‘Brain Rot’ Jadi 'Word Of The Year', Ungkap Medsos Perusak Mental & Intelektual
Pernah dengar istilah ‘brain rot’? Ternyata, kata ini baru saja dinobatkan sebagai ‘Word of The Year’ versi Oxford University Press, loh!
Dipilih melalui survei yang melibatkan lebih dari 37 ribu orang, istilah ini menggambarkan kondisi mental yang dialami banyak orang di era sekarang.
Tapi, kenapa ya “brain rot” bisa sampai terpilih? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Baca juga: Sering Lupa dan Bingung? Kenali 9 Tanda Brain Fog yang Sering Tak Disadari
Brain Rot Itu Apa?
Brain rot (pembusukan otak) mengacu pada penurunan kondisi mental atau intelektual seseorang akibat terlalu banyak mengonsumsi konten yang dianggap rendah kualitasnya, terutama yang ada di media sosial.
Meski brain rot bukanlah sebuah diagnosis klinis, para ahli medis sepakat bahwa itu adalah masalah.
Istilah ini semakin populer di kalangan Gen Z dan Gen Alpha pada 2024 dengan peningkatan 230%, diiringi dengan meningkatnya kekhawatiran tentang dampak dari konsumsi konten berkualitas rendah di dunia maya.
Awalnya ditemukan pada tahun 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreau. Saat itu, brain rot digunakan sebagai kritikan kepada masyarakat yang lebih memilih ide sederhana (meski mudah dimengerti) daripada ide-ide kompleks yang bisa ditafsirkan dengan berbagai cara.
Psikolog dan Profesor Universitas Oxford Andrew Przybylski mengatakan popularitas kata tersebut merupakan “gejala dari masa yang sedang kita jalani”. Ungkapnya melalui BBC.
Jadi, bisa dibilang, brain rot adalah sebutan humor sekaligus kritik terhadap budaya konsumsi konten digital yang berlebihan.
Istilah ‘brain rot’ bahkan mengalahkan istilah yang sedang tren lainnya seperti lore, romantasy, slop, hingga demure.
Baca juga: Kenali Penyebab Doom Spending yang Bikin Gen Z Disebut “Miskin”
Penyebab Brain Rot yang Memengaruhi Kondisi Mental dan Intelektual
Berdasarkan Newport Institute, penyebab utama dari brain rot adalah penggunaan teknologi yang berlebihan.
Misalnya, menonton video berjam-jam di YouTube, scrolling media sosial tanpa henti, atau berpindah-pindah antar tab browser.
Ditambah lagi dengan kegiatan lain seperti browsing internet, mengirim pesan, dan mengecek email secara bersamaan.
Semua ini membuat otak terstimulasi berlebihan, yang pada akhirnya berisiko menyebabkan brain rot.
Saat kita scroll media sosial, otak melepaskan dopamin yang memberikan rasa puas dan senang. Semakin sering kita melakukannya, semakin kita ingin melakukannya lagi.
Otak kita mulai mengaitkan scrolling dengan rasa kepuasan, meskipun kita sadar akan dampak negatifnya. Hal ini dapat menyebabkan kecanduan perilaku.
Contoh Pemicu Brain Rot di Kehidupan Sehari-hari
Perilaku brain rot dapat terlihat dalam berbagai bentuk, seperti:
- Bermain video game: Meskipun bermain game bisa dilakukan dengan seimbang, beberapa orang menjadi kecanduan. Mereka terlalu terhanyut dalam dunia game, karakter fantasi, dan cerita rumit, sehingga kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari.
- Zombie scrolling: Ini adalah kebiasaan scrolling layar ponsel tanpa tujuan atau manfaat. Saat zombie scrolling, kita hanya melihat feed media sosial dengan kosong tanpa ada tujuan jelas.
- Doom scrolling: Doom scrolling adalah kebiasaan mencari informasi negatif dan berita buruk. Orang yang melakukannya merasa perlu selalu tahu informasi terbaru, meski itu membuat cemas atau terganggu.
- Kecanduan media sosial: Kecanduan media sosial ditandai dengan dorongan kuat untuk terus memeriksa platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Pengguna merasa gelisah jika tidak bisa mengecek media sosial, dan notifikasi yang terus muncul bisa membuat mereka “terhipnotis.”
Baca juga: Terbiasa Nonton Tiktok, Begini Cara Meningkatkan Attention Span
Apa Dampak Brain Rot dalam Kehidupan Sehari-hari?
Dikutip dari Everyday Health, Laurie Ann Manwell, seorang psikolog di Kanada mengatakan bahwa dampak brain rot serupa dengan apa yang terjadi pada orang tua yang mengalami gangguan kognitif.
Menurutnya, beberapa gejala atau dampak dari brain rot adalah:
- Kesulitan dalam berkonsentrasi
- Mudah bingung atau merasa tidak fokus
- Sulit membuat dan mengingat ingatan baru, terutama yang baru terjadi
- Masalah dalam merawat diri sendiri secara fisik
- Perubahan dalam kepribadian dan cara berinteraksi dengan orang lain
- Perubahan suasana hati, kemampuan berpikir, dan pengambilan keputusan
Cara Mengurangi Dampak Brain Rot
Meskipun brain rot bukanlah diagnosis medis yang sah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampaknya.
Berikut beberapa tips yang bisa membantu:
1. Ubah Kebiasaan Digital
Mengubah kebiasaan menggunakan media digital/sosial bisa meningkatkan kesejahteraan mentalmu.
Cobalah memberi waktu istirahat dari gadget, membatasi penggunaan aplikasi yang tidak sehat, atau menetapkan waktu tertentu untuk menggunakan perangkat.
Ada aplikasi yang bisa membantu melacak waktu penggunaan layar dan memberikan digital detox, seperti Forest, Cleverest, hingga AppDetox.
2. Rencanakan Rutinitas Harian
Buat rutinitas yang terstruktur dengan keseimbangan antara pekerjaan, relaksasi, dan hobi. Ini membantu memprioritaskan tugas-tugas penting dan memberikan stimulasi mental yang diperlukan.
Selain itu, memiliki tujuan jangka pendek dan panjang akan membantu menjaga motivasi dan mengurangi godaan untuk melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan pembusukan otak.
3. Olahraga Secara Teratur
Lakukan olahraga secara teratur selama 20–30 menit setiap hari. Olahraga seperti berjalan, berlari, bersepeda, atau berenang dapat meningkatkan aliran darah ke otak.
Cobalah juga berbagai jenis olahraga juga seperti yoga, tari, atau olahraga tim untuk menjaga semangat.
4. Lakukan Aktivitas yang Merangsang Otak
Bacalah lebih banyak buku, ambil kelas, atau belajar keterampilan baru. Cobalah aktivitas yang merangsang otak, seperti teka-teki silang, Sudoku, atau permainan otak yang membutuhkan pemecahan masalah.
Aktivitas ini tidak hanya melatih otak tetapi juga dapat menjadi kegiatan menyenangkan yang membantu kamu beralih dari pekerjaan ke waktu santai.
Baca juga: Gak Cuma Tidur, Ini 7 Jenis Istirahat Agar Hidup Lebih Berkualitas!
Gabung Girls Beyond Circle untuk dapatkan lebih banyak informasi up to date lainnya.
Cover: Pexels