gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

34% Gen Z Mengaku Pernah ‘Career Catfishing’, Kamu Salah Satunya?

Written by Adila Putri Anisya

Pernah dengar istilah career catfishing? Fenomena ini muncul saat seseorang mendapatkan pekerjaan, tapi memilih tidak hadir di hari pertama kerja. 

Tentu saja, hal ini jadi masalah besar bagi perusahaan yang sudah memberikan kesempatan. Terlebih, banyak kasus ini melibatkan Gen Z

Lantas, apa sih sebenarnya career catfishing itu dan bagaimana dampaknya? Yuk, simak penjelasannya!

Baca juga: Perusahaan Banyak Pecat Gen Z di 2024, Ini Beberapa Alasannya

Apa itu Career Catfishing?

career catfishing adalah
Sumber foto: Pexels

Istilah “catfishing” awalnya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain di dating apps. Mereka yang melakukan catfishing akan menipu orang lain dengan identitas palsu. 

Nah, di dunia kerja, “career catfishing” punya arti yang agak berbeda. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang menerima tawaran pekerjaan, tetapi justru tidak muncul pada hari pertama kerja.

Mirip dengan perusahaan yang menipu dengan lowongan kerja palsu, dalam kasus career catfishing, orang yang melakukan hal ini justru berbohong kepada rekruter tentang diri mereka. 

Menurut survei dari CV Genius yang melibatkan 1.000 karyawan di Inggris dari berbagai generasi, sekitar 34% dari Gen Z mengaku pernah terlibat dalam career catfishing. 

Tapi ternyata, bukan hanya Gen Z yang melakukannya, 24% milenial juga mengaku pernah melakukan hal serupa setelah mendapatkan pekerjaan.

Mengapa Gen Z Melakukan Career Catfishing?

Mengapa Gen Z Melakukan Career Catfishing?
Sumber foto: Pexels

Career catfishing menjadi tren yang semakin meningkat, terutama di kalangan pencari kerja dari Gen Z dan milenial.

Lalu, apa sih yang mendorong mereka melakukan ini? Berdasarkan berbagai sumber, berikut beberapa alasan yang sering muncul:

1. Bentuk Protes 

Bagi sebagian pekerja Gen Z, career catfishing dianggap sebagai bentuk protes terhadap lingkungan kerja yang terlalu kaku, deskripsi pekerjaan yang tidak jelas, dan kondisi kerja yang tidak memuaskan. 

Mereka merasa frustasi dengan ketidakjelasan yang ada, sehingga memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaan yang sudah diterima.

2. Menantang Norma Tradisional di Tempat Kerja

Beberapa pencari kerja melihat career catfishing sebagai cara untuk melawan proses perekrutan yang dianggap tidak adil, seperti deskripsi pekerjaan yang ambigu dan feedback yang terlambat. Mereka ingin perubahan dalam cara perusahaan melakukan rekrutmen.

3. Imposter Syndrome dan Rasa Tidak Aman

Rasa imposter syndrome atau perasaan tidak pantas di posisi tersebut, serta rasa cemas akan ketidakamanan pekerjaan, bisa menjadi dorongan untuk melakukan career catfishing. 

Beberapa pelamar merasa terpaksa untuk melebih-lebihkan kemampuan mereka agar sesuai dengan harapan perusahaan.

4. Untuk Seru-seruan 

Menurut Fortune, yang mengejutkan, sekitar 21% dari Gen Z dan milenial muda yang terlibat dalam career catfishing mengaku melakukannya sebagai bagian dari tantangan atau dare.

Ini menunjukkan bahwa terkadang tindakan ini juga dilakukan karena pengaruh lingkungan sosial atau hanya sekadar untuk seru-seruan.

5. Banyak Tawaran Pekerjaan

Di zaman sekarang, banyak pencari kerja yang menerima beberapa tawaran pekerjaan sekaligus. 

Mereka dapat membandingkan pengalaman perekrutan yang mereka terima dari berbagai perusahaan, dan memilih berdasarkan transparansi, kejelasan, serta perlakuan yang baik selama proses rekrutmen. 

Jika ada yang dirasa kurang sesuai dengan harapan, mereka bisa saja memilih untuk tidak melanjutkan tanpa memberi kabar lebih lanjut.

Baca juga: Bedanya Gen Z dan Milenial saat Bekerja, Kamu Setuju?

Apa Dampak Career Catfishing?

Apa Dampak Career Catfishing?
Sumber foto: Pexels

Fenomena career catfishing ini memberikan dampak cukup besar, baik bagi perusahaan maupun para pencari kerja. 

Menurut Psychologs, berikut adalah beberapa dampak yang bisa terjadi:

1. Bagi Kandidat

Tindakan career catfishing dapat merusak reputasi kamu di mata perusahaan. Hal ini bisa menghambat jaringan profesional yang sudah kamu bangun dan membatasi peluang di masa depan. 

Jika dilakukan berulang kali, kemungkinan kamu akan kesulitan untuk mendapatkan kesempatan kerja di perusahaan yang sama atau di industri yang serupa, terutama di sektor yang saling terhubung.

Selain itu, menghindari konfrontasi dengan tidak muncul di tempat kerja juga berarti kamu melewatkan feedback, yang sebenarnya bisa membantu kamu berkembang. 

Alhasil, kamu bisa kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan berharga yang akan berguna di masa depan.

2. Bagi Rekruter dan Perusahaan

Ketika seorang karyawan tidak muncul tanpa pemberitahuan, hal ini bisa mengganggu jalannya operasional perusahaan. 

Perusahaan harus segera mencari pengganti untuk posisi yang kosong agar kegiatan tetap berjalan lancar tanpa gangguan berarti.

Dampaknya juga pada biaya rekrutmen yang meningkat. Sumber daya yang telah dikeluarkan untuk proses perekrutan dan orientasi karyawan yang tidak muncul jadi sia-sia, dan perusahaan harus memulai proses ini dari awal lagi.

Selain itu, tindakan ghosting atau menghilang begitu saja ini bisa merusak kepercayaan perusahaan terhadap calon karyawan di masa depan. 

Perusahaan menjadi lebih berhati-hati, yang bisa berujung pada proses perekrutan yang lebih ketat dan mungkin tidak adil bagi para pelamar yang datang setelahnya.

Baca juga: 43% Gen Z Alami Money Dysmorphia, Cek Penyebab & Tanda-tandanya!Selain career catfishing, mau tahu apa lagi tentang istilah-istilah baru di dunia kerja? Yuk, gabung Girls Beyond Circle sekarang!