gagal menampilkan data

Article

10+ Pekerjaan yang Enggak Bisa Digantikan AI, Ada Pekerjaan Kamu?

Written by Adila Putri Anisya

Kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) udah bukan lagi hal baru di dunia kerja. Dari bantu bikin desain sampai nulis caption media sosial, AI makin canggih dan cepat. Tapi di tengah kemudahan itu, muncul juga ketakutan besar, “Jangan-jangan nanti semua kerjaan manusia bakal diganti robot?”

Padahal, enggak semua pekerjaan bisa digantikan oleh AI. Ada banyak profesi yang tetap butuh empati, intuisi, kreativitas, dan keputusan moral yang hanya bisa dilakukan manusia. 

Seperti yang dilansir Forbes, “AI memang mengambil sebagian pekerjaan, tapi juga membantu memperbaiki work-life balance 61% pemimpin bisnis pada 2025.” Artinya, AI bukan sepenuhnya musuh kok, ia bisa jadi rekan kerja yang membantu, asal manusia tahu cara memanfaatkannya.

Yuk, kita bahas pekerjaan-pekerjaan yang masih (dan mungkin akan selalu) aman dari serangan AI!

Baca juga: Ini 5 Tools AI Gratis Online yang Bikin Pekerjaan Kamu Lebih Mudah! 

5 Alasan Kenapa Beberapa Pekerjaan Tetap Aman dari Gempuran AI

Sumber foto: Freepik

Kenapa ada pekerjaan yang “kebal” sama AI? Ini karena, ada tiga hal utama yang cuma dimiliki manusia, rasa empati, kemampuan menilai (membuat keputusan bijak), dan aktivitas fisik yang rumit.

Menurut Andrew Gadomski dari Aspen Analytics (seperti dikutip USA Today), pekerjaan yang isinya cuma ngetik atau ngulang-ngulang (disebut “pekerjaan pengetahuan”) memang gampang diambil AI. Tapi, pekerjaan yang butuh interaksi, aturan hukum, dan keahlian fisik akan tetap aman.

Mari kita bahas lebih detail:

1. Butuh Hati dan Perasaan (Empati)

AI memang jago bikin tulisan atau gambar, tapi dia enggak bisa merasakan. Jadi, pekerjaan yang isinya harus kasih dukungan, dorongan semangat, atau koneksi emosional jelas sulit diganti.

Contohnya ada di bidang Kesehatan dan Layanan Sosial seperti Psikiater, Terapis, Dokter, Perawat, dan Pelatih. Mereka harus bisa membangun hubungan dan menunjukkan empati ke pasien atau siswa. Nah, bagian “memanusiakan manusia” ini mustahil dilakukan oleh mesin.

2. Terikat Aturan dan Kepercayaan

Beberapa pekerjaan dilindungi oleh hukum dan kepercayaan publik. Coba lihat bidang Hukum. Seperti kata Andrew Gadomski di USA Today: “Untuk bisa masuk ruang sidang dan membela orang, kamu harus jadi pengacara. Kamu harus lulus ujian dan punya lisensi.”

Intinya, meskipun AI bisa bantu nyari dokumen, Pengacara dan Hakim aman. Mereka adalah yang harus berpikir logis, menimbang keputusan yang adil, dan menginterpretasikan aturan hukum. Regulasi ini menjaga agar keadilan tetap dipegang oleh manusia.

3. Butuh Otot, Ketangkasan, dan Keahlian Tangan

Pekerjaan yang mengharuskan kamu bergerak, pakai tenaga, dan mengambil keputusan cepat di lapangan juga sangat aman. Ini termasuk Pekerjaan Tukang dan Layanan Darurat (seperti Pemadam Kebakaran atau Penyelamat).

Marc Cenedella dari Ladders, Inc., mengatakan: “Hal-hal seperti benerin wastafel, bikin telur dadar yang pas, atau membangun halte bus” akan terus eksis. Upwork juga setuju, AI boleh aja tahu cara pasang pipa, tapi yang benar-benar bisa memegang kunci dan masang instalasi itu cuma Tukang Listrik, Tukang Ledeng, dan Mekanik manusia.

4. Kreativitas dan Ide yang Benar-benar Baru

AI bisa bikin konten dari data yang sudah ada, tapi hasilnya selalu bisa diprediksi. AI enggak punya kemampuan otak yang namanya neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk menciptakan ide dan hubungan baru.

Upwork mencatat, karya seni yang otentik, seperti yang dibuat Penari Panggung, Desainer Perhiasan, atau Pelukis Mural, susah banget diganti. Bahkan Desainer Grafis, meskipun ada risiko (48% diganti menurut Eskimoz di Forbes), mereka harus ngobrol sama klien dan memastikan hasil karyanya nyambung sama pesan merek. Ini butuh sentuhan manusia, bukan cuma algoritma.

5. Kepemimpinan dan Etika Moral

Dalam pekerjaan seperti CEO, Manajer SDM, atau Pimpinan, dibutuhkan kecerdasan emosional dan kompas moral.

Penelitian dari MIT menunjukkan AI sering mengambil keputusan yang lebih keras daripada manusia. Itu sebabnya Manajer SDM (yang butuh 82,9% empati) dan para pemimpin akan tetap memegang kendali.

Mereka adalah yang harus mengurus hubungan antarmanusia, melihat berbagai sudut pandang (nuansa), dan membuat keputusan yang etis di situasi yang rumit.

Baca juga: 6 Kampus dengan Jurusan AI di Indonesia untuk Jenjang Sarjana dan Magister! 

10 Profesi yang Paling Tahan Banting Melawan AI

Sumber foto: Freepik

Sebuah studi oleh Eskimoz, yang dilansir dari Forbes, mengevaluasi ketahanan berbagai bidang pekerjaan terhadap otomatisasi.  Studi ini mengurutkan karier berdasarkan skor resistensi AI (dihitung dari persentase interaksi manusia yang diperlukan dan kemungkinan otomatisasi), dari yang paling enggak mungkin digantikan:

1. Pengacara (Paling Aman!). Profesi ini ada di puncak karena betul-betul butuh akal sehat dan sentuhan manusia 100%. Kemungkinan AI menggantikannya hanya 29%. Kenapa? Karena hukum itu rumit, butuh penalaran dan interpretasi dari manusia, bukan sekadar mesin.

2. Manajer Layanan Medis & Kesehatan. Profesi ini sangat aman (skor 93). Meskipun AI bisa membantu dokter mendiagnosis penyakit, interaksi langsung dengan pasien itu krusial, mencapai hampir 90%. Jadi, kemungkinan AI mengambil alih aspek manusiawi ini hanya 26%.

3. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM). Berada di posisi aman ketiga (skor 87). Kenapa? Karena mengurus karyawan itu butuh empati hingga 82,9%. AI belum bisa menggantikan hati nurani dan rasa peduli saat berhadapan dengan masalah atau kebutuhan pekerja. Risikonya digantikan cuma 26%.

4. Manajer Umum & Operasi. Pekerjaan ini membutuhkan banyak interaksi langsung dengan publik atau karyawan (sekitar 80,3%). Mengelola keseluruhan operasional perusahaan butuh judgment manusia, sehingga risiko otomatisasinya relatif rendah, yaitu 36%.

5. Supervisor Lini Pertama Pekerja Dukungan Administrasi. Mereka bertugas mengurus dan mengelola orang, sehingga butuh interaksi manusia yang tinggi (81,6%). Meskipun ada risiko 50% digantikan, kemampuan untuk komunikasi antarpribadi dan memimpin tim adalah kuncinya.

6. Spesialis Pelatihan & Pengembangan. Mengajar dan melatih orang lain butuh sentuhan personal sekitar 57,8%. Memberikan motivasi dan mengembangkan potensi itu sulit digantikan mesin. Risiko otomatisasi hanya 29%.

7. Manajer Arsitektur & Teknik. Ini termasuk pekerjaan yang paling kecil risikonya digantikan AI, yaitu hanya 25%. Alasannya, mengelola proyek teknis dan arsitektur butuh pengambilan keputusan yang kompleks, meskipun interaksi manusianya lebih sedikit (47,1%).

8. Petugas Kepatuhan (Compliance Officers). Profesi ini bertugas memastikan perusahaan mematuhi aturan. Sebagian besar pekerja (72%) berinteraksi dengan manusia. Risikonya cukup besar (50%), tapi tetap butuh orang yang mengerti seluk-beluk peraturan dan menegakkannya.

9. Manajer Produksi Industri. Diperlukan 51% interaksi manusia. Mengatur produksi pabrik itu butuh pemecahan masalah yang berpusat pada manusia dan komunikasi pelanggan yang baik, hal yang belum sepenuhnya bisa dijamin oleh AI. Risiko otomatisasi 37%.

10. Desainer Grafis. Meskipun pekerjaan ini berada di urutan kesepuluh, butuh interaksi manusia yang besar (72,5%) untuk mengobrol dengan klien dan memahami pesan brand mereka. Ini juga punya risiko otomatisasi tertinggi (48%) di antara sepuluh daftar ini, menunjukkan bahwa meskipun AI bisa jadi alat bantu, sentuhan desainer untuk “rasa” dan pesan itu tetap wajib.

Profesi Lain yang Akan Selalu Butuh Sentuhan Manusia

Sumber foto: Freepik

Selain daftar 10 pekerjaan tadi, ada banyak profesi lain yang dijamin aman dari AI, seperti yang diulas oleh USA Today dan Upwork:

1. Seniman Panggung dan Kreator Sejati

Meskipun AI bisa bikin gambar atau lagu, ia enggak bisa meniru keaslian dan penampilan langsung. Bayangkan Aktor Improv atau Musisi Live. Mereka harus membangun ikatan emosional dengan penonton dan berimprovisasi saat itu juga. Hal spontan dan personal seperti ini mustahil ditiru oleh mesin.

2. Penjaga Jiwa dan Moral

AI enggak punya hati dan kompas moral. Oleh karena itu, peran-peran yang mengurus urusan spiritual, etika, dan filosofi akan tetap penting. Siapa lagi yang bisa memberikan dukungan emosional, menenangkan batin, dan memberikan nasihat moral selain Imam, Pendeta, Pastor, atau Filsuf?

3. Ahli Rasa di Dapur

Coba deh, suruh AI bikin telur dadar yang pas atau meracik menu baru. Pasti susah! Industri makanan aman karena Koki dan Artisan Baker butuh ketangkasan tangan, daya adaptasi bahan, dan yang paling penting, cita rasa (lidah) yang enggak bisa diotomatisasi. AI mungkin bantu mengatur resep, tapi enggak bisa menggoreng, mencicipi, atau menghias makanan dengan indah.

4. Pahlawan di Lapangan (Layanan Publik)

Pekerjaan yang isinya menyelamatkan nyawa dan menjaga keamanan publik pasti akan selalu butuh manusia. Ini termasuk Paramedis, Pemadam Kebakaran, Pekerja Sosial, dan Penjaga Pantai. Upwork menegaskan, AI bisa bantu diagnosis atau navigasi, tapi hanya manusia yang bisa membuat keputusan cepat dalam keadaan darurat (triage) atau menenangkan anak yang sedang krisis.

Baca juga: Top 5 Skill yang Harus Dimiliki di 2025 untuk Bawa Kariermu ke ‘Next Level’ 

AI enggak datang untuk menggantikan semua pekerja, melainkan untuk mengubah peran kita. Jadi, jangan panik! Mari kita asah keterampilan yang hanya bisa diberikan oleh sentuhan manusia!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond