Impulse Buying adalah Pembelian Spontan: Ini 4 Dampak Psikologisnya
Impulse buying adalah kondisi di mana seseorang berbelanja secara spontan, tanpa mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan manfaat barang tersebut. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan masalah finansial saja, tetapi juga dapat berdampak secara psikologis dan memengaruhi penurunan kualitas hidup secara signifikan.
Kebanyakan orang mungkin pernah menghadapi kondisi impulse buying dalam hidupnya. Misalnya, berburu diskon di mall atau flash sale di e-commerce. Meskipun sebelumnya tidak ada rencana atau urgensi untuk membeli barang tersebut, tanpa berpikir panjang, kamu membelinya secara impulsif.
Umumnya, penyebab impulse buying adalah dorongan emosional, pengaruh strategi pemasaran, dan kemudahan belanja online. Faktor-faktor ini dapat memicu pembelian secara spontan dan impulsif. Oleh karena itu, kamu perlu membatasinya untuk mencegah dampak psikologis dari impulse buying. Berikut beberapa dampak psikologis dari impulse buying yang perlu kamu waspadai.
Baca juga: Jangan Keliru! Ini Perbedaan Self Reward dan Impulsive Buying yang Tidak Disadari
Stres Finansial
Salah satu dampak dari impulse buying adalah stres finansial, yaitu rasa khawatir, cemas, atau ketegangan emosional yang berkaitan dengan masalah keuangan dan pengeluaran yang akan datang. Tidak bisa dipungkiri bahwa uang sering kali menjadi salah satu sumber stres. Stres finansial bisa dialami oleh siapa saja, namun lebih sering terjadi pada individu dengan pendapatan rendah.
Stres finansial sering disebabkan oleh tekanan berat dari pengeluaran yang melonjak dan tidak terkendali, serta tidak seimbang dengan pemasukan. Gejala stres finansial mirip dengan gangguan kecemasan lainnya, seperti:
- Mengalami panic attack saat membicarakan keuangan.
- Mengisolasi diri dan menghindari acara sosial.
- Overthinking.
- Mood swing dan amarah yang dilampiaskan kepada orang sekitar.
- Kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan.
Efek jangka panjang dari financial stress bisa meliputi gangguan tidur dan stres kronis. Untuk mencegah financial stress, penting untuk membatasi belanja impulsif dan menerapkan manajemen keuangan yang tepat.
Baca juga: Stres dan Mudah Cemas? Hilangkan dengan Cara Meditasi yang Benar!
Oniomania Disorder
Impulse buying adalah keinginan tak terkendali untuk berbelanja dan melakukan pembelian secara spontan, sering kali sebagai cara untuk mengatasi rasa bosan atau emosi yang tidak nyaman. Mereka yang mengalaminya sering kali tidak sadar akan dampak negatif dari perilaku ini dan sering dianggap kesurupan saat berbelanja, yang sebenarnya adalah oniomania disorder.
Perbedaan antara oniomania disorder dan shopaholic biasa terletak pada perasaan yang dialami. Shopaholic menikmati proses berbelanja dan dapat mengontrol pengeluaran dengan mempertimbangkan faktor seperti diskon. Sebaliknya, oniomania melibatkan emosi negatif seperti kecemasan dan depresi yang mendorong seseorang untuk berbelanja secara impulsif serta tanpa pertimbangan.
Untuk mengatasinya, cobalah mengganti kebiasaan berbelanja dengan hobi yang lebih sehat, seperti olahraga atau yoga. Selain itu, berhenti berlangganan email marketing dan menggunakan aplikasi atau ekstensi browser untuk membatasi akses ke situs belanja online dapat membantu mengurangi pengeluaran kompulsif.
Baca juga: 5 Manfaat Punya Hobi: Seberapa Penting bagi Hidupmu?
Depresi
Salah satu dampak impulse buying adalah depresi. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan belanja impulsif tanpa pertimbangan yang dapat mengarah pada rasa bersalah berlebihan maupun stres emosional. Ketika seseorang melakukan pembelian spontan, mereka sering kali tidak memikirkan dampaknya terhadap kondisi keuangan mereka. Bahkan, impulse buying adalah salah satu pemicu depresi melalui beberapa cara, seperti:
- Penyesalan dan rasa bersalah berlebihan: Ketika seseorang merasa bersalah atau menyesal, mereka mungkin mulai mengalami perasaan sedih yang berlarut-larut atau merasa tidak berharga. Terutama jika pembelian impulsif dan spontan tersebut berdampak negatif pada kondisi keuangan mereka.
- Kesehatan mental menurun: Tekanan finansial dan emosional yang berkepanjangan akibat impulse buying dapat menyebabkan gejala depresi yang lebih serius, seperti kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan pola tidur, dan perasaan putus asa.
Untuk mengatasi depresi akibat impulse buying, penting untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan, serta mengembangkan kebiasaan belanja yang lebih mindfulness dan terencana.
Baca juga: Tips Hindari Depresi di Tempat Kerja, Ini 4 Langkahnya!
Hoarding Disease
Salah satu dampak psikologis dari impulse buying adalah hoarding disease. Perilaku berbelanja yang tidak terencana dan dipicu oleh dorongan emosional sesaat dapat berkembang menjadi hoarding disorder. Ketika dilakukan secara berlebihan, Kebiasaan ini dapat menyebabkan penimbunan barang yang tak terkendali serta menimbulkan masalah emosional yang mendalam.
Hoarding disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan kesulitan membuang atau berpisah dengan barang-barang yang dimiliki. Penderitanya cenderung menyimpan barang dalam jumlah yang berlebihan, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti memenuhi ruangan di rumah, dan sering kali beranggapan bahwa barang-barang tersebut akan berguna di masa mendatang.
Hoarding disorder seringkali terkait dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, dimana penderita merasa aman dan nyaman dikelilingi oleh barang-barang tersebut. Perilaku ini memerlukan penanganan profesional untuk mengatasi dan mengelola masalah tersebut.
Fenomena impulse buying di Indonesia umumnya terjadi saat Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), menyebabkan banyak orang membeli barang secara impulsif tanpa pertimbangan. Untuk menghindari pemborosan, penting untuk berbelanja dengan kesadaran penuh dan tidak terpengaruh oleh hawa nafsu. Memanjakan diri dengan berbelanja sesekali adalah hal yang wajar, namun jika kebiasaan ini dilakukan secara obsesif, dapat berdampak serius pada kesehatan mental.
Baca juga: Kakeibo: Cara Mengatur Keuangan Pribadi ala Orang Jepang, Jadi Ogah Belanja Impulsif
Temukan berbagai tips terbaru seputar productivity, mental health dan financial planning di komunitas Girls Beyond Circle. Yuk, gabung sekarang dan jangan lewatkan kesempatan untuk menambah wawasan serta memperluas networking kamu!
Sumber Foto: Pexels
Comments
(0 comments)