gagal menampilkan data

Article

Awas! Kanker Kolorektal Ancam Anak Muda, Ini Penyebab & Gejalanya!

Written by Adila Putri Anisya

Banyak yang mengira kanker usus besar atau kanker kolorektal cuma menyerang orang tua. Tapi belakangan ini, justru anak-anak muda, termasuk Gen Z yang masih berusia 20-an, mulai banyak yang terdiagnosis penyakit ini. 

Fenomena ini bikin banyak orang bertanya-tanya, kok bisa? Apa sih penyebabnya, dan gimana cara mencegahnya? Yuk, kita bahas bareng-bareng gejala, faktor risiko, dan langkah pencegahan kanker ini biar kita bisa lebih waspada sejak dini!

Baca juga: Breast Cancer Awareness Month: Cegah Tingginya Angka Kanker Payudara dengan SADARI 

Apa itu Kanker Kolorektal?

Sumber foto: Freepik

Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang menyerang bagian usus besar (kolon) dan rektum, bagian akhir dari saluran pencernaan. 

Dikutip dari Mayo Clinic, umumnya, penyakit ini berawal dari pertumbuhan kecil yang disebut polip. Polip sendiri enggak selalu berbahaya, tapi seiring waktu, sebagian polip bisa berubah menjadi kanker jika enggak ditangani.

Polip ini sering kali enggak menimbulkan gejala apa pun. Itulah kenapa pemeriksaan rutin seperti kolonoskopi sangat disarankan, terutama bagi yang punya riwayat keluarga atau faktor risiko lainnya. 

Lewat pemeriksaan tersebut, dokter bisa mendeteksi dan mengangkat polip sebelum berkembang menjadi kanker.

Apa Saja Penyebab Kanker Kolorektal?

Sumber foto: Freepik

Peningkatan kasus penyakit kolorektal di kalangan anak muda, terutama Gen Z, membuat banyak ahli mulai menyoroti penyebabnya. 

Dikutip dari CNBC Indonesia, menurut dr. Sulpiana dari Fakultas Kedokteran IPB University, faktor genetik memang berperan. Artinya, jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kolorektal, risikonya bisa lebih tinggi.

Tapi, bukan cuma gen yang jadi “kambing hitam,” gaya hidup masa kini juga ikut berperan besar. 

Banyak anak muda yang jarang bergerak, lebih sering duduk berjam-jam, dan pola makannya cenderung sembarangan. 

Makanan cepat saji, tinggi lemak, minim serat, semua itu bisa jadi pemicu utama. Apalagi jika disertai kurangnya konsumsi sayur dan buah, serta jarang olahraga.

Kombinasi antara faktor keturunan dan pola hidup yang enggak sehat inilah yang membuat risiko kanker kolorektal meningkat, bahkan di usia yang sebenarnya masih tergolong muda.

Baca juga: Daftar Jajanan Pemicu Kanker, Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Berlebihan 

Gejala Kanker Kolorektal yang Perlu Diwaspadai

Sumber foto: Freepik

Kanker ini sering kali datang diam-diam tanpa gejala yang jelas di tahap awal. Inilah yang membuatnya cukup sulit dikenali sejak dini. Tapi, seiring waktu, tubuh biasanya mulai memberi sinyal-sinyal tertentu yang sebaiknya enggak diabaikan.

Menurut National Library of Medicine, berikut adalah beberapa gejalanya:

  • Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit berkepanjangan)
  • Perasaan seperti usus enggak kosong sepenuhnya setelah buang air
  • Bentuk atau ukuran tinja yang enggak biasa
  • Tinja bercampur darah (merah terang atau sangat gelap)
  • Sering mengalami kembung, nyeri, atau kram perut
  • Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
  • Merasa lelah terus-menerus tanpa alasan yang pasti

Kasus Kanker Kolorektal di Indonesia

Sumber foto: Freepik

Kanker kolorektal atau kanker usus besar kini menjadi salah satu jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, menempati posisi ketiga setelah kanker serviks dan payudara. 

Dikutip dari detikHealth, berdasarkan laporan dari International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2022, tercatat ada 25.997 kasus kanker kolorektal di tanah air. 

Meskipun lebih banyak terjadi pada usia lanjut, sekitar 1.400 kasus ditemukan pada pasien yang berusia di bawah 40 tahun, dengan hampir 1.000 di antaranya berusia 30 hingga 39 tahun.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring gaya hidup yang enggak sehat, seperti kurang gerak dan pola makan yang enggak seimbang. 

Menurut Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, dari Fakultas Kedokteran UI, sebagian besar pasien datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut, di mana gejalanya sudah cukup parah dan peluang kesembuhan jadi lebih rendah.

Jika pola hidup yang lebih sehat enggak segera diterapkan, risiko kanker kolorektal, terutama di kalangan anak muda, bisa semakin tinggi. 

Bahkan, dalam lima tahun ke depan, kasus kanker kolorektal pada usia muda diperkirakan bisa meningkat hingga empat kali lipat jika enggak ada perubahan signifikan dalam gaya hidup masyarakat.

Baca juga: Resmi Dimulai! Simak Daftar Penyakit yang Diperiksa di Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) 

Kasus Kanker Kolorektal di Negara Lain yang Menyerang Anak Muda

Sumber foto: Freepik

Peningkatan kasus kanker kolorektal pada usia muda juga terlihat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Singapura. 

Dikutip dari Media Indonesia, di AS, sekitar 20% diagnosis kanker kolorektal pada 2019 terjadi pada pasien di bawah usia 55 tahun, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 1995. Ini menyebabkan pihak berwenang mengubah rekomendasi skrining, yang sekarang dimulai pada usia 45 tahun.

Sementara di Singapura yang dikutip dari CNN Indonesia, kasus kanker kolorektal di kalangan generasi muda juga meningkat. 

Banyak pasien yang terlambat terdiagnosis, seperti yang dialami seorang warga yang menganggap darah dalam tinja sebagai gejala wasir. 

Para ahli di sana menekankan pentingnya skrining dini, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal.

Kasus ini mengingatkan kita untuk lebih waspada dan menjaga pola hidup sehat untuk mengurangi risiko kanker kolorektal.

Bagaimana Cara Mencegah Kanker Kolorektal?

Sumber foto: Pexels

Cara mencegah kanker kolorektal adalah dengan menghindari faktor risikonya. Beberapa yang bisa kamu lakukan adalah:

  • Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah, sayur, dan biji-bijian utuh
  • Kurangi asupan daging merah dan makanan olahan
  • Rutin berolahraga minimal 30 menit per hari
  • Jaga berat badan ideal
  • Hindari merokok
  • Batasi konsumsi alkohol
  • Lakukan skrining kolorektal secara rutin, terutama jika punya riwayat keluarga
  • Segera tangani polip jika ditemukan saat pemeriksaan

Kebiasaan sehat ini enggak hanya baik untuk pencernaan, tapi juga bantu cegah berbagai penyakit serius lainnya.

Metode Penyembuhan Kanker Kolorektal

Sumber foto: Pexels

Penanganan kanker kolorektal biasanya disesuaikan dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien. Menurut My Cleveland and Clinic, berikut beberapa metode pengobatannya:

  • Operasi pengangkatan polip (polipektomi): dilakukan jika kanker masih dalam tahap awal dan hanya berupa polip.
  • Operasi pengangkatan sebagian usus (kolektomi parsial): bagian usus yang mengandung tumor akan diangkat, lalu bagian usus yang sehat disambung kembali.
  • Kolostomi: jika bagian usus enggak bisa disambung lagi, maka dibuat lubang di perut untuk membuang kotoran ke dalam kantong khusus.
  • Terapi ablasi: menggunakan panas untuk menghancurkan sel kanker.
  • Kemoterapi: menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker atau mencegah pertumbuhannya.
  • Terapi target: menyerang bagian spesifik dari sel kanker tanpa merusak sel sehat, misalnya dengan antibodi buatan yang diarahkan langsung ke sel kanker.

Biasanya, pengobatan dilakukan secara kombinasi untuk hasil yang lebih efektif, tergantung kondisi tubuh dan respons pasien terhadap terapi. 

Jika bertanya, apakah kanker kolorektal bisa sembuh total? Jawabannya bisa! Terutama jika terdeteksi dan diobati sejak dini!

Baca juga: Virus HPV Bisa Tembus Kondom, Waspada Kanker Serviks! 

Gabung Girls Beyond Circle untuk dapatkan informasi up-to-date lainnya seputar dunia kesehatan!

Cover: Freepik

Comments

(0 comments)

user

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond