Cara Buat & Contoh Brief Dummy Project Social Media Marketing
Social media marketing kini jadi profesi yang banyak dicari, terutama dengan semakin tingginya kebutuhan bisnis untuk hadir di dunia digital.
Nah, posisi ini banyak dilirik oleh berbagai kalangan, terutama Gen Z, yang memang sangat akrab dengan dunia online.
Tapi, bagaimana caranya bisa bersaing di antara banyaknya pelamar? Salah satunya adalah dengan punya portofolio yang menarik!
Kalau kamu belum punya pengalaman, tak usah khawatir, kamu bisa coba membuat dummy project dulu.
Penasaran gimana cara buatnya? Yuk, simak artikel ini!
Baca juga: Mau Buat Fake Project untuk Portofolio Kerja? Pakai 9 Website Ini!
Apa itu Dummy Project?
Dummy project adalah proyek simulasi atau fiktif yang dibuat untuk tujuan tertentu guna memperlihatkan keterampilan seseorang.
Proyek ini tidak benar-benar nyata sehingga seringkali menggunakan fake clients.
Dummy project bermanfaat bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja namun belum memiliki portofolio kerja.
Sebagai contoh, jika kamu ingin menjadi social media marketer, kamu bisa membuat dummy project berupa kampanye media sosial untuk brand imajiner.
Dengan begitu, kamu bisa menunjukkan kemampuanmu dalam membuat konten, merancang strategi, dan menganalisis hasil kampanye.
Apa Saja Isi Dummy Project Social Media Marketing?
Dummy project dalam social media marketing adalah simulasi strategi yang dirancang untuk menunjukkan kemampuan dan pemahaman seseorang dalam mengelola media sosial.
Proyek ini biasanya dibuat untuk portofolio atau latihan. Berikut adalah elemen-elemen yang seharusnya ada dalam dummy project social media marketing:
1. Penentuan Tujuan (Goal Setting)
Langkah pertama adalah menentukan apa yang ingin dicapai melalui strategi media sosial. Beberapa contoh tujuan yang bisa dimasukkan:
- Meningkatkan Kesadaran Merek (Brand Awareness): Misalnya, memperkenalkan produk baru atau memperluas jangkauan merek.
- Menghasilkan Lalu Lintas Website (Website Traffic): Membawa lebih banyak pengunjung ke situs web melalui media sosial.
- Meningkatkan Penjualan (Sales Growth): Mengarahkan audiens untuk membeli produk melalui promosi media sosial.
- Keterlibatan Pelanggan (Customer Engagement): Membangun hubungan dengan audiens melalui komentar, pesan, atau survei.
- Membangun Otoritas Merek (Authority Building): Menjadi pemimpin pemikiran di industri tertentu dengan konten informatif dan inspiratif.
Pastikan tujuan yang ditetapkan bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound) agar mudah dipantau dan dievaluasi.
2. Pemilihan Platform yang Tepat (Choosing the Right Platforms)
Setiap platform media sosial memiliki kelebihan dan audiens yang berbeda. Jelaskan platform mana yang kamu pilih dan alasannya:
- Facebook: Cocok untuk bisnis yang ingin menjangkau berbagai usia dan komunitas.
- Instagram: Ideal untuk konten visual seperti foto produk atau tutorial singkat.
- X (sebelumnya Twitter): Tepat untuk berita terkini, percakapan langsung, atau tren viral.
- LinkedIn: Fokus pada jaringan profesional dan bisnis B2B.
- TikTok: Untuk konten video pendek dan kreatif, terutama untuk audiens muda.
- YouTube: Menjangkau audiens dengan konten video berdurasi panjang, seperti ulasan atau tutorial.
Tunjukkan bagaimana pilihan platform ini relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
3. Pemahaman Audiens (Audience Research)
Memahami audiens adalah langkah krusial dalam dummy project. Kamu perlu menggambarkan:
- Demografi: Usia, jenis kelamin, lokasi, pekerjaan, atau tingkat pendidikan.
- Minat dan Kebiasaan: Hobi, nilai-nilai yang mereka junjung, atau jenis konten yang mereka konsumsi.
- Platform Favorit: Apakah mereka lebih sering menggunakan Instagram, TikTok, atau LinkedIn?
- Masalah yang Dipecahkan: Apa kebutuhan atau masalah utama yang bisa dijawab oleh produk atau layanan yang kamu promosikan?
Penelitian ini bisa diilustrasikan melalui persona pembeli, yaitu karakter fiktif yang mewakili audiens idealmu.
4. Strategi Konten (Content Strategy)
Setelah memahami tujuan dan audiens, saatnya menyusun strategi konten:
- Jenis Konten: Pilih format seperti gambar, video, artikel, infografis, atau polling.
- Pesan Utama: Tentukan tema dan pesan yang ingin disampaikan di setiap platform.
- Nada dan Gaya (Brand Voice): Gunakan nada santai, formal, atau ramah sesuai dengan citra merek.
- Engagement Tools: Sertakan fitur seperti kuis, giveaway, atau hashtag kampanye.
- Hashtag: Teliti hashtag yang relevan untuk meningkatkan visibilitas konten.
- Penggunaan Visual: Investasikan pada gambar atau video berkualitas tinggi yang menarik perhatian.
Sertakan rencana pengelolaan user-generated content (konten yang dibuat oleh audiens) untuk membangun interaksi.
5. Rencana Posting (Posting Schedule)
Buat kalender konten yang memuat:
- Frekuensi Posting: Berapa kali posting per minggu di setiap platform.
- Waktu Terbaik Posting: Jam-jam ketika audiens paling aktif, berdasarkan riset.
- Tema Harian atau Mingguan: Misalnya, “Motivasi Senin” atau “Promo Jumat.”
Kalender ini akan membantu menjaga konsistensi konten dan meningkatkan keterlibatan.
6. Anggaran dan Alokasi Sumber Daya (Budget and Resource Allocation)
Meski ini dummy project, anggarkan sumber daya seolah-olah proyek ini nyata:
- Konten Berbayar: Seperti iklan Facebook atau promosi Instagram.
- Tim: Apakah diperlukan desainer grafis, copywriter, atau manajer media sosial.
- Alat Pendukung: Software seperti Canva untuk desain atau Hootsuite untuk manajemen konten.
- Pelatihan: Sertakan program pelatihan untuk tim agar mereka memahami alat dan tren terkini.
Tentukan bagaimana anggaran tersebut akan dialokasikan agar efisien.
7. Analisis dan Pemantauan (Monitoring and Analysis)
Untuk dummy project, sebenarnya monitoring dan analysis tidak perlu dicantumkan karena bukan proyek nyata. Namun jika ada, bisa digunakan.
Dalam poin ini, strategi yang baik harus memiliki metrik untuk mengevaluasi keberhasilan. Beberapa indikator yang bisa dimasukkan:
- Engagement Rate: Jumlah like, komentar, dan share pada setiap posting.
- Follower Growth: Perkembangan jumlah pengikut selama kampanye.
- Click-Through Rate (CTR): Seberapa banyak audiens mengklik link yang dibagikan.
- ROI (Return on Investment): Hasil dari investasi dalam kampanye berbayar.
- Feedback Audiens: Komentar atau pesan dari pengguna yang memberi insight baru.
Gunakan alat analitik seperti Google Analytics atau alat bawaan platform media sosial untuk memantau hasil.
8. Adaptasi dan Perbaikan (Adapt and Improve)
Media sosial adalah dunia yang terus berubah. Dalam dummy project, jelaskan bagaimana kamu akan:
- Menyesuaikan Tren Baru: Mengadopsi format baru seperti Instagram Reels atau fitur TikTok.
- Mencoba A/B Testing: Membandingkan dua strategi untuk melihat mana yang lebih efektif.
- Menerima Feedback: Menggunakan masukan dari audiens untuk memperbaiki strategi.
Pastikan strategi tetap relevan dan terus diperbarui berdasarkan data yang dikumpulkan.
Baca juga: Cara Buat Fake Project Digital Marketing dan Situsnya untuk Portofolio
Contoh Project Outline Social Media Marketing
Berikut adalah contoh project outline yang bisa kamu buat dalam bentuk PDF:
Judul Project
Strategi Social Media Marketing untuk Brand XYZ
Periode: Januari 2025 – Maret 2025
Pendahuluan
Penjelasan singkat mengenai tujuan proyek ini, misalnya:
“Meningkatkan kesadaran merek dan engagement audiens untuk Brand XYZ melalui strategi social media marketing di platform Instagram dan TikTok.”
1. Tujuan Proyek
- Meningkatkan brand awareness sebesar 25% dalam 3 bulan.
- Menambah jumlah pengikut Instagram dan TikTok sebesar 10.000 dalam 3 bulan.
- Meningkatkan engagement rate hingga 8% per postingan.
- Menghasilkan traffic ke website sebesar 5.000 klik per bulan.
2. Target Audiens
Persona Audiens:
- Usia: 25-35 tahun
- Lokasi: Urban area
- Minat: Fashion, lifestyle, dan tren terkini
- Platform Favorit: Instagram & TikTok
3. Platform dan Alat yang Digunakan
Platform Media Sosial:
- Instagram (post feed, stories, reels)
- TikTok (short video trends)
Alat Pendukung:
- Canva: Untuk desain visual.
- Hootsuite: Untuk penjadwalan konten.
- Google Analytics: Untuk memantau traffic dari media sosial ke website.
4. Strategi Konten
Jenis Konten:
- Instagram: Foto produk, video tutorial, dan testimoni pelanggan.
- TikTok: Tren viral, behind-the-scenes, dan tips singkat.
Tema Mingguan:
- Minggu 1: Pengenalan produk.
- Minggu 2: Testimoni pelanggan.
- Minggu 3: Promo dan giveaway.
- Minggu 4: Edukasi & hiburan terkait brand.
Hashtag Campaign:
- #DiscoverXYZ
- #GlowWithXYZ
- Call-to-Action (CTA):
“Klik link di bio untuk diskon spesial!”
“Tonton tutorial lengkap di Instagram Reels kami!”
5. Kalender Konten
- 3 Januari: Instagram – Foto produk. Konten bertemakan “Launching produk baru XYZ.”
- 5 Januari: TikTok – Video tren. Konten challenge untuk mengajak audiens ikut berpartisipasi.
- 7 Januari: Instagram – Testimoni pelanggan. Menghadirkan cerita pelanggan yang puas menggunakan produk XYZ.
- 10 Januari: TikTok – Behind-the-scenes. Membagikan cuplikan proses pembuatan produk untuk menciptakan keterhubungan dengan audiens.
- Minggu selanjutnya: Pengulangan strategi dengan fokus pada engagement menggunakan giveaway dan edukasi.
6. Anggaran
- Iklan Instagram: Rp5.000.000 untuk promosi selama 3 bulan, menyasar audiens utama.
- Iklan TikTok: Rp3.000.000 untuk kampanye challenge viral.
- Produksi Konten: Rp2.500.000 untuk kebutuhan foto, video, dan editing berkualitas.
- Alat Pendukung (Canva Pro): Rp500.000 untuk biaya langganan selama 3 bulan.
7. Indikator Keberhasilan (Key Performance Indicators – KPI)
- Instagram Followers: Bertambah 10.000 pengikut baru.
- TikTok Followers: Bertambah 5.000 pengikut baru.
- Engagement Rate: Meningkat hingga 8% di setiap platform.
- Traffic ke Website: Minimal 5.000 klik per bulan.
8. Evaluasi dan Pemantauan
Tools Evaluasi:
- Instagram Insights & TikTok Analytics.
- Google Analytics untuk traffic website.
Laporan Bulanan:
Menyediakan laporan performa konten berdasarkan data selama 3 bulan.
Feedback:
Menggunakan survei audiens untuk mengetahui apa yang perlu diperbaiki.
Baca juga: Ikuti Cara Membuat Portofolio Tanpa Pengalaman Ini Agar Diterima Kerja!
Dummy project ini dapat disusun melalui alat desain seperti Canva, yang memungkinkan pembuatan dokumen profesional dalam format PDF.
Dengan menggunakan Canva atau platform desain serupa, project outline bisa disajikan dengan tampilan yang menarik dan mudah dipahami, serta bisa langsung digunakan untuk melamar kerja.
—
Gabung Girls Beyond Circle untuk dapatkan info seputar dummy project lainnya!
Cover: Pexels