gagal menampilkan data

ic-gb
detail-thumb

Tren Quite Quitting Makin Populer, Ini Alasan Para Karyawan Melakukannya

Written by Nabiilah

Quite quitting adalah istilah yang biasa menggambarkan karyawan yang hanya bekerja sesuai job description, tanpa ada inisiatif untuk “do the best” apa lagi lembur. 

Mereka adalah tipe karyawan yang tetap hadir, tetap menyelesaikan pekerjaan, tapi sudah enggak menaruh banyak perhatian dengan hasil kerja yang buat.

Belakangan ini, istilah quiet quitting atau “mengundurkan diri secara diam-diam” lagi ramai dibahas di media sosial dan dunia kerja. Fenomena ini jadi bentuk perlawanan halus terhadap budaya kerja yang terlalu menuntut. 

Di kalangan Gen Z dan milenial, banyak dari mereka yang mulai mempertanyakan apakah loyalitas tanpa batas memang layak kalau sudah enggak sejalan dengan kesejahteraan pribadi.

Baca juga: Tempat Persiapan Karier Terbaik untuk Sukses di Dunia Kerja

Kenapa Banyak Orang Mulai Quiet Quitting?

apa itu quite quitting, tren quite quitting, mengatasi quite quitting
Sumber: Pexels

Masuk ke dunia kerja zaman sekarang enggak cuma soal gaji dan jabatan saja yang dipikirkan. Keseimbangan hidup, kesehatan mental, dan rasa dihargai juga jadi prioritas. 

Nah, bisa dibilang fenomena quiet quitting adalah reaksi terhadap hal-hal tersebut, banyak karyawan Gen Z dan milenial yang merasa bahwa mereka terlalu banyak memberi, tapi enggak mendapatkan timbal balik yang sebanding. 

Berikut beberapa alasan banyak karyawan yang akhirnya melakukan quite quitting:

1. Burnout Berkepanjangan

Burnout bukan cuma soal capek kerja, lebih dari itu burnout merupakan kelelahan emosional dan psikologis yang terjadi saat orang merasa pekerjaan yang mereka enggak ada habisnya.

Menurut laporan dari Jurnal Frontiers in Public Health tahun 2024, 62,9% pekerja di Asia Tenggara mengalami burnout tingkat tinggi. Enggak kaget kalau banyak karyawan yang memutuskan quite quitting buat menjaga mental.

Faktor burnout yang dialami para pekerja juga beragam, utamanya karena depresi berat, kecemasan, stres berat, jam kerja yang lebih dari 50 jam/minggu dan adanya rasa enggak puas padahal sudah kerja ekstra.

2. Gaji Stagnan, Tuntutan Naik

Masalah ini juga sudah mengakar pada budaya kerja kita, tugas makin banyak, tapi gaji segitu-segitu aja. Karyawan merasa kontribusinya enggak sebanding dengan reward yang diterima, motivasi kerja juga jadi turun.

Hal itu juga dibuktikan dari survei yang dilakukan Pew Research Center (2021), mereka bilang bahwa 63% karyawan resign dikarenakan gaji yang enggak sebanding, enggak ada peluang buat naik jabatan dan enggak ada penghargaan atau apresiasi dari tempat kerja.

3. Kurangnya Apresiasi dan Tujuan Jelas

Apresiasi adalah cara paling sederhana untuk menghargai hasil kerja karyawan, jika perusahaan gagal melakukan itu, semangat kerja mereka bisa hilang,

Apalagi kalau manajemen enggak memberikan feedback atau arah yang jelas, akhirnya karyawan hanya akan “kerja formalitas” yaitu datang, absen, kerja, pulang.

Baca juga: 7 Soft Skill Gen Z yang Dibutuhkan di Dunia Kerja, Jangan Sampai Enggak Tahu

Bentuk Quite Quitting yang Dilakukan Karyawan

apa itu quite quitting, tren quite quitting, mengatasi quite quitting
Sumber: Pexels

Fenomena ini mungkin enggak bisa dilihat dalam waktu satu dua hari, tapi ini adalah bentuk quitting yang bertahap, kalau kamu seorang manajer atau HR, kamu bisa mengenali beberapa tandanya:

  • Karyawan hanya menyelesaikan tugas pokok, tanpa inisiatif tambahan
  • Enggan ikut proyek ekstra atau rapat di luar jam kerja
  • Produktivitas terasa “datar”, enggak naik, juga enggak turun drastis
  • Mulai menjaga jarak secara emosional dari pekerjaan

Menurut laporan Gallup 2022, hanya 24% pekerja di Indonesia yang benar-benar “engaged” dengan perusahaan, itu artinya sisanya bisa jadi sudah melakukan quiet quitting.

Quite quitting adalah masalah jika sebagian besar karyawan hanya “bekerja seadanya,” produktivitas dan inovasi jelas terdampak.

Baca juga: Job Fair Membludak, Ini Dia Strategi Cari Kerja yang Lebih Cerdas Agar Kamu Dilirik Rekruter

Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?

apa itu quite quitting, tren quite quitting, mengatasi quite quitting
Sumber: Pexels

Kabar baiknya, quiet quitting bisa dicegah, asal perusahaan mau berbenah. Ini bukan soal menyuruh orang “kerja lebih keras”, tapi menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan suportif. 

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk menghalangi terjadinya quite quitting. Penting buat kamu tahu, apalagi kalau kamu seorang HR atau manajer:

1. Dengarkan Suara Karyawan

Lakukan survei internal secara rutin, buka ruang diskusi, serta buat karyawan merasa aman untuk menyampaikan ide, kritik, atau kebutuhan mereka.

2. Apresiasi dan Pengakuan Kinerja

Banyak orang enggak cuma butuh bonus besar, mereka juga ingin diakui. Ucapan terima kasih, shoutout di rapat mingguan, atau kesempatan tampil bisa jadi motivasi kuat.

3. Ciptakan Jalur Karier yang Jelas

Banyak karyawan itu ingin tahu “kalau saya kerja bagus, apa yang akan saya dapat?” Kalau perusahaan enggak bisa jawab ini, mereka akan berhenti berusaha atau malah milih buat resign.

4. Fokus ke Work-Life Balance

Berikan fleksibilitas. Atur ulang ekspektasi. Dorong cuti dan istirahat. Karyawan yang sehat (secara mental dan fisik) akan jauh lebih produktif.

Baca juga: Susah Mencari Work-Life Balance? Cobain Work-Life Integration!

Kalau Kamu Lagi di Fase Quite Quitting

apa itu quite quitting, tren quite quitting, mengatasi quite quitting
Sumber: Pexels

Buat kamu yang merasa sedang atau mau melakukan quiet quitting, itu bukan hal yang salah. 

Kadang, menjaga diri sendiri adalah pilihan terbaik saat pekerjaan mulai sudah jadi trigger buat kesehatan mental menurun. Tapi jangan sampai kamu terjebak terlalu lama di zona ini.

Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika sedang menjalani fase quiet quitting:

1. Kenali Akar Masalahnya

Tanya ke diri kamu sendiri, apakah kamu lelah secara fisik? Merasa tidak dihargai? Atau kehilangan arah karier? Mengetahui penyebab utama bisa bantu kamu menentukan langkah selanjutnya.

Buat strategi dan rencana karier baru atau mundur sekarang, dan mulai cari tempat yang lebih cocok.

2. Jaga Profesionalisme

Meskipun kamu memilih untuk enggak lembur atau ambil proyek tambahan, pastikan pekerjaan utama tetap selesai dengan baik, karena quiet quitting bukan alasan untuk menurunkan standar kerja.

3. Mulai Jalani Hobi

Gunakan waktu dan energi yang kamu hemat dari kerja ekstra, untuk hal-hal yang selama ini terabaikan: kesehatan, hobi, keluarga, atau belajar skill baru. 

Dengan kamu meluangkan waktu untuk hobi, ini bisa jadi wadah kamu untuk mengurangi stress karena kerjaan.

4. Komunikasikan Jika Perlu

Kalau kamu merasa masih ingin bertahan tapi sedang dalam masa jenuh, enggak ada salahnya buat ngomong sama atasan. Cuma butuh satu percakapan jujur untuk membuka jalan baru.

5. Evaluasi: Bertahan atau Berubah?

Jika sudah terlalu lama berada di mode bertahan, mungkin saatnya kamu mempertimbangkan pindah kerja. Tempat kerja yang baik enggak bakal membuat kamu harus menahan napas dan kesal setiap hari.

Baca juga: Kenali Apa itu Pivot Karier: Strategi dan Tantangan yang Kemungkinan Dihadapi

Pada akhirnya, quite quitting adalah cerminan dari budaya kerja yang perlu diperbaiki. 

Ini bukan bentuk kemalasan, tapi usaha untuk bertahan. Daripada memaksa karyawan untuk “kembali bersemangat”, kenapa perusahaan enggak coba untuk perbaiki sistem dan buat budaya kerja lebih sehat?

Buat kamu yang juga lagi ada di fase quite quitting, jangan juga memaksakan diri untuk terus bertahan. Buka peluang baru mungkin menakutkan, tapi apa iya kamu mau menahan beban yang bisa merusak kesehatan kamu?

Intinya, tren quite quitting hadir karena karyawan ingin lebih dihargai, didengar, dan mempunyai masa depan di tempat kerja, karena saat orang merasa terhubung dan dihargai, mereka akan memberikan lebih tanpa harus diminta.

Kalau kamu mau diskusi soal quite quitting lebih dalam lagi atau sekedar sharing tentang pekerjaan, kamu bisa banget join ke Girls Circle Beyond, karena disana kamu bisa ngobrol dan tanya saran ke member-member lainnya!