Stop Terlalu Perfeksionis, Ini Dampaknya di Pekerjaan!
Terlalu perfeksionis ternyata tidak selalu jadi hal yang baik, loh! Mungkin niatmu adalah untuk memberikan hasil terbaik, tetapi sikap ini bisa membawa dampak negatif bagi kesejahteraanmu bahkan rekan-rekan kerjamu. Bagaimana bisa?
Sebenarnya, menjadi perfeksionis memang tidak buruk, karena ini bisa menghasilkan kepuasan tersendiri. Namun, ketika jika terlalu berlebihan, justru bisa menjadi bumerang yang merugikan.
Lalu, apa sih dampak dari sikap perfeksionis yang berlebihan ini? Baca sampai habis, ya!
Baca juga: Sikap Ambisius dalam Berkarier, Termasuk Baik atau Buruk?
Apa yang Dimaksud dengan Perfeksionis di Tempat Kerja?
Perfeksionisme seringkali didefinisikan sebagai harapan dan standar yang sangat tinggi. Ini berarti bahwa seseorang berusaha keras agar segala sesuatunya berjalan sesuai harapan dan terlihat sempurna.
Di satu sisi, sifat ini dapat membuat disiplin diri dan ambisi yang baik, memberikan dorongan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Namun, di sisi lain, hasrat yang berlebihan untuk meraih kesempurnaan bisa berbahaya.
Perfeksionisme dapat membuat seseorang merasa bahwa harga diri mereka bergantung pada pencapaian. Artinya, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, mereka akan merasa kurang berharga atau gagal.
Jika seseorang menunjukkan sifat terlalu perfeksionis di tempat kerja, ini bisa jadi karena mereka sangat takut gagal dan tidak bisa menghadapi kekecewaan. Hal ini terlihat dari cara mereka mengontrol segala sesuatu dengan ketat dan menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri.
Apa Penyebab Perfeksionisme?
Menurut Psychology Today, penyebab utama dari perfeksionisme adalah tekanan dari dalam diri sendiri. Banyak orang merasa perlu menghindari kegagalan, sehingga mereka menetapkan harapan yang tidak realistis untuk diri mereka sendiri.
Orang yang perfeksionis cenderung memiliki ekspektasi yang sangat tinggi, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Hal ini membuat mereka cepat menemukan kesalahan dan sangat kritis terhadap setiap detail.
Akibatnya, mereka sering menunda-nunda proyek karena takut gagal. Mereka juga sering mengabaikan pujian yang diterima dan lupa untuk merayakan keberhasilan yang sudah dicapai. Sebaliknya, mereka cenderung mencari persetujuan dari orang-orang tertentu dalam hidup mereka, sehingga membuat siklus perfeksionisme ini semakin sulit diubah.
Apakah Perfeksionis itu sama dengan OCD?
Tidak, perfeksionisme adalah sebuah sifat kepribadian seseorang, yang apabila dilakukan berlebihan, ini dapat menjadi titik awal gangguan kesehatan mental.
Salah satu gangguan yang seringkali dikaitkan dengan perfeksionisme adalah gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Masih dari sumber yang sama, Psychology Today mengatakan, orang dengan OCD biasanya mengalami pikiran obsesif yang membuat mereka merasa terpaksa untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang dan tidak dapat dikendalikan.
Di sisi lain, orang yang perfeksionis mungkin tidak mengalami compulsive behavior seperti pada OCD, tetapi mereka yang perfeksionis tetap merasakan tekanan yang sama untuk mencapai kesempurnaan.
Selain itu, ada juga gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD), di mana individu merasa terobsesi dengan keteraturan, ketelitian, dan kontrol. Meskipun ada kesamaan antara perfeksionisme dan OCD/OCPD, penting untuk memahami bahwa perfeksionisme tidak disebut sebagai penyakit mental. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, sifat ini bisa memicu masalah yang lebih besar dalam hidup sehari-hari.
Baca juga: 8 Jenis Gangguan Kecemasan yang Banyak Diderita Anak Muda, Pernah Mengalaminya?
Ciri-ciri Terlalu Perfeksionis di Tempat Kerja
Ada beberapa ciri-ciri seseorang yang terlalu perfeksionis di tempat kerja, antara lain:
- Selalu Memperhatikan Detail Kecil: Perfeksionis cenderung terjebak pada rincian kecil, bahkan yang mungkin tidak begitu penting. Mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk menyempurnakan aspek yang bisa dianggap sepele.
- Kesulitan Mendelegasikan Tugas: Perfeksionis sering merasa bahwa hanya mereka yang bisa melakukan pekerjaan dengan benar. Akibatnya, mereka kesulitan untuk mendelegasikan tugas kepada orang lain, yang dapat mengakibatkan beban kerja berlebih.
- Revisi Terus Menerus: Meskipun sudah bekerja keras dan mencapai banyak hal, orang perfeksionis sering merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Alhasil, mereka sering melakukan revisi terus-menerus hingga mereka anggap sempurna.
- Mengabaikan Pujian: Ketika mendapatkan pujian, mereka mungkin meremehkan atau mengabaikannya, karena fokus utama mereka adalah apa yang bisa diperbaiki, bukan apa yang sudah dicapai.
- Takut Mengambil Risiko: Mereka biasanya sangat berhati-hati dan khawatir mengambil risiko karena takut hasilnya tidak sesuai harapan. Ini bisa menghambat inovasi dan kreativitas dalam tim.
- Sering Menunda-nunda: Seorang perfeksionis sering menunda-nunda karena takut gagal atau khawatir tidak dapat mencapai kesempurnaan sehingga mencegah mereka memulai suatu tugas.
Dampak Terlalu Perfeksionis di Tempat Kerja
Terlalu perfeksionis di tempat kerja bisa membawa berbagai dampak negatif, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkungan kerja secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Gangguan Kesehatan Mental
Perfeksionisme yang berlebihan dapat memicu gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, burnout, dan depresi.
Ketika kamu sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tidak pernah cukup baik, ini dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri.
Tak hanya itu, Alodokter juga mengatakan kepribadian perfeksionis juga dapat menyebabkan gangguan makan, seperti anoreksia nervosa. Ini bisa terjadi ketika seseorang berusaha untuk memenuhi standar penampilan yang ideal, misalnya di lingkungan kerja yang memperhatikan penampilan.
2. Kesulitan dalam Bekerja Sama
Perfeksionis mungkin kesulitan untuk berkolaborasi dengan rekan kerja karena kecenderungan untuk mengontrol setiap aspek pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan antar tim yang mengutamakan kerjasama.
Salah satu tim mungkin jadi merasa rendah diri karena tidak diberikan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan oleh mereka. Selain itu, tim mungkin merasa kurang dihargai karena tidak dilibatkan dalam proyek yang pada akhirnya dapat menghambat pekerjaan bersama.
3. Hubungan Buruk dengan Rekan Kerja
Sifat perfeksionis seringkali mengakibatkan hubungan yang buruk dengan rekan kerja. Ketika seseorang memiliki harapan yang tidak realistis, mereka cenderung terlalu kritis terhadap kinerja orang lain. Hal ini bisa membuat suasana kerja menjadi tegang dan tidak nyaman.
Misalnya, perfeksionis mungkin melakukan revisi terus-menerus pada pekerjaan rekan-rekannya, bahkan untuk hal-hal kecil yang seharusnya tidak menjadi masalah.
Ketidakpuasan ini bisa membuat rekan kerja merasa tidak dihargai, dan semakin sulit untuk menjalin kerjasama yang baik. Dalam jangka panjang, perilaku ini tidak hanya merusak hubungan interpersonal, tetapi juga dapat mengurangi produktivitas tim secara keseluruhan.
4. Tidak Bisa Work-Life Balance
Ketika seseorang berfokus pada pencapaian hasil yang sempurna, mereka cenderung mengabaikan waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan hobi. Rasa tanggung jawab yang berlebihan membuat mereka sulit untuk work-life balance.
Perfeksionis seringkali merasa bahwa pekerjaan harus selalu menjadi prioritas utama, sehingga mereka bekerja lembur atau membawa pekerjaan ke rumah. Akibatnya, waktu untuk bersantai dan menikmati aktivitas di luar pekerjaan menjadi sangat terbatas. Kelelahan fisik dan mental pun tidak terhindarkan, dan ini dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan.
5. Kreativitas Jadi Terhambat
Terlalu perfeksionis dapat menghalangi seseorang untuk menjadi kreatif. Hal ini membuat mereka takut mencoba hal-hal baru atau berpikir out of the box, karena terjebak dalam keinginan untuk selalu sempurna.
Ketakutan akan kegagalan terhadap hasil yang tidak sempurna, membuat orang perfeksionis cenderung menjauh dari eksperimen dan inovasi.
Mereka lebih fokus pada detail dan kesalahan kecil, daripada melihat gambaran besar. Akibatnya, kemampuan mereka untuk berimprovisasi dan menciptakan ide-ide baru jadi terhambat.
Bagaimana Cara Mengatasi Terlalu Perfeksionis di Tempat Kerja?
Ingat, melepaskan diri dari sifat perfeksionis berlebihan artinya memberi diri kita lebih banyak kemurahan hati dan menunjukkan belas kasih, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Bagi kamu yang ingin melepaskan sifat terlalu perfeksionis ini, dapat menerapkan beberapa cara seperti:
- Kenali dan Hargai Kemajuan: Alih-alih berfokus pada kesempurnaan, penting untuk menghargai setiap langkah kecil yang telah diambil.
- Rayakan Usaha dan Pembelajaran: Luangkan waktu untuk merayakan keberhasilan, sekecil apa pun, dan pelajaran yang diambil dari pengalaman.
- Alihkan fokus dari “sempurna” ke “cukup baik.” Terkadang, cukup baik juga sudah memadai.
- Ciptakan Budaya Kesempatan Kedua: Berikan umpan balik yang spesifik dan jelas agar karyawan memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka.
- Lebih Memaknai Proses Belajar: Memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.
Baca juga: Tips Hindari Depresi di Tempat Kerja, Ini 4 Langkahnya!
Perfeksionis bisa jadi baik jika dikelola dengan bijak dan realistis. Namun, jika terlalu perfeksionis, ini justru mengganggu kehidupan kerjamu. So, daripada mengejar kesempurnaan, fokuslah untuk menjadi “lebih baik dari kemarin.”
—
Mau dapat insight seputar dunia kerja lainnya? Gabung Girls Beyond Circle sekarang, yuk!
Cover: Pexels
Comments
(0 comments)