Afirmasi Positif Ternyata Bisa Berbahaya, Ini Alasannya!
Penggunaan afirmasi positif atau pernyataan positif kepada diri sendiri (self-talk) telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir.
Banyak orang percaya bahwa dengan mengulang-ulang pernyataan positif, mereka dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan yang lebih besar.
Namun di sisi lain, penelitian juga menunjukkan bahwa afirmasi diri positif sebenarnya dapat berbahaya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebelum membahas mengenai pernyataan tersebut, yuk kita bahas definisi dari afirmasi positif!
Baca juga: 9 Cara Manifestasi yang Tepat Agar Impian Segera Terwujud!
Pengertian Afirmasi Positif
Menurut Positive Psychology, afirmasi positif adalah ungkapan atau pernyataan yang digunakan untuk menantang pikiran negatif.
Dalam praktiknya, kita hanya perlu memilih sebuah frasa dan mengulanginya pada diri sendiri. Contohnya:
- “Saya mempercayai diri saya dan kemampuan saya untuk mencapai tujuan saya.”
- “Saya bersyukur atas keberuntungan dan kesempatan yang ada dalam hidup saya.”
- “Saya memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.”
Tujuan dari hal ini adalah untuk memotivasi dan meningkatkan kepercayaan diri. Biasanya, afirmasi diri digunakan ketika seseorang sedang berpikiran negatif, khawatir, atau merasa tidak percaya diri.
Salah satu teori yang membahas tentang pernyataan positif ini adalah teori self-affirmation (Steele, 1988).
Teori ini menyebutkan bahwa kita dapat mempertahankan integritas diri dengan mengatakan hal-hal positif yang kita yakini. Ini merupakan bentuk perlindungan diri dari ancaman dengan menjaga integritas diri.
Baca juga: Viral Tentang Manifesting di Medsos, Memang Apa Artinya?
Penelitian Ilmu Saraf Mengenai Afirmasi Positif
Konsep afirmasi positif telah menarik perhatian ilmu saraf. Mereka melakukan penelitian untuk mengetahui apakah afirmasi diri positif dapat mengubah aktivitas otak seseorang.
Penelitian ini dibuktikan melalui penggunaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang menunjukkan bahwa jalur saraf tertentu meningkat ketika seseorang melakukan afirmasi positif (Cascio et al., 2016).
Aktivitas ini mengaktifkan korteks prefrontal ventromedial yang terlibat dalam penilaian positif dan pemrosesan informasi terkait diri sendiri (Falk et al., 2015; Cascio et al., 2016).
Menurut hasil studi tersebut, Falk menyatakan bahwa saat melakukan afirmasi diri, seseorang cenderung memandang informasi yang sebaliknya mengecam sebagai informasi yang lebih relevan dan berharga. Ini membawa beberapa manfaat karena berkaitan dengan cara kita memproses informasi tentang diri sendiri.
Baca juga: 6 Karakter Anak Pertama Berdasarkan Penelitian, Paling Terakhir Mengagetkan!
Bagaimana Cara Afirmasi Positif?
Cara menerapkan afirmasi positif sangatlah mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun.
Pertama-tama, kamu perlu mengidentifikasi pikiran negatif yang mungkin ada dalam dirimu. Apakah kamu sering merasa tidak cukup baik atau meragukan kemampuanmu?
Nah, jika itu masalahnya, mulailah menggantinya dengan afirmasi diri positif. Misalnya, jika kamu merasa tidak cukup baik, katakan pada dirimu sendiri dengan kata-kata positif, seperti:
“Aku adalah orang yang berharga dan memiliki banyak potensi.”
Dengan mengulangi afirmasi ini, pikiran bawah sadarmu diharapkan dapat mempercayainya dan membantumu mengatasi pikiran negatif tersebut.
Selain itu, bisa juga dengan membuat afirmasi positif yang lebih spesifik. Misalnya, jika kamu ingin lebih percaya diri saat berbicara di depan umum, buat afirmasi seperti:
“Aku merasa percaya diri dan tenang saat berbicara di depan orang banyak.”
Praktik ini, dapat dilakukan kapan pun, baik saat bangun tidur, sebelum tidur, atau bahkan di tengah-tengah hari ketika kamu membutuhkan dorongan motivasi.
Semakin sering kamu mengulangi afirmasi tersebut, semakin kuat pikiran bawah sadarmu akan mempercayainya dan membantu mewujudkannya dalam kehidupan nyata.
Baca juga: Tebarkan Kebahagiaan! Ini 7 Cara Menciptakan Positive Vibes Dalam Diri
Mengapa Afirmasi Positif Bisa Berbahaya?
Setiap orang yang menerapkan afirmasi positif menunjukkan hasil yang beragam. Ada yang benar-benar berhasil, namun ada juga yang tidak merasakan efek apa pun.
Orang yang berhasil menerapkannya akan merasa lebih termotivasi, percaya diri, dan bersyukur.
Sementara itu, mereka yang tidak merasakan efek positif mungkin mengalami penurunan suasana hati dan harga diri, terutama pada individu dengan harga diri rendah.
Salah satu contoh afirmasi yang mungkin menyebabkan seseorang “gagal” dalam berafirmasi positif adalah terkait penampilan. Misalnya, pernyataan “Aku memiliki tubuh yang bagus dan ideal” bisa menyebabkan frustasi jika kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat.
Penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang diberi tahu manfaat afirmasi positif, misalnya oleh psikolog atau ahli kesehatan mental tanpa adanya peringatan, mereka cenderung menyalahkan, yang pada akhirnya dapat memperburuk kesehatan mental mereka.
Dikutip dari Confidence Coaching, penelitian psikologi juga menunjukkan bahwa afirmasi positif mungkin bermanfaat bagi orang-orang tertentu jika mereka sudah memiliki harga diri yang tinggi dan yakin pada diri sendiri, tetapi bisa menjadi bumerang bagi mereka yang paling membutuhkannya. Mengapa demikian? Jika kamu memiliki harga diri yang tinggi, penerapan afirmasi akan memperkuat apa yang kamu ketahui sebagai kebenaran tentang diri sendiri.
Sementara itu, jika kamu memiliki harga diri yang rendah, merasa cemas, depresi, atau tidak yakin pada diri sendiri, pernyataan-pernyataan ini bisa menyebabkan pergulatan batin, yang pada akhirnya merugikan kesehatan mental kamu.
Dalam kasus ini, afirmasi positif alam bawah sadar kamu mungkin belum terbiasa dengan pernyataan positif, sehingga keyakinan negatif tetap lebih kuat.
Banyak dari kamu mungkin merasa denial dan tidak percaya ketika menerima pujian, seperti “Kamu cantik sekali hari ini.” Alih-alih mengucapkan terima kasih, kamu mungkin menolaknya dan merasa malu, berpikir bahwa ucapan tersebut hanyalah basa-basi.
Ketika pikiran bawah sadar kamu dikuasai oleh hal-hal negatif, kata-kata pujian hanya bertahan sebentar sebelum pikiran negatif kembali muncul.
Baca juga: Hindari Mengabaikan 4 Contoh Insting Ini, Tetap Waspada!
Bagaimana Solusinya?
Setelah membaca kemungkinan afirmasi diri positif dapat berbahaya bagi sebagian orang, mungkin kamu bertanya, bagaimana solusinya agar afirmasi ini justru tidak berbahaya bagi kita? Apabila afirmasi diri positif tidak berfungsi terhadapmu, maka bisa melakukan cara-cara berikut:
Bersifat Netral
Langkah pertama adalah mengubahnya menjadi sikap netral sebelum beralih ke sikap yang positif.
Sebagai contoh, alih-alih mengatakan, “Besok saya akan mendapatkan kebahagiaan, kabar baik, dan alam semesta selalu berpihak kepada saya,” kamu dapat mencoba berafirmasi secara netral, seperti: “Ada kalanya hari-hari buruk pada diri saya, tetapi ada juga hari baik yang akan menanti dan saya bersyukur bahwa hari ini saya baik-baik saja.”
Bertanya dengan Alam Bawah Sadar
Penyebab afirmasi positif gagal adalah penolakan dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk mempertanyakan alam bawah sadar kamu sendiri.
Pertanyaan memiliki kekuatan yang besar karena mampu menyelidiki jawaban yang mendasarinya. Daripada menerapkan self-talk deklaratif dengan sifat positif atau negatif, lebih baik menggunakan self-talk interogatif, contohnya, “Mengapa hari ini begitu menyenangkan?”
Bagi alam bawah sadar, jenis self-talk ini tidak akan menguras energi melainkan justru membantu menyadarkan akan realitas yang ada.
Itulah alasan mengapa afirmasi positif bisa berbahaya dan solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Suka dengan pembahasan-pembahasan seperti ini? Dapatkan lebih banyak info menarik di Girls Beyond Circle!
Baca juga: Viral di Medsos! Ini Arti Tone Deaf dan Contohnya, Apakah Kamu Termasuk?
Sumber foto: Pexels
Comments
(0 comments)