orang baru, karena mereka mendapatkan energinya dari interaksi sosial.
Mereka juga senang bersenang-senang dan berusaha menonjolkan keunikan mereka, yang sering kali membuat perhatian orang tua tertuju kepada mereka.
Di sisi lain, anak bungsu juga memiliki keinginan untuk bersaing dengan saudara-saudaranya, yang membuat mereka tampak ambisius dalam upaya untuk menyaingi kakaknya.
Berkat sifat ekstrovert dan keunikannya, anak bungsu juga memiliki kecerdasan dalam bersosialisasi dan sense of humor yang memperkuat posisi mereka di lingkungan keluarga.
Mahir Memengaruhi Orang Lain Agar Melakukan Sesuatu untuk Mereka
Mengenai stereotip bahwa anak bungsu adalah “anak kesayangan”, hal ini mungkin mempengaruhi cara mereka mempersuasi orang lain.
Menurut Adler, salah satu karakter anak terakhir adalah mahir dalam membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mereka.
Hal ini dipengaruhi karena mereka biasanya mendapatkan perhatian lebih dari orang tua. Ketika anak bungsu menginginkan sesuatu, mereka akan melakukan cara yang unik agar orang tua dapat mengabulkannya.
Selain itu, anak bungsu juga dikenal lebih mudah bersosialisasi karena mereka tumbuh dengan saudara-saudara yang lebih tua. Hal tersebut membuatnya lebih terampil dalam berkomunikasi untuk menunjang “keinginannya” tersebut.
Lebih Dekat dengan Orang Tua
Mungkin kamu pernah mendengar bahwa ada orang tua yang merasa kesepian di rumah karena anak-anak mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing di luar.
Kondisi ini seringkali mendorong mereka untuk menginginkan kehadiran anak lagi sebagai teman untuk menemani mereka.
Hal tersebut dapat mempengaruhi anak bungsu, yang membuat stereotip anak bungsu lebih dekat dengan orang tua.
Ketika saudara-saudaranya sibuk dengan aktivitas di luar rumah, anak bungsu mungkin lebih sering menghabiskan waktu di rumah, yang mempererat hubungan mereka dengan orang tua.
Selain itu, ketika kakak-kakaknya menikah dan tidak lagi tinggal serumah, anak bungsu mungkin merasa tanggung jawab untuk dapat mendampingi orang tua mereka di rumah.
Baca juga: Susah Dekat dengan Ibu, Kenali Mommy Issues dan Tanda-tandanya pada Perempuan
Percaya Diri, Kreatif, dan Baik dalam Memecahkan Masalah
Stereotip anak bungsu yang “manja” mungkin akan terpatahkan dengan karakter positif mereka yang percaya diri, kreatif, dan baik dalam memecahkan masalah.
Anak bungsu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan cenderung berpikir positif dalam menghadapi berbagai situasi.
Ini mungkin karena mereka mendapatkan perhatian lebih saat masih kecil, yang membuat mereka lebih percaya diri bahkan ketika mencari jalan keluar dari setiap permasalahan.
Selain itu, saat masih kecil, mereka terbiasa bermain sendiri ketika saudaranya sibuk dengan urusan lain. Hal ini memicu mereka melakukan aktivitas sendirian, seperti menggambar, bermain puzzle, dan lain sebagainya, yang kemudian aktivitas ini dapat mengembangkan kreativitas mereka.
Memiliki Pola Pikir Wirausaha
Menurut Very Well Mind, penelitian yang dilakukan oleh University of Birmingham dan University of Reading menemukan bahwa anak bungsu dalam keluarga yang non-wiraswasta memiliki 50% kemungkinan untuk mengambil risiko dalam berbisnis.
Stereotip anak bungsu ini didasarkan pada analisis karakteristik lebih dari 17,000 anak yang lahir pada tahun 1970, yang kemudian disurvei kembali pada usia 38 tahun. Menarik, bukan?
Ketika anak bungsu memiliki pola pikir wirausaha, mereka cenderung melihat berbagai kesempatan untuk berbisnis, yang memungkinkan mereka lebih baik dalam mencari uang di bisnis dibandingkan saudara-saudaranya sebelumnya.
Namun, ini bukan berarti saudara lainnya tidak baik dalam mencari uang atau bisnis. Sifat kreatif dan kemampuan sosialisasinya dapat memengaruhi orang lain dapat membuat mereka sukses jika berbisnis.
Sosok yang Manja dan Merasa Tidak Mudah Dikalahkan
Stereotip anak bungsu cenderung manja ternyata dapat dikatakan benar. Menurut Healthline, para psikolog meyakini bahwa orang tua seringkali memanjakan anak bungsu mereka.
Hal ini dapat berdampak pada kemampuan anak bungsu untuk mandiri karena mereka merasa akan dibantu oleh kakak-kakaknya dalam berbagai hal, sehingga tidak terlalu terampil dalam mengurus diri sendiri.
Salah satu sifat ini bisa dibilang negatif karena anak bungsu akan berpikir bahwa diri mereka tidak mudah terkalahkan karena tidak ada yang akan membiarkan mereka gagal.
Pemikiran ini terkadang membuat mereka tidak takut mengambil risiko atau melakukan tindakan yang berpotensi membahayakan.
Ini disebabkan oleh keyakinan bahwa mereka akan selalu mendapat dukungan dan perlindungan dari keluarga mereka.
Itulah beberapa karakter anak bungsu menurut para peneliti. Namun, jangan jadikan semua stereotip anak bungsu seperti yang disebutkan di atas sebagai patokan. Semua ini tergantung pada lingkungan dan pola asuh anak, yang mungkin berhubungan erat dengan karakter mereka.
Suka dengan pembahasan seputar karakter seseorang? Yuk, diskusi dengan komunitas Girls Beyond Circle sekarang!
Sumber foto: Pexels
Comments
(0 comments)