
Jangan Oversharing! 7 Hal Ini Sebaiknya Tidak Diberitahu ke Orang Lain
Pernah enggak sih kamu merasa senang banget saat bisa cerita ke orang lain tentang hidupmu? Apalagi kalau mereka bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Rasanya jadi lebih ringan, kan?
Tapi, hati-hati, terlalu banyak berbagi informasi pribadi, atau yang sering disebut oversharing, bisa berisiko. Apalagi kalau berbagi cerita itu enggak cuma dalam obrolan biasa, tapi juga lewat media sosial.
Kamu pernah kepikiran enggak, hal-hal apa saja sih yang sebenarnya enggak perlu dibagikan ke orang lain? Untuk tahu jawabannya, simak sampai habis, ya!
Baca juga: 6 Aplikasi AI untuk Curhat yang Bisa Jadi Teman Ngobrol 24/7
Topik Pembicaraan yang Tidak Boleh Diketahui Orang Lain
Berikut beberapa hal yang sebaiknya disimpan sendiri dan tidak diumbar ke orang lain, termasuk:
1. Keuangan Pribadi
Jangan pernah oversharing tentang keuangan pribadimu! Seperti penghasilan, utang, atau investasi yang sedang kamu lakukan.
Mungkin beberapa orang merasa enggak masalah, terutama ke orang terdekat kita seperti orang tua atau saudara.
Tapi jika ke teman atau orang yang enggak bisa dipercaya, hal ini bisa memicu rasa iri, cemburu, bahkan manipulasi. Ada juga kemungkinan orang berubah sikap setelah tahu kondisi keuanganmu.
Lebih baik, simpan informasi ini untuk dirimu sendiri. Kalau memang butuh saran, konsultasikan langsung dengan ahli keuangan, bukan curhat sembarangan, apalagi ke orang yang baru kenal.
2. Rencana Masa Depanmu
Menjaga rencana masa depan untuk diri sendiri bisa lebih menguntungkan. Ketika kamu terlalu cepat membagikan tujuan, otakmu bisa merasa seperti sudah mencapainya, yang justru menurunkan motivasi. Simpan dulu rencanamu dan biarkan tindakanmu yang berbicara, bukan kata-kata.
Demikian pula, yang dikutip dari studi di Reed College, para peneliti mencoba mengukur dampak pujian tertentu terhadap motivasi kita.
Mereka menugaskan 111 mahasiswa, bahwa pujian yang fokus pada usaha atau strategi lebih efektif dalam menjaga motivasi, terutama setelah kegagalan. Jadi, lebih baik minta orang lain memuji prosesmu, bukan rencanamu.
3. Masalah Hubungan Pribadi
Setiap hubungan pasti punya masa sulit. Namun, menceritakan masalah pasangan ke orang lain sering kali malah memperburuk keadaan.
Masukan dari luar bisa membuat masalah makin rumit, apalagi kalau yang memberi saran tidak benar-benar paham situasinya.
Lebih baik, selesaikan masalah secara langsung dengan pasangan agar kepercayaan tetap terjaga.
Seperti kata Psychology Today, hubungan kamu adalah masalah pribadi antara kamu dan pasangan. Berbagi detail intim dengan teman dapat melanggar privasi tersebut, berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan atau kebencian dari pasangan kamu jika mereka mengetahuinya.
4. Kesalahan di Masa Lalu
Semua orang pernah melakukan kesalahan, tapi bukan berarti semua orang perlu tahu soal itu.
Mengungkapkan kesalahan masa lalu bisa membuat orang lain menghakimimu dan mungkin menjudge-mu, meskipun kamu sudah belajar dari pengalaman tersebut.
Namun, kamu boleh membagikan kisah kesalahanmu di masa lalu, tapi hanya jika benar-benar diperlukan, misalnya untuk membantu orang lain agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
5. Perbuatan Baik
Poin ini cukup pro-kontra, sebenarnya boleh saja kamu memposting perbuatan baik dengan temanmu atau bahkan di media sosial, ini mungkin akan memotivasi audiens-mu untuk melakukan hal yang sama.
Tetapi tapi jika terlalu sering diceritakan atau diposting, bisa terkesan seperti mencari pengakuan.
Kebaikan yang dilakukan tanpa perlu diumbar justru terasa lebih tulus dan bermakna. Biarkan tindakanmu berbicara sendiri tanpa perlu mencari validasi dari orang lain.
6. Perselisihan Pribadi
Berselisih paham dengan teman atau keluarga itu wajar, tapi membagikannya ke orang lain justru bisa memperkeruh suasana.
Orang lain mungkin akan mengingat keluhanmu lebih lama dibandingkan dirimu sendiri, yang akhirnya bisa merusak citra orang yang kamu ceritakan.
Coba bayangkan kamu selalu didatangi oleh orang yang mengeluh terus menerus ke kamu tanpa tahu cerita lain yang lebih menarik darinya, akan sangat membosankan bukan?
Jadi, jaga masalah perselisihan kamu tetap pribadi dan diskusikan langsung dengan orang yang terlibat. Jika perlu, datangi orang yang tepat atau ahli yang bisa kamu ajak konsultasi.
7. Ketakutan dan Insecure
Semua orang punya ketakutan dan rasa insecure, tapi membagikannya ke orang yang salah bisa membuatmu rentan dimanfaatkan.
Ada saja orang yang mungkin menggunakan kelemahanmu untuk kepentingan mereka sendiri, tentu ini akan merugikan diri kamu sendiri, ‘kan?
Kalau memang perlu bercerita, pastikan orang tersebut benar-benar bisa dipercaya, seperti sahabat dekat atau terapis.
Baca juga: Arti Humble Bragging, Contoh, dan Cara Menyikapinya!
Cara Stop Oversharing
Ketika kamu sadar sudah oversharing, inilah beberapa hal yang bisa membantu kamu untuk berhenti menurut Science of People:
1. Lebih Banyak Bertanya
Salah satu trik jitu buat mengurangi oversharing adalah dengan bertanya! Biar enggak cuma kamu yang ngomong, cobalah kasih ruang buat orang lain bercerita.
Misalnya, saat kamu mulai merasa bakal monolog, langsung melemparkan pertanyaan sederhana seperti, “Kamu lagi sibuk apa belakangan ini?”
Selain mengalihkan fokus dari kamu, ini juga bikin percakapan jadi lebih seru dan dua arah.
Tapi ingat, hindari nanya hal-hal yang terlalu pribadi ya, apalagi kalau belum dekat. Mulailah dari topik ringan seperti pekerjaan, hobi, atau tempat liburan favorit mereka.
2. Tahan Diri Sebelum Bicara
Cobalah ambil jeda sejenak sebelum kamu mulai bicara. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah yang mau aku bagikan ini relevan atau bermanfaat buat orang ini?” Kalau enggak, lebih baik simpan aja.
Kalau kamu bingung menjawab sebuah pertanyaan, enggak perlu langsung menjawab dengan asal ngomong.
Cukup bilang, “Wah, pertanyaan bagus, boleh aku mikir dulu sebentar?” Dengan begitu, kamu punya waktu buat menyusun jawaban yang tepat tanpa terdengar mengada-ada.
3. Tunda Tekan Tombol “Kirim”
Oversharing enggak cuma terjadi saat ngobrol langsung, tapi juga saat chat atau posting di media sosial.
Sebelum mengirim pesan atau postingan, coba diamkan dulu selama sejam, telaah ulang dengan pikiran yang lebih jernih.
Bisa juga minta pendapat teman terdekat, apakah isi pesan itu sudah oke atau terlalu berlebihan.
4. Temukan Pemicu Oversharing
Cari tahu kapan kamu paling sering oversharing. Apakah saat gugup, saat ketemu orang baru, atau mungkin saat suasana hati lagi enggak stabil?
Dengan mengenali pemicunya, kamu jadi bisa lebih siap untuk mengontrol diri saat berada di situasi serupa.
Misalnya, kalau kamu cenderung oversharing saat gugup, coba alihkan fokus dengan mendengarkan lebih banyak daripada bicara. Ini akan membantu kamu tetap terhubung tanpa harus membagikan hal-hal yang enggak perlu.
5. Ubah Arah Percakapan
Kalau obrolan mulai mengarah ke topik yang bikin kamu enggak nyaman, geser topiknya dengan hal yang lebih ringan. Bisa pakai humor atau ajukan pertanyaan baru. Misalnya, saat ditanya hal sensitif seperti, “Gaji kamu berapa sekarang?” Kamu bisa jawab santai, “Cukup buat beli kopi tiap pagi, kok,” sambil tersenyum.
Cara ini enggak cuma menyelamatkan kamu dari oversharing, tapi juga menjaga suasana obrolan tetap ringan dan menyenangkan.
6. Tentukan Batas Informasi yang Mau Dibagikan
Ingat, kamu enggak wajib membagikan semua detail kehidupanmu ke semua orang. Misalnya, kalau kamu sedang sakit, cukup beri tahu atasan bahwa kamu butuh izin atau waktu fleksibel tanpa harus menjelaskan detail kondisi medisnya.
Kalau ada yang nanya hal pribadi dan kamu enggak mau jawab, gunakan kalimat simpel seperti, “Itu cerita panjang deh,” lalu alihkan pembicaraan dengan bertanya balik. Ini cara sopan buat menjaga privasi tanpa bikin suasana jadi canggung.
Baca juga: Kurangi Stres, Ini 4 Cara Mengatasi Overthinking pada Remaja
Jadi, yuk jangan oversharing lagi! Kamu bisa mulai stop dengan beberapa tips di atas. Semoga informasi ini membantu, ya!
—
Gabung Girls Beyond Circle untuk dapatkan insight dan informasi menarik lainnya!
Cover: Pexels