Benarkah Gen Z Dianggap Mudah Resign? Ini Alasannya!
Belakangan ini, muncul anggapan bahwa Gen Z dianggap mudah resign dari pekerjaan. Apakah benar demikian?
Meskipun tidak semua orang dari generasi ini merasa terwakili, pandangan ini semakin umum terdengar di berbagai perusahaan.
Sebenarnya, setiap orang berhak menentukan kapan mereka ingin resign, tetapi idealnya bertahan selama 2-3 tahun.
Sayangnya, banyak Gen Z yang memilih untuk resign ketika sudah menginjak satu tahun atau bahkan sebelum mencapai satu tahun.
Lalu, apa sebenarnya yang mendorong Gen Z dianggap mudah resign dari perusahaan? Yuk, kita bahas!
Baca juga: 7 Alasan Resign Kerja yang Logis dan Profesional!
Isu Gen Z Dianggap Mudah Resign Ramai Dibicarakan di Dunia Kerja
Kabar mengenai Gen Z mudah resign, tengah menjadi sorotan di dunia kerja.
Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, saat ini berada di usia 20-an, dan rata-rata sudah terjun ke dunia kerja.
Sayangnya, meski baru memulai karier, banyak di antara mereka yang memilih untuk resign dengan berbagai alasan.
Fenomena ini sering dibandingkan dengan generasi milenial, yang dianggap lebih setia dan berdedikasi terhadap pekerjaan mereka.
Milenial cenderung bertahan lebih lama di tempat kerja, sedangkan Gen Z terlihat lebih cepat mengambil keputusan untuk resign.
Menurut survei yang dilansir oleh GoodStats, sekitar 3 dari 10 Gen Z di Indonesia hanya bertahan 1-2 tahun sebelum memutuskan untuk pergi.
Begitu juga dengan survei Jakpat, 43% Gen Z sedang menjalani pekerjaan pertamanya dan belum pernah berganti pekerjaan. Sisanya telah berpindah pekerjaan, dan 31%-nya pernah berpindah perusahaan satu kali.
Alasan Gen Z Mudah Resign Kerja
Resign Gen Z bukan tanpa alasan. Menurut survei yang dilakukan oleh Jakpat, berikut beberapa alasan Gen Z memilih resign lebih cepat.
1. Gaji yang Kurang Memuaskan
Gaji menjadi alasan utama Gen Z dianggap mudah resign dari pekerjaan, dengan angka mencapai 41%.
Menurut DataBox, gaji rata-rata di Indonesia saat ini adalah sekitar Rp3,04 juta per bulan.
Gen Z yang baru memasuki dunia kerja umumnya tidak mendapatkan gaji setinggi orang berpengalaman, sehingga mengincar gaji yang lebih tinggi adalah tujuan utama mereka.
Masalah ini semakin besar apabila beban kerja mereka tidak sebanding dengan gaji yang diterima.
Beberapa dari mereka mungkin merasa tugas dan tanggung jawab yang dibebankan terlalu berat untuk kompensasi yang ditawarkan.
2. Dapat Tawaran yang Lebih Baik
Sebanyak 27% Gen Z mengakui bahwa mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik mempengaruhi keputusan mereka untuk resign.
Saat seseorang menerima tawaran yang lebih menarik, baik dari segi gaji, reputasi perusahaan, atau tunjangan tambahan, mereka tidak ragu untuk berpindah kerja.
3. Keinginan Explore Pekerjaan Lain
Tak sampai disitu, sekitar 26% Gen Z mengungkapkan ingin mengeksplorasi peluang lain yang bisa memberikan pertumbuhan lebih.
Dalam pandangan mereka, berani mencoba hal baru adalah langkah penting untuk mencapai kesejahteraan dan kepuasan dalam karier.
Dengan demikian, banyak dari Gen Z lebih memilih untuk berpindah pekerjaan, daripada tetap terjebak dalam rutinitas yang membosankan.
4. Tidak Merasa Dihargai
Alasan lain yang membuat Gen Z dianggap mudah resign adalah perasaan tidak dihargai di tempat kerja.
Sekitar 26% dari mereka merasa bahwa kontribusi dan usaha yang mereka berikan tidak mendapatkan validasi yang layak.
Ketika merasa tidak dihargai, motivasi untuk bekerja pun menurun, dan hal ini dapat memicu keinginan untuk mencari lingkungan kerja yang lebih positif.
5. Beban Kerja yang Tinggi
Sekitar 26% Gen Z mengaku bahwa beban kerja yang tinggi membuat mereka merasa tertekan.
Ketika pekerjaan terlalu banyak, tanpa adanya dukungan yang memadai dari tim atau manajemen, perasaan stres dan kelelahan pun meningkat.
Dalam situasi seperti ini, motivasi bekerja bisa menurun, alhasil merasa tidak mampu memberikan performa terbaik.
6. Tidak Ada Jenjang Karier
Banyak Gen Z yang menginginkan pengembangan diri dan peningkatan keterampilan sebagai bagian dari pengalaman kerja mereka.
Jika mereka tidak melihat itu, mereka cenderung mencari peluang di tempat lain yang menawarkan pertumbuhan lebih baik.
Pernyataan inipun disetujui sekitar 25% menurut survei.
7. Selesai Kontrak Kerja
Selesai kontrak kerja juga menjadi alasan Gen Z dianggap mudah resign, dengan survei sekitar 23%.
Setelah menyelesaikan masa kontrak, banyak dari mereka merasa sudah saatnya untuk melanjutkan ke langkah berikutnya dalam kariernya.
Bagi Gen Z, masa kontrak dilihat sebagai kesempatan untuk mengevaluasi, apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan harapan dan tujuan jangka panjang mereka atau tidak.
8. Lingkungan yang Toxic
Terdapat 23% dari Gen Z menyetujui alasan mereka resign kerja adalah lingkungan yang toxic.
Ketika suasana di tempat kerja dipenuhi oleh stres, konflik, atau ketidakadilan, hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik karyawan.
Gen Z, yang dikenal lebih peka terhadap kesehatan mental, sangat mengutamakan lingkungan kerja yang positif dan mendukung.
Mereka ingin merasa nyaman dan dihargai, serta memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan.
9. Merasa Bosan
Mereka yang mudah bosan, mungkin merasa pekerjaan yang diemban tidak lagi menarik.
Alasan bosan tiap orang pasti berbeda. Umumnya Gen Z yang memiliki semangat tinggi, kemungkinan merasa bosan ketika pekerjaannya monoton dan tidak menantang.
Kebosanan ini lama kelamaan dapat membuat motivasi mereka menurun. Alasan ini disetujui sekitar 21%.
10. Tidak Akur dengan Bos
Hubungan yang kurang harmonis dengan bos, dapat memicu seseorang berhenti bekerja.
Menurut survei, hal ini disetujui sampai 20%. Beberapa orang menganggap ketidakcocokan seperti perbedaan pandangan, kurangnya komunikasi, dan gaya kepemimpinan yang tak sesuai, menjadi alasan mereka resign.
Baca juga: Bingung Cara Tulis Surat Resign? Ini Contohnya!
Gen Z Menginginkan Lingkungan Kerja Seperti Apa?
Dikenal dengan karakteristiknya yang unik, Gen Z memiliki harapan tinggi terhadap lingkungan kerja yang ideal.
Sebanyak 92% dari mereka mengutamakan work-life balance, yang berarti mereka ingin menjalani keseimbangan dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Selain itu, 78% Gen Z mencari pekerjaan hanya untuk mendapatkan pengalaman. Beberapa dari mereka menganggap pekerjaan sekarang adalah “batu loncatan” agar mereka mendapatkan pekerjaan lebih baik di masa depan.
Sekitar 27% dari Gen Z juga kemungkinan resign demi mendapatkan posisi yang lebih menguntungkan di perusahaan lainnya. Apalagi jika mereka menganggap perusahaan saat ini tidak sesuai harapannya.
Maraknya pekerjaan work from home (WFH) dan work from anywhere (WFA), juga menjadi hal yang sangat diinginkan oleh Gen Z, ini karena mereka menyukai tempat pekerjaan yang fleksibel.
Dalam memilih tempat kerja, Gen Z juga mengutamakan keamanan, pertumbuhan, dan hubungan yang baik dengan atasan.
Ini bisa disimpulkan bahwa Gen Z tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga ingin menemukan tempat di mana mereka bisa merasa dihargai dan berkembang.
Hanya 73% Gen Z yang Puas dengan Pekerjaan Saat Ini
Tingkat kepuasan Gen Z di tempat kerja cukup menarik untuk dicermati.
Sebanyak 73% dari mereka merasa puas dengan pekerjaan saat ini, sementara 20% lainnya merasa biasa saja, dan hanya 7% yang tidak puas.
Angka ini menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z sudah menemukan tempat yang sesuai dengan harapan mereka.
Kebanyakan dari mereka yang merasa puas telah bekerja 1-2 tahun. Sementara, sekitar 24% dari mereka sudah bekerja lebih dari 2 tahun.
Rasa puas ini bisa berasal dari berbagai faktor, seperti hubungan yang baik dengan rekan kerja, dukungan dari atasan, serta kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Dengan kepuasan kerja yang tinggi, Gen Z cenderung lebih loyal dan berkomitmen pada perusahaan.
Baca juga: Daftar Makanan Resign yang Cocok Untuk Perpisahan Kantor, Praktis dan Enak!
Dari data dan kesimpulan di atas, setujukah kamu bahwa Gen Z dianggap mudah resign kerja?
—
Dapatkan berita & informasi ter-update lainnya di komunitas Girls Beyond Circle!