gagal menampilkan data

Article

Kronologi Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Ini Kandidat Penerusnya!

Written by Adila Putri Anisya

Dunia tengah berduka. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, dikabarkan berpulang pada Senin, (21/4) di usia 88 tahun. 

Sosok yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini dikenal dengan kesederhanaannya dan kebaikan hatinya.

Bagi banyak orang, Paus Fransiskus bukan hanya seorang pemimpin agama, tetapi juga teladan hidup yang penuh kasih dan kepedulian.

Bagi kamu yang penasaran dengan kronologi wafatnya Paus Fransiskus dari mulai sakit hingga meninggal dunia, berikut adalah informasinya.

Baca juga: Daftar Negara Eropa Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Indonesia 2025 

Kronologi Wafatnya Paus Fransiskus 

Kronologi Wafatnya Paus Fransiskus
Sumber foto: detikcom

Wafatnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun pada Senin Paskah, 21 April 2025, menjadi momen duka yang dirasakan seluruh dunia.

Ia menghembuskan napas terakhir di kediamannya, Domus Sanctae Marthae, Vatikan, tempat yang selama ini menjadi ruang tinggal sekaligus tempat kontemplasinya. 

Tapi sebelum kabar duka itu tersiar, kondisi kesehatannya memang sempat mengalami penurunan signifikan sejak awal tahun.

1. Sakit Serius Sejak Februari

Kondisi kesehatan Paus mulai jadi perhatian serius sejak 14 Februari 2025, saat ia dilarikan ke Rumah Sakit Gemelli di Roma karena bronkitis. 

Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa beliau mengalami infeksi saluran pernapasan polimikroba yang cukup berat. 

Enggak lama, paru-parunya juga terdampak, ia didiagnosis mengalami pneumonia bilateral, yang menyerang kedua sisi paru-paru.

Empat hari kemudian, pada 18 Februari, kondisi Paus dinyatakan kritis. Ia menerima transfusi darah dan oksigen dengan aliran tinggi, sementara tim medis berusaha keras menstabilkan keadaannya. 

Namun cobaan belum berhenti di situ. Pada 23 Februari, dokter mengungkapkan bahwa Paus juga mulai mengalami gagal ginjal tahap awal. 

Meski begitu, kondisi tersebut masih dianggap “terkendali” oleh tim medis saat itu.

2. Sempat Membaik dan Kembali ke Vatikan

Memasuki akhir Februari hingga Maret, Paus Fransiskus mengalami beberapa kali gagal napas akut. 

Ia sempat harus menggunakan ventilator, namun perlahan menunjukkan tanda-tanda perbaikan. 

Pada 23 Maret 2025, ia pun dipulangkan dari rumah sakit dan kembali ke Domus Sanctae Marthae. Di sana, beliau menjalani masa pemulihan dengan jadwal kerja yang jauh lebih ringan dari biasanya.

Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 6 April 2025, Paus Fransiskus akhirnya muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak dirawat. Meski tubuhnya tampak lemah, senyumnya tetap hangat saat menyapa umat.

3. Penampilan Terakhir yang Penuh Haru

Minggu Paskah, 20 April 2025, menjadi hari yang penuh simbol dan menyentuh hati. Paus sebenarnya sudah mendelegasikan Misa Paskah kepada Kardinal Angelo Comastri karena kondisi kesehatannya. 

Namun di luar dugaan, ia muncul di Lapangan Santo Petrus dan memberikan berkat kepada umat. Momen itu disambut haru oleh ribuan orang yang hadir secara langsung.

Pada hari yang sama, ia juga bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance dan Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenković. Enggak ada yang menyangka, itulah penampilan terakhirnya di hadapan publik.

4. Kabar Duka dari Vatikan

Keesokan harinya, Senin pagi, 21 April 2025, pukul 07.35 waktu setempat, Paus Fransiskus wafat di kediamannya.

Dokter menyatakan bahwa beliau mengalami stroke yang disusul dengan koma dan gagal jantung irreversibel. Ia juga diketahui mengidap diabetes tipe 2 dan hipertensi sejak lama.

Dua jam setelah kepergiannya, pengumuman resmi disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell melalui siaran Vatican Media. Dalam pernyataannya, ia berkata:

“Pada pukul 7:35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk pelayanan kepada Tuhan dan Gereja-Nya.”

5. Prosesi Pemakaman dan Konklaf Baru

Dengan wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik kini memasuki masa sede vacante, periode tanpa pemimpin. 

Konklaf untuk memilih paus baru akan dimulai antara 6 hingga 11 Mei 2025, sesuai aturan yang ditetapkan.

Paus Fransiskus sudah lama menyatakan keinginannya agar dimakamkan secara sederhana.

Ia akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, bukan di dalam Vatikan. Ini menjadikannya paus pertama sejak Leo XIII yang dimakamkan di luar Vatikan sejak tahun 1903.

Baca juga:  Sempat Ada Kematian? Ini Sejarah Virus Monkeypox yang sedang Melanda Dunia

Siapa Pengganti Paus Fransiskus?

Siapa Pengganti Paus Fransiskus?
Sumber foto: Antara

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah wafatnya Paus Fransiskus Gereja Katolik tengah mempersiapkan konklaf untuk memilih penggantinya. Beberapa kandidat terkemuka telah muncul.

Dilansir dari Newsweek, menurut pengamat dan bandar taruhan Vatikan berikut adalah beberapa kandidat yang kuat:

1. Cardinal Luis Antonio Tagle (Filipina)

Sering dijuluki “Paus Fransiskus versi Asia,” Kardinal Luis Antonio Tagle dianggap sebagai calon utama untuk melanjutkan visi progresif Paus Fransiskus.

Di usia 67 tahun, Tagle memiliki pengalaman pastoral yang luas dan saat ini memimpin Dicastery for Evangelization, yang mengurus penginjilan di seluruh dunia. 

Ia dikenal karena pendiriannya yang inklusif dan fokus pada misi penginjilan, serta memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan para kardinal. 

Jika terpilih, Tagle akan menjadi paus pertama asal Asia, sebuah simbol globalisasi Gereja Katolik. Meski demikian, beberapa kontroversi terkait kepemimpinannya di Caritas Internationalis mungkin sedikit memberi warna pada pencalonannya.

2. Cardinal Pietro Parolin (Italia)

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Kardinal Pietro Parolin adalah calon yang lebih moderat, yang dipandang bisa membawa stabilitas sambil mempertahankan beberapa reformasi yang telah dilakukan oleh Paus Fransiskus. 

Di usia 70 tahun, Parolin adalah diplomat berpengalaman yang telah terlibat dalam berbagai negosiasi sensitif, termasuk dengan China dan negara-negara Timur Tengah. Ia dilihat sebagai sosok kompromi antara kubu progresif dan konservatif dalam Gereja. 

Jika terpilih, Parolin akan membawa kembali tradisi paus Italia setelah tiga paus non-Italia berturut-turut. 

Meskipun kurang berpengalaman dalam hal pastoral, kemampuan diplomatiknya dan kemahiran berbahasa menjadi kelebihannya.

3. Cardinal Peter Turkson (Ghana)

Kardinal Peter Turkson, 76 tahun, adalah seorang tokoh penting dalam memperjuangkan keadilan sosial dan isu perubahan iklim. 

Sebagai seorang pemimpin Gereja asal Afrika, jika terpilih, ia akan menjadi paus pertama dari sub-Sahara Afrika, sebuah langkah sejarah yang besar. 

Selain itu, Turkson memiliki rekam jejak yang kuat dalam kepemimpinan Vatikan, namun baru-baru ini ia mengundurkan diri dari sebuah jabatan tinggi di Vatikan. 

Beberapa pihak berpendapat bahwa ini menunjukkan bahwa ia mungkin enggak terlalu tertarik untuk menjadi paus. 

Namun, bagi sebagian orang, Turkson tetap menjadi pilihan cocok untuk menggambarkan Gereja yang lebih terlibat dengan masalah sosial global.

4. Cardinal Peter Erdo (Hungaria)

Kardinal Peter Erdo, 72 tahun, adalah seorang pakar hukum kanonik dan calon konservatif terkemuka. Sebagai seorang pengawal ajaran tradisional Katolik, ia dikenal akan sikapnya yang menjaga ajaran Gereja. 

Namun, ia juga memiliki pendekatan yang lebih pragmatis dan berusaha menjembatani perbedaan dalam Gereja. 

Erdo dipandang sebagai calon yang bisa membawa arah teologis yang lebih konservatif, namun tetap mempertahankan beberapa inisiatif yang dimulai oleh Paus Fransiskus. 

Dengan pengalamannya yang luas dalam kepemimpinan Gereja di Eropa, ia bisa menjadi figur yang menyatukan berbagai pihak dalam Gereja Katolik.

5. Cardinal Mario Grech (Malta)

Di usia 68 tahun, Kardinal Mario Grech, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Uskup, muncul sebagai figur progresif yang juga cukup menjunjung prinsip konsensus. 

Meskipun dulu dikenal sebagai sosok konservatif, Grech kini lebih mendukung reformasi yang dilakukan Paus Fransiskus dan mendukung adaptasi Gereja terhadap perubahan sosial zaman ini. 

Dengan peranannya yang cukup menonjol di Vatikan dan sifat diplomatiknya, Grech memiliki peluang besar untuk menjadi paus. 

Namun, profilnya yang lebih rendah dibandingkan beberapa kandidat lainnya mungkin menjadi hambatan dalam pencalonannya.

Baca juga: Misteri Reinkarnasi dalam Ilmiah, Nyata atau Tidak? Ini Faktanya

Mau tahu berita ter-update lainnya? Agar enggak ketinggalan, yuk gabung discord Girls Beyond Circle sekarang!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond